Anggota Kelompok :
Muhammad Taufiq Hidayat Dimas Anjar Kuncoro
Deka Raudoh Indrata Siswey Felia Rifka Meilani
Rehulina Israferli Ginting Nabilah Ahmadini Nartacipta
Risma Wiyanda Luluk Mauliddiyah
Dila Agustin Taranggono Dwi Firmansyah
Moh Adi Kusuma B Muhammad Ansori
Putri Ika Wahyuni
DEFINISI
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor tiga di dunia setelah
katarak dan kelainan refraksi menurut World Health Organization (WHO).
Menurut Chandler & Grant (1977), glaukoma adalah suatu keadaan pada
mata, dimana ditemukan kenaikan tekanan bola mata yang sudah menyebabkan
kerusakan/kelainan pada diskus optikus dan lapang pandangan/yojana
penglihatan.
.
Saat ini, etiologi pasti dari glaukoma tidak diketahui, tetapi ada korelasi yang jelas
dengan peningkatan tekanan mata pada sebagian besar kasus POAG. Ada beberapa
subset glaukoma sudut terbuka, yaitu glaukoma sudut terbuka juvenile dan glaukoma
tegangan rendah / tegangan normal. Glaukoma sudut terbuka juvenile menyerang pasien
berusia antara 5-35 tahun. Hal ini jarang terjadi dan cenderung ditemukan kemudian
dalam proses penyakit karena peningkatan TIO awal namun bertahap. Pasien juga
biasanya datang dengan tekanan mata lebih dari 30 mm Hg. Galukoma sudut terbuka
juvenile dianggap mengikuti proses yang sama dari peningkatan TIO yang mengarah ke
neuropati optik seperti POAG, hanya pada populasi pasien yang lebih muda.
KLASIFIKASI
1. Glaukoma primer
2. Glaukoma Sekunder
3. Glaukoma Kongenital
4. Glaukoma Absolut
PATOFISIOLOGI
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus
oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar 5 humor aquelus
melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah
menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi
secara bertahap
MANIFESTASI KLINIS
Terdapat beberapa bentuk glaucoma, dua bentuk tersering adalah glaucoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup (Fazio,2012)
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh,
bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras
seperti batu dan dengan 12 rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang
dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan
memberikan sinar beta pada badan siliar untukmenekan fungsi badan siliar, alcohol
retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi
dan memberikan rasa sakit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pengumpulan data
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
3. Pengkajian Psikososial
B. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Aktivitas / istirahat :
2) Makanan/cairan : atau muntah.
3) Neurosensori
C. Nyeri/kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan, mata berair, nyeri tibatiba, berat atau menetap, tekanan pada sekitar mata
dan sakit kepala
D. Penyuluhan/Pembelajaran :
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stress, alergi, gangguan
vasomotor (peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,
steroid/toksisitasfenotiazin.
E. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus.
F. Pemeriksaan diagnostic
Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle didapat
nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan
menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium
lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka
sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup,
sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Definisi:
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab:
a) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimia (mis. Terbakar bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, prosedur operasi, dll)
Kondisi Klinis
Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda Minor Terkait:
Mayor:
Subjektif: (tidak tersedia) 1. Kondisi
Subjektif: pembedahan
Objektif:
1. Mengeluh nyeri 2. Cedera Traumatis
1. Tekanan darah meningkat 3. Infeksi
Objektif: 2. Pola napas berubah 4. Sindrom koroner
3. Nafsu makan berubah akut
2. Tampak meringis
3. Bersikap protektif 4. Proses berpikir terganggu 5. Glaukoma
5. Menarik diri Berfokus pada diri
4. Gelisah
sendiri
5. Frekuensi nadi meningkat
6. Sulit tidur
2. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penglihatan
Definisi:
Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang
disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi
Penyebab
1) Gangguan penglihatan
2) Gangguan pendengaran
3) Gangguan penciuman
4) Gangguan perabaan
5) Hipoksia serebral
6) Penyalahgunaan zat
7) Usia lanjut
8) Pemajanan toksin lingkungan
Gejala & Tanda Minor
Gejala & Tanda Mayor
Subjektif:
Subjektif
1) Menyatakan kesal
1) Mendengar suara bisikan atau
melihat bayangan Objektif:
2) Merasakan sesuatu melalui
2) Menyendiri
indera penglihatan,
3) Melamun
penciuman, perabaan, atau
4) Konsentrasi buruk
pengecapan Objektif
5) Disorientasi waktu, tempat, orang dan situasi
3) Distorsi sensori
6) Curiga
4) Respon tidak sesuai
7) Melihat ke satu arah
5) Bersikap seolah melihat,
8) Mondar mandir
mendengar, mengecap, meraba
9) Bicara sendiri
atau mencium sesuatu
Kondisi Klinis Terkait:
1) Glaukoma
2) Katarak
3) Gangguan refraksi (myopia, hyperopia, astigamtisma, presbiopia)
4) Trauma okuler
5) Trauma pada saraf kranialis II, III, IV, dan VI akibat stroke, aneurisma
intrakranial, trauma/tumor otak)
6) Infeksi okuler
7) Presbiakusis
8) Malfungsi alat bantu dengar
9) Delirium
10) Demensia
11) Gangguan amnestic
12) Penyakit terminal
13) Gangguan psikotik
Kriteria Hasil
Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi : menurun
Kriteria Hasil
Kemampuan
menuntaskan 1 2 3 4 5
aktivitas
Meningkat Cukup Sedan Cukup Menurun
meningkat g menurun
Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri
Meringis
Sikap
protektif
Gelisah
Kesulitan
tidur
Menarik diri
Berfokus
pada diri
sendiri
Diaforesis
LANJUTAN
Perasaan
depresi
(tertekan)
Perasaan
takut
mengalami
cedera
berulang
Anoreksia
Perineum
terasa
tertekan
Uterus teraba
membulat
Ketegangan
otot
Pupil dilatasi
muntah
mual
LANJUTAN
Memburuk Cukup Sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi
Pola napas
Tekanan
darah
Proses
berpikir
Fokus
Fungsi
berkemih
Perilaku
Nafsu
makan
Pola tidur
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
LANJUTAN meningkat menurun
Verbalisasi 1 2 3 4 5
2. Gangguan persepsi mendengar
bisikan
berhubungan dengan gangguan
Verbalisasi
penglihatan melihat
Persepsi Sensori bayangan
Verbalisasi
(L.09083)
merasakan
Ekspektasi : membaik sesuatu
Kriteria Hasil melalui
indra
perabaan
Verbalisasi
merasakan
sesuatu
melalui
indra
penciuman
Verbalisasi
merasakan
sesuatu
melalui
indra
pengecapan
Distorsi
sensori
Perilaku
halusinasi
Menarik
diri
Melamun
Curiga
Mondar -
mandir
LANJUTAN
Orientasi
Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi , karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Idntifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keerhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor eek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.TENS,hipnosis,biofeedback)
- Kontrol hangat/dingin yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab , periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penglihatan
Meminimalisasi Rangsangan
Definisi:
Mengurangi jumlah atau pola rangsangan yang ada (baik internal atau eksternal).
Tindakan:
Observasi
- Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan (mis. nyerl, kelelahan)
Terapeutik
- Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis. bising, terlalu terang)
- Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara, aktivitas)
- Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
- Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu, sesuai kebutuhan
Edukasi
Kolaborasi