Anda di halaman 1dari 21

Hinterland Logistics &

Global Supply Chain


Rickard Bergvist
Objective
• Mahasiswa mengerti konsep Hinterland dan
Foreland dalam Logistik
• Mengenal Sejarah Perkembangan Hinterland
• Pemahaman Kerangka Kerja dari Konsep Sistem
Logistik di Hinterland
• Mengenal Sistem dan Moda Transportasi
Hinterland
• Design dan strategy Logistik Hinterland
• Logistik Hinterland dan pengaruhnya terhadap
Rantai Pasok Global
Definisi

• Hinterland adalah ruangan/daerah dimana


pelabuhan menjual jasanya (Slack, 1993)
• Hinterland adalah daerah /regional interior
yang dilayani oleh Pelabuhan (Berg, 1998)
• Foreland adalah wilayah lautan yang
menghadap wilayah hinterland dimana
menhubungkan pelabuhan dengan pasar
overseas.

Geography of Transport Systems (Jean Paul Rodrigue)


Hinterland

• Logistik yang berhubungan dengan hinterland membutuhkan :


– Banyak pihak dan aktifitas di dalamnya
– Kolaborasi yang intense antar pihak
– Koordinasi kerja yang efektif dan efisien
• Sehingga logistic dan transportasi di area hinterland menjadi bagian yang penting guna memastikan keefisienan
rantai pasok secara keseluruhan
• Dari perspektif Pelabuhan laut, jumlah dan sifat/bentuk dari jasa yang ditawarkan dari/ke area hinterland
tergantung dari lokasi dan infrastruktur secara keseluruhan. Ada yang terhubungan dengan bandara, inland
water ways, rel kereta api atau hanya moda trucking saja.
• Sistem peti kemas yang dikombinasikan dengan angkutan multimoda bisa membantu untuk mengembangkan
daerah Hinterland (Song, 2003)
• Pengembangan daerah Hinterland juga berarti dengan mulai timbulnya persaingan antar pelabuhan (interport
competition, Berqvist et al, 2013; Cullinane and Wilsmsmeier, 2011; Notteboom and Winkelmans, 2001)
• Kompleksitas dari Logistik Hinterland dan juga kompetisi antar pelabuhan membuat pihak pengelola pelabuhan
harus pro aktif dalam berstrategi.
History
• Sejarah Hinterland (HL) dimulai sejak sebelum abad ke-19, yakni
dengan system transportasi kapal layar dan kereta kuda
• Pada abad ke-19 mulai dikenal barging pada kanal yang
dikombinasikan dengan kereta kuda atau kereta api. Bahkan
pada era tersebut juga mulai dikenal istilah ITU (Intermodal
Transportation Unit) di Inggris yang digunakan untuk
mengangkut batu bara antar gerobak (Road carts), tongkang dan
gerbong kereta.
• Pada awal abad ke-20, gerbong kereta mulai bisa ditaruh
langsung ke atas kapal atau ke atas truck. Dimulailah era
transportasi intermodal, meskipun standarisasi masih minimal
• Pada pertengahan abad ke-20 mulai dikenal istilah piggyback
(piggyback or trailers on flat cars – TOFC), yaitu dengan menaruh
box kendaraan ke atas kereta.
History
• Pararel dengan system piggybox yang mulai
marak penggunaanya, revolusi petikemas
dan industry maritime pun dimulai di AS
• Sistem pengapalan Petikemas modern
pertama kali diaplikasikan oleh Malcolm Mc
Lean pada tahun 1956, meskipun idenya
sudah ada sejak 2 decade sebelumnya.
• Dimulai dengan kapal MV Ideal X yang
membawa 58 Peti Kemas dari Newark ke
Houston pada 26 April 1956
• 10 tahun kemudian system petikemas
modern ini mulai sampai ke Eropa
History
• Sedangkan pihak yang berjasa untuk
melakukan system transportasi petikemas
terpadu dari area hinterland adalah Matson
Navigation Company pada akhir 1950an
• Matson membangun system transportasi
intermodal termasuk kapal laut, kereta api dan
trucking
• Semenjak itulah industry pelayaran mulai
marak menggunakan system transportasi peti
kemas
• Namun karena ada perbedaan standar antara
Eropa dan AS, dibuatlah kesepakatan dengan
standar ISO yang menggunakan peti kemas
ukuran Panjang 20ft dan 40ft, lebar 8 ft dan
tinggi 8ft 6inch
History

Dari pertengahan abad ke-20


tersebut, system petikemas hanya
mengalami perubahan sedikit saja,
beberapa trend dan inovasi yang
muncul setelahnya antara lain
adalah:
• Peti Kemas Penumpukan ganda
(Double Stacking of Containers)
• Reefer Containers atau peti
kemas terspesialisasi lainnya
• Perkembangan Terminal /
Pelabuhan Darat (dryport)
Kerangka Kerja
Sistem Transportasi Hinterland dapat dijelaskan
melalui model konseptual yang dikembangkan oleh
OECD (1992). Menurut model ini system
transportasi terdiri dari 5 lapisan: aliran materi,
operasional transport, infrastruktur transportasi,
operasional informasi, dan infrastruktur
telekomunikasi.
Efisiensi dan aksesibilitas system transportasi di sini
ditentukan oleh efisiensi lapisan dan interkoneksi
antar lapisan.
Kelemahan dari konsep ini adalah model ini tidak
menangkap perspektif para actor yang berhubungan
dengan desain, strategy dan manajemen dari system
transportasi hinterland.
Oleh karena itu dikembangkan lagi konsep model
Kerangka Kerja
Konsep Sistem logistic hinterland ini dikembangkan oleh
Nottebottom dan Rodrigue, 2004; Roso et al, 2009)
• Transport System Design: Infrastruktur perlu dikembangkan
dengan baik dan desain serta struktur dari system transportasi
harus memenuhi kebutuhan dasar dari users
• Strategy: Jasa yang ditawarkan arus atraktif bagi konsumen dan
sesuai dengan kebutuhannya
• Management: Para pelaku dalam system ini harus berkoordinasi
dengan baik dan level jasa pelayanan pun harus terjaga
Kesimpulannya, issue desain dan strategi akan menentukan
aksesibilitas dan keefektifan dari system logistic hinterland,
ditambahkan unsur manajemen ke dalam system akan menentukan
efisiensi keseluruhan system. 3 komponen ini meskipun merupakan
aktifitas terpisah tapi saling berhubungan yang perlu dikembangkan
secara simultan untuk memastikan efektifitas dan efisiensi sistem
Moda Transportasi Hinterland
Tujuan dari Sistem Transportasi Hinterland
adalah mencapai tingkat aksesibilitas yang
tinggi dengan biaya yang efisien pada tingkat
kualitas logistic yang memuaskan.
Sistem transportasi yang digunakan bisa satu
jenis atau kombinasi. Pencapaian efisiensi
biaya dan kualitas logistic sangat tergantung
kepada kecocokan antara demand aliran
material dan desain system transportasi
hinterland, oleh karena itu perlu untuk
mengetahui karakteristik dari masing-masing
moda transportasi. Tiap moda mempunyai
struktur biaya dan karakteristik operasional
masing-masing.
Moda Transportasi Hinterland
• Selain dari karakteristik dari moda transportasinya, harus diingat
bahwa daerah geografis juga ikut berperan dalam menentukan moda
transportasi yang akan dipakai di daerah hinterland. Contohnya di
negara-negara dengan luas daratan yang dominan seperti AS, China
dan Rusia penggunaan kereta api cukup besar.
• Khusus untuk negara-negara maju pemilihan moda transportasi di
area hinterland juga harus mempertimbangkan masalah polusi udara,
kebutuhan akan moda transportasi yang lebih tidak berpolusi akan
turut berperan dalam pemilihan moda transportasi, contohnya
penggunaan IWT sekarang lebih digalakkan di negara Eropa, dan juga
standar emisi gas buang (EURO) semakin lama semakin tinggi.
• Sedangkan untuk daerah Indonesia, terutama untuk kawasan
hinterland di Pulau Jawa, dimana pelabuhan pesisir utara merupakan
foreland-nya, untuk saat ini konektivitas baru terasa di kawasan
Moda Transportasi
Desain Sistem Transportasi Hinterland

• Tujuan dari desain system transportasi


adalah kesesuaian antara demand aliran
barang dengan supply transportasinya.
• Selain dari kriteria yang telah dijelaskan
sebelumnya, pemilihan alat transportasi
dapat bisa didasarkan pada karakteristik
seperti volume barang yang diangkut, jarak,
waktu (leadtime) yang ingin dicapai, nilai
produk, ketersediaan jasa transportasi
tersebut (Mangan et al, 2008).
• Oleh karena itu, desain system transportasi
hinterland dapat ditentukan berdasarkan
komponen pelayanannya. (Tabel 5.2)
Strategi Logistik HT

• Komponen Strategi dalam Sistem Logistik


Hinterland dikarakteristikkan oleh para
pelaku yang terlibat dalam system dan jasa
logistic yang mereka berikan
• Selain itu perlu juga dipertimbangkan
apakah kita hendak memakai system
transportasi HT yang sudah ada dari
provider logistic atau membuat system
transportasi HT sendiri
Manajemen Logistik Hinterland
Ada 4 factor yang menyebabkan masalah dalam manajamen dan
koordinasi pada system transportasi Hinterland:
1. Koordinasi distribusi Cost and benefit yang tidak merata, ketidak
seimbangan dari kontribusi oleh para pelaku dalam berkolaborasi.
2. Kurangnya sumber daya atau kemauan untuk melakukan investasi.
Dalam berkolaborasi dengan perusahaan kecil akan sulit untuk
mendapatkan komitmen keuangan untuk investasi, yang nantinya
akan menyulitkan dalam koordinasi
3. Pertimbangan strategis, jika competitor turut merasakan benefit dari
koordinasi tersebut, maka para pelaku cenderung ogah-ogahan untuk
berpartisipasi
4. Perilaku yang suka menghindar dari risiko dan focus jangka pendek
saja. Jika Implementasi biaya dan upaya sangat massif sedangkan
benefitnya tidak pasti, hal ini akan menyebabkan kurang
semangatnya para pelaku yang terlibat.
Manajemen Logistik Hinterland

Contoh Problem pada Koordinasi dalam


Rantai Transportasi Hinterland
Logistik Hinterland dan Pengaruhnya pada Rantai Pasok

As a Shipper:
• Sistem Transportasi HT adalah bagian terpenting dari rantai pasok.
• Hal yang dipertimbangkan dalam mendesain system transportasi HT yang
efektif dan efisien dalam strategi rantai pasok adalah:
– Pemilihan Moda Transportasi
– Pemiliha supplier jasa
– Strategi jangka Panjang perusahaan
As a Logistic Service Provider
• Harus mampu mengelola koordinasi dan kolaborasi baik vertical maupun
horizontal di dalam rantai pasok
• Koordinasi Horizontal disini maksudnya adalah dengan memberikan penawaran
jasa transportasi unimodal, multimoda atau kombinasi antar moda
transportasi.
• Koordinasi vertical maksudnya adalah dengan mengintegrasikan beberapa
pelaku di dalam rantai pasok, seperti trucking, perusahaan pelayaran,
pelabuhan, PBM dll.
Studi Kasus
• Kondisi Akses dan Konektivitas
Hinterland di Indonesia
Terima Kasih
KISI KISI UTS GENAP 2018/2019

1. 40% Soal tentang Logistic Maritim


2. 20% tentang sejarah di era pra dan pasca
kemerdekaan dari perspektif Maritime
3. 20% tentang strategi Pemerintah dalam
mengembangkan potensi maritime (Tol Laut &
Poros Maritim)
4. 20% Foreland dan Hinterland

Bentuk Ujian 10 Soal Essay (Closed Book)

Anda mungkin juga menyukai