• Kita diperintahkan menjadi yang terbaik sesuai dengan kemampuan kita. Allah mengajarkan kita do’a Rabbana hab lana min azwajina wa-dzurriyyatina qurrata a’yunin waj’alna lil- muttaqina imama Artinya : Ya Allah, karuniakanlah istri-istri dan anak-anak kami sebagai “penyejuk mata” dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa! (QS. al-Furqan [25]:74) • Memohon kepada Allah agar dijadikan pemimpin manusia-manusia terbaik yaitu manusia bertakwa. Sebab Allah menegaskan dalam Surat al-Hujarat (49) ayat 3, yang paling mulia diantara manusia adalah yang paling bertakwa. • Do’a ini memberikan inspirasi bahwa kita harus bekerja keras untuk menjadi yang terbaik, menjadi pemimpin di berbagai bidang kehidupan. • Umat Islam adalah umat yang mulia yang dusearhi tugas menyebarluaskan karakter Nabinya, mewujudkan rahmatan lil ‘alamin, memakmurkan bumi dan mewujudkan keselamatan abgi manusia, di dunia dan akhirat. Kata Nabi Saw, Islam itu tinggi tidak ada yang lebih tinggi dari Islam. • Dulu sahabat dan tabi’in, menjadi generasi umat yang disegani. Musuh-musuh gemetar duluan ketika mendengar pasukan Islam dating. Dalam benak mereka : Umat Islam tidak terkalahkan. Menghadapi apapun, umat Islam kala itu tidak gentar. Banyak cerita pribadi-pribadi besar di kalangan umat Islam yang menggoreskan tinta emas di sejarah kehidupan manusia. • Di Indonesia, kita kenal Hamka, yang dengan tegas menolak permintaan pemerintah agar fatwa haramnya Muslim menghadiri Perayaan Natal Bersama dicabut. • Keteguhan, keberanian, keikhlasan dan kecerdikan senantiasa menyatu pada diri tokoh-tokoh panutan umat. • Haji Agus Salim dengan jenggotnya yang khas, diledek oleh lawan politiknya dengan cara mengembik saat sedang berorasi. Di tengah-tengah orasinya, dia mengatakan “Maaf para kambing, saya sedang berbicara dengan manusia. Saya paham, anda tidak mengerti bahasa manusia, oleh karena itu silakan tunggu di luar. Setelah selesai bicara dengan manusia, saya akan melayani anda dengan bahasa anda. Sebab saya ahli dalam berbagai macam bahasa. • Adakah kini orang-orang seperti mereka? Yang jelas kita merasakan orang-orang yang layak menjadi panutan semakin langka. Padahal secara alami harus kita akui orang-orang yang memiliki bakat sebagai pemimpin berkualitas jumlahnya tidak banyak. • Allah menciptakan manusia dalam kapasitas yang tidak sama satu sama lainnya. Karena itu, tanggung jawab orang tentu berbeda. Jika seseorang berpotensi besar, cerdas, berkesempatan berpendidikan tinggi, mampu dalam harta tetapi tidak mengoptimalkan potensinya maka ia berarti telah menyia-nyiakan karunia Allah dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. • Maka sungguh keterlaluan jika anda termasuk golongan mahasiswa Muslimin akan tetapi bersikap egois, memikirkan diri sendiri. Nabi Saw bersabda , “Siapa yang bangun pagi, dan ia hanya peduli pada masalah dunianya, maka ia tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslim, maka ia tidak termasuk dalam golongan mereka (H.r. ath-Thabrani). • Umat mengharapkan kita sebagai mahasiswa untuk membimbing di masa depan menuju jalan kebenaran. Saat ini kita berkesempatan mengasah pribadi kita, dan asahan itu kelak menjadi berlian. Jadilah pemimpin! Mengapa jadi pemimpin? • Ali bin Abi Thalib r.a. pernah berkata “Kebenaran tanpa tata aturan yang rapi akan dikalahkan oleh kebatilan yang tertata rapi”. • Dalam istilah manajemen kita mengenal istilah POAC (Planning, Organization, Acting, Controlling). Keempat unsur tersebut tidak akan berfungsi tanpa factor kepemimpinan. Harus ada pemimpin yang piawai menggerakkan orang-orang di sekitarnya sehingga keempat fungsi manajemen berjalan dengan baik. • Masyarakat pasti membutuhkan pemimpin yang mampu menggerakkan anggota masyarakat menuju tujuan bersama yang telah disepakati. Relakah kita apabila umat memilih panutan yang tidak keruan agamanya, bahkan orang yang memuja kekufuran, disebabkan tidak adanya kader umat yang muncul. • Jangan salahkan orang lain yang akhirnya menjadi panutan masyarakat. Sebab mereka lebih mampu dari kita. Jangan salahkan masyarakat jika mereka begitu gandrung dengan pemikiran-pemikiran sesat untuk menyelesaikan problema ekonomi, atau umat mengidolakan dan memilih pemimpin yan gkomitmen keislamannya tidak jelas. Mari kita salahkan diri kita sendiri bahwa kita belum maksimal dalam memperjuangkan apa yang kita cita-citakan. • Jadilah pemimpin, jadilah orang yang berkualitas pemimpin. Kepemimpinan harus melalui proses yang butuh waktu panjang, sehingga kehadiran dan kemampuan serta keteladanannya diterima di masyarakat. Kepemimpinan memerlukan penerimaan sikap lahir batin. Karena itu Rasulullah menekankan bahwa ketaatan kepada imam (pemimpin) bersifat lahir dan batin bukan karena takut. • Jika anda seorang yang bercita-cita menjadi pemimpin manfaatkanlah setiap peluang dan kesempatan di hadapan anda. Berlatih mulai sekarang. Yang terutama adalah sikap tanggung jawab. Perlu dikokohkan dalam diri kita, sebab tidak dapat terbentuk dan kokoh begitu saja. Kepemimpinan hanya bisa dipelajari di lapangan, tidak didapat di bangku sekolah. • Jangan menjadi orangn yang takut gagal atau belum memulai tetapi sudah menyatakan tidak mampu. Nabi Saw. Mengkritik orang yang seperti itu. • Seorang pemimpin harus terjun ke kawah candradimuka kehidupan, berinteraksi dengan masyarakat, bertarung, jatuh dan bangun. • Janganlah kita berpikir bahwa sudah ada orang lain yang akan memimpin. Cukuplah kita yang mengikuti dia. Ingatlah yang terpenting bukanlah kita jadi pemimpin atau tidak, yang penting adalah kita memiliki kualitas diri sebagai pemimpin. Ingatlah pula, kualitas pemimpin tidak hanya dilihat bahwa seseorang besar di kandang sendiri. Perlu belajar dan berlatih sehingga kita menjadi besar di manapun kita berada. • Perhatikan setiap perkembangan di lingkungan kita. Jangan “cuek” terhadap masalah yang berkembang. Apalagi jika masalah tersebut berkaitan dengan umat Islam. • Mulailah menggilangkan sikap egois hanya hidup untuk dirinya sendiri dan keluarga. Kadang kita harus berkorban demi persatuan dan kebaikan. • Terakhir tentu saja kita harus menjaga hubungan yang baik dengan Allah Swt. Berusaha mengerjakan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya. Terus berdoa semoga cita-cita kita terkabul. • Berlindunglah kepada Allah Swt. dari godaan setan yang terkutuk, dengan mengucap : Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia (Q.S. an-Nas [114] : 1-6) • Mari kita renungkan! Jumlah umat Islam di dunia tahun 2015 diperkirakan 1.4 miliar jiwa. Tapi mengapa jumlah yang banyak itu belum menjelma sebagai kekuatan yang menggetarkan dunia? Bahkan, tak jarang kita harus menuruti kemauan negara dan kekuatan yang jumlahnya jauh lebih kecil. Jumlah kaum Yahudi di dunia kini tak lebih dari 15 juta orang! • Kondisi sekarang sudah disabdakan oleh Rasul : “Hampir tiba suatu masa di mana berbagai bangsa/kelompok mengeroyok kamu, bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni hidangan mereka” . Seorang sahabat bertanya “Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada hari itu?” Nabi Saw menjawab, “(Tidak) Bahkan, jumlah kamu pada hari itu sangat banyak (mayoritas), tetapi (kualitas) kamu adalah buih, laksana buih di waktu banjir, dan Allah mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan menanamkan penyakit al-wahnu. Seorang bertanya, “Apakah al-wahnu itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab “Cinta dunia dan takut mati” (Hr. Abu Dawud) • Umat Islam digambarkan laksana buih, tidak punya pendirian, tidak punya sikap, dan suka mengikuti arus atau tradisi yang berlaku. Gambaran umat Islam di Indonesia • Gambaran buruk tentang karakter manusia Indonesia pernah disuarakan oleh budayawan dan wartawan senior Mochtar Lubis. Dalam ceramahnya, Mochtar Lubis mendeskripsikan ciri-ciri umum manusia Indonesia : munafik, enggan bertanggung jawab, berjiwa feudamasih percaya takhayul, lemah karakter, cenderung boros, suka jalan pintas dll. • Kata Mochtar Lubis : “ciri keenam manusia Indonesia punya watak yang lemah. Karakter kurang kuat. Kurang mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya. Mudah berubah keyakinan apalagi jika dipaksa dan demi untuk survive. Makanya kita dapat melihat gejala pelacuran intelektual umat mudah terjadi dengan manusia Indonesia. • Karena itu, jika kaum Muslimin menderita berbagai kekalahan dalam berbagai arena kehidupan, marilah tengok kondisi internal kita sendiri. Seruan dari Prof. Dr. Syed Muhammad Naquid Alatas • Pakar pemikirian Islam Internasional Prof. Dr. Syed Muhammad Naquid Alatas, dalam bukunya Risalah untuk Kaum Muslimin, menyeru kaum Muslimin agar benar-benar mengenal peradaban Barat. Karena peradaban Barat yang kini sedang menguasai, tidak henti-hentinya melakukan serangan terhadap Islam. Beliau juga mengimbau agar kaum Muslimin tidak alpa dan lena dalam mengemban tugas sebagai umat Islam. Umat Islam tidak seharusnya secara bulat-bulat menerima dan mengharapkan harapan sia-sia bantuan dan kerja sama serta persahabatan yang ikhlas dari yang lain. • Beliau juga meyakini bahwa problema mendutama yang melilit umat Islam adalah masalah keilmuan (knowledge), kejahilan masyarakat Islam terhadap Islam sebagai agama yang sebenarnya. Beliau menyerukan agar umat Islam memahami Islam dengan baik dan juga memahami realita peradaban Barat. • Namun di tengah beratnya tantangan umat Islam, beliau mengajak kita untuk tidak berputus asa, “Bagaimanapun kita bukanlah kaum yang boleh putus harapan dan dari tiu maka tidak boleh berdiam saja membiarkan cabaran zaman berlalu berleluasa tanpa tantangan.” Maka, sebagai Muslim kita tunaikan amanah dari Allah, mengikuti petunjuk Nabbi kita, Nabi Muhammad Saw, dengan terus belajar, bekerja keras meraih apa yang bermanfaat, meminta pertolongan kepada Allah dan tidak merasa lemah, merasa kalah sebelum berjuang. Jangan kamu merasa hina dan jangan berduka cita, sebab kamulah orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu beriman! (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 139)