Kompensasi (1)
setiap bentuk imbalan yang
diterima oleh seseorang sebagai
balasan atas kontribusinya
terhadap organisasi (Mondy &
Noe, 2005).
sesuatu yang diterima oleh
seorang karyawan sebagai balasan
dari karya yang diberikannya
kepada organisasi (Werther &
Davis, 1996).
Kompensasi (2)
penghargaan/imbalan--langsung
maupun tidak langsung,
finansial maupun non-
finansial--yang adil dan
layak kepada karyawan,
sebagai balasan atas
kontribusi mereka terhadap
pencapaian tujuan organisasi.
Tujuan Manajemen Kompensasi
Mendapatkan karyawan yang “qualified”.
Mempertahankan karyawan yang sudah ada.
Menjamin terciptanya keadilan (“equity”).
Memberi penghargaan atas perilaku yang
diharapkan.
Mengendalikan biaya.
Mengikuti peraturan-peraturan atau hukum
yang berlaku.
Menumbuhkan saling pengertian.
Membantu menciptakan efisiensi
administrasi.
Menurut Cascio (1992), tujuan
yang mungkin paling penting
dari setiap sistem pembayaran
atau kompensasi adalah
“keadilan” (fairness atau
equity).
Tiga Dimensi Equity
Internal equity (jika dipandang dari
nilai relatif setiap jabatan terhadap
sebuah organisasi, apakah tingkat
pembayarannya adil?).
Individual equity …
Tiga Dimensi Equity
Individual equity (apakah imbalan
yang diterima oleh seseorang
“adil” jika dibandingkan dengan
imbalan yang diterima oleh orang
lain yang mengerjakan pekerjaan
yang sama atau sejenis?).
Tahap-tahap Manajemen
Kompensasi
Tahap 1: Mengidentifikasikan dan melakukan studi atas jabatan.
ANALISIS JABATAN
EVALUASI JABATAN
Tahap 3
Tahap-tahap Manajemen
Kompensasi (lanjutan)
Tahap 3: Menentukan “External Equity”
Sumber: Werther & Davis. Human Resources and Personnel Management. (5th Ed.). 1996. h. 385.
Factor Comparison Method
Proses evaluasi:
1. Menentukan faktor-faktor kritis (compensable job
factors). Pertama, analis harus menentukan
faktor-faktor yang bersifat umum dan penting, yang
mewakili jabatan-jabatan dengan cakupan yang luas.
2. Menentukan jabatan-jabatan kunci. Jabatan kunci
adalah jabatan-jabatan yang umum dijumpai dalam
seluruh bagian organisasi dan dalam pasar tenaga
kerja.
3. Mengalokasikan tingkat upah untuk jabatan-jabatan
kunci. Proporsi upah yang dialokasikan kepada
setiap faktor jabatan tergantung pada tingkat
kepentingan masing-masing faktor.
Tabel 7.2.
DISTRIBUSI UPAH UNTUK JABATAN-JABATAN KUNCI
JABATAN KUNCI
FAKTOR-FAKTOR
KRITIS TEKNISI PENGEMUDI SEKRE- PRAMU PENATA
MESIN FORKLIFT TARIS KANTOR ARSIP
1. TANGGUNG JAWAB
a. Keamanan orang lain 25 50 75 100
b. Peralatan & bahan 20 40 60 80
c. Membantu “trainee” 5 20 35 50
d. Kualitas barang/jasa 20 40 60 80
2. KETERAMPILAN
a. Pengalaman 45 90 135 180
b. Pendidikan/pelatihan 25 50 75 100
3. UPAYA
a. Fisik 25 50 75 100
b. Mental 35 70 105 150
4. KONDISI KERJA
a. Kondisi tak-nyaman 20 40 60 80
b. Risiko kerja 20 40 60 80
Jumlah “point” 1000
CONTOH “POINT MANUAL” YANG MENDESKRIPSIKAN
“TANGGUNG JAWAB: PERALATAN & BAHAN”
1. TANGGUNG JAWAB
b. Peralatan dan bahan. Setiap pekerja
bertanggungjawab untuk memelihara peralatan dan
bahan-bahan milik perusahaan. Tanggung jawab
ini mencakup: melaporkan kerusakan peralatan
atau bahan-bahan, menjaga agar peralatan dan
bahan dalam keadaan bersih atau tertata baik,
dan merawat, memperbaiki, atau memodifikasi
peralatan dan bahan sesuai dengan tugas masing-
masing individu. Perusahaan mengakui bahwa
derajat tanggung jawab atas peralatan dan bahan
bervariasi antar bagian organisasi.
Level I. Pekerja melaporkan kerusakan alat atau
bahan kepada atasan langsung.
Level II. Pekerja menjaga penampilan fisik alat
atau susunan bahan dan bertanggungjawab atas
keamanan peralatan atau bahan-bahan tersebut.
Level III. Pekerja melakukan pemeliharaan
preventif dan perbaikan ringan terhadap peralatan
atau memperbaiki kerusakan ringan pada bahan.
Level IV. Pekerja melakukan pemeliharaan berat
atau overhaul atas peralatan atau bertanggungjawab
untuk memutuskan jenis, jumlah, dan mutu bahan-
bahan yang akan digunakan.
Sumber: Werther & Davis. Human Resources and Personnel Management. 1996. h. 390.
“BENEFIT" DAN “SERVICES”
Benefit dan service disebut
kompensasi tidak langsung
karena kedua bentuk kompensasi
ini biasanya dianggap sebagai a
condition of employment dan
tidak berhubungan secara
langsung dengan unjuk-kerja.
(Werther & Davis, 1996)
Mengapa kompensasi finansial tidak
langsung semakin penting (Cascio, 1992)
Berubahnya kecenderungan atau tuntutan
dari dunia kerja yang mengharuskan
organisasi untuk menawarkan kompensasi
di luar gaji/upah untuk menarik,
mempertahankan, dan memotivasi
karyawan yang berkualitas.
Meningkatnya kepentingan serikat
pekerja untuk mendapatkan benefit,
terutama karena tingkat upah tidak
dapat lagi memuaskan kebutuhan pokok
karyawan.
Mengapa kompensasi finansial tidak
langsung semakin penting (Cascio, 1992)