Anda di halaman 1dari 35

POLITIK HUKUM

Oleh : HENDRA KASIM


Disadur dari Materi Kuliah PPS MH UII oleh Prof. DR.
Ni’Matul Huda, SH., M.Hum. yang telah dilakukan
penyesuaian oleh pemateri guna kepetingan perkuliaha

©2018
APA ITU HUKUM?

 AJARAN ‘LEGISME atau POSITIVISM E’


YANG
DIAJARKAN OLEH JOHN AUSTIN DAN HANS KELSEN
MENGATAKAN:

“HUKUM ITU SEMATA-MATA KEHENDAK DARI


PENGUASA (COMMAND OF THE SOVEREIGN) DALAM
BENTUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.”

©2018
MENURUT JOHN AUSTIN

‘COMMAND OF THE SOVEREIGN’ YANG


MELAHIRKAN
HUKUM POSITIF SELAIN DARI PEMBENTUK UNDANG-
UNDANG (FORMAL), JUGA BADAN-BADAN
(ADMINISTRASI NEGARA) YANG MEMPEROLEH
PEMERINTAH
DELEGASI DARI “SOVEREIGN UNTUK MEMBENTUK
PERATURAN ”
PERUNDANG-UNDANGAN DAN BADAN
PERADILAN YANG PUTUSAN-PUTUSANNYA (JUDG
MADE LAW) MERUPAKAN KETENTUAN E

MENGIKAT BERDASARKAN WEWENANG YANG

DIBERIKAN NEGARA YANG


KEPADANYA.”
©2018
LANJUTAN

 Hakikat dari hukum adalah ‘hukum positif’

 Hukum positif merupakan perintah dari penguasa yang


berdaulat

 Karakter hukum positif yang terpenting terletak pada sanksi.

 Hukum positif harus memenuhi unsur perintah, sanksi,


kewajiban dan kedaulatan. Di luar itu, bukanlah hukum,
melainkan moral positif.

 Hukum yang layak adalah suatu sistem yang logis, tetap dan
bersifat tertutup.

©2018
LANJUTAN

 John Austin membedakan antara Laws Properly So Called


dengan Law Improperly So Called.

 Laws Properly So Called adalah hukum yang dibuat


penguasa
politik yang sedang memegang kekuasaan atas orang-orang
yang di bawah kekuasaannya.
 Law Improperly So adalah aturan-aturan yang tidak
Called
dibuat oleh seorang penguasa politik, baik secara langsung
maupun tidak langsung (misalnya ketentuan-ketentuan yang
dibuat perkumpulan atau ketentuan yang lazim disebut ‘hukum
internasional’).

©2018
MENURUT HANS KELSEN

 ‘COMMAND’ YANG MENCIPTAKAN HUKUM ITU TIDAK


SEMATA-
MATA ADALAH PEMBUAT UNDANG-UNDANG ATAU
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

 HUKUM DAPAT BERUPA NORM’ YANG BERLAKU


‘GENERAL
SECARA UMUM DAN NORM YANG BERLAKU
‘INDIVIDUAL ’
UNTUK ORAN TERTENTU YANG DARI PUTUSAN
G
PENGADILAN. LAHIR

©2018
LANJUTAN

2 teori penting dari Hans Kelsen:


1. Keharusan hukum yang bersifat murni. Hukum harus
dipisahkan dengan moral, sehingga tujuan hukum hanya
satu, kepastian hukum.

2. Kelsen menolak apabila validitas norma diuji dari sesuatu


yang bukan norma. Konsekuensi pemikiran Kelsen dalam
memaknai norma melahirkan teori jenjang (stufenbau des
recht) bahwa norma hukum tersusun secara berjenjang.

©2018
PARADIGMA HUKUM LIBERAL
(POSITIVIS)

 Dalam teori maupun praktiknya hukum itu akan dapat


dikonstruksi dan dikelola sebagai suatu institusi yang netral
(neutrality of law) dan terlepas dari politik (law politics
distinction).
 Mereka mengidealkan hukum sebagai hasil positivisasi norma-
norma yang telah disepakati, yang berdasarkan prinsip rule of
law, dipastikan akan mempunyai otoritas internal yang akan
mengikat siapapun dari pihak manapun, tidak peduli kelas
sosialnya.
 Mereka merumuskan suatu kaidah hukum yang sangat
terkenal, yakni PERSAMAAN DI DEPAN HUKUM.

©2018
LANJUTAN

 Jadi hukum yang dipositifkan itu, karena merupakan hasil


kesepakatan (baik yang terjadi di ruang publik sebagai
undang-undang maupun di ruang privat sebagai kontrak), akan
benar-benar bersifat netral dan akan dapat ditegakkan oleh
badan peradilan (yudisial) yang netral pula dalam posisinya
sebagai suatu badan yang mandiri.

©2018
PERKEMBANGAN RATIONALISASI HUKUM
MERNURUT PANDANGAN MAX WEBER

CARA
KWALITAS FORMAL
PEMBINAAN

KHARISMATIS FORMALISME MAGIS & IRRASIONAL

MENYADANDARKAN KEPADA
EMPIRIS
HONORATIONERES

TEOKRATIS RASIONAL SUBSTANTIF TEOKRATIS

SUBLIMASI LOGIS : BAIK BAHAN-BAHAN


PROFESSIONAL HUKUM (SUBSTANTIF) MAUPUN
PROSEDUR ENGADAANNYA (FORMAL)

©2018
KEUNTUNGAN HUKUM TERTULIS

1. EFEKTIVITAS HUKUM
2. KEPASTIAN HUKUM LEBIH DAPAT
DIRAMALKAN: PERILAKU YANG AMAN DAN
PUTUSAN HAKIM YANG KONSISTEN.
3. NILAINYA TETAP; BAIK DARI SEGI NILAI-
NILAI MAUPUN SEGI PEMBUKTIAN

©2018
KRITIK TERHADAP POSITIVISME HUKUM

 Kaum Critical Legal Studies (CLS) memandang hukum sebagai


negotiable, subjective and policy dependent
politics.
 Baik dalam pembentukan hukum positif (in abstracto) maupun
dalam penerapannya ( in concreto), apa yang disebut sebagai
hukum positif itu selalu merupakan hasil proses yang sarat
dengan muatan politik serta kepentingan politik.

 Sehingga tampak sangat sulit untuk membayangkan suatu


netralitas dan objektivitas hukum sebagaimana dibayangkan
oleh kaum legis liberal.

©2018
LANJUTAN

 Jauh dapat diterima, memandang hukum sebagai suatu produk


yang tidak netral, karena senantiasa ada kepentingan-
kepentingan tersembunyi yang difasilitasi oleh hukum

CLS menyimpulkan:
 Hukum itu in abstracto maupun in concreto adalah hasil
interpretasi-interpretasi yang tidak pernah selesai dan amat
berpotensi untuk mendistorsi prosesnya sebagai logika
formal.

©2018
APA ITU POLITIK HUKUM?

1. T.M.RADHIE :
Suratu Pernyataan Kehendak Penguasa Negara Mengenai
Hukum Yang Berlaku di Wilayahnya dan Mengenai Arah
Perkembangan Hukum Yang di Bangun.

2. SOEDARTO:
Kebijakan negara melalui badann-bada negara yang
berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang
dikehendaki yang diperkirakan akan dipergunakann untuk
mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat
dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.

©2018
APA ITU POLITIK HUKUM?

3. Padmo Wahjono:

Kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi


dari hukum yang akan dibentuk.

4. Satjipto Rahardjo:

Aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk


mencapai suatu tujuan sosial dan hukum tertent dalam
masyarakat. u

5. Sunaryati Hartono:

Alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh


sistem hukum nasional yang dapat dipergunakan untuk
mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara.

©2018
LANJUTAN

6. Abdul Hakim Garuda Nusantara:

Legal policy atau kebijakan hukum yang hendak


diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu
pemerintahan negara tertentu yang dapat meliputi:
a. Pelaksanaan secara konsisten ketentuan hukum yang ada
b. Pembangunan hukum yang berintikan pembaharuan atas
hukum yang telah ada dan pembuatan hukum-hukum baru
c. Penegasan fungsi lembaga penegak hukum serta
pembinaan para anggotanya
d. Penningkatan kesadaran hukum masyarakat mennurut
persepsi elite pengambil kebijakann

©2018
LANJUTAN

7. Moh. Mahfud MD:

Arahan atau garis resmi yang dijadikan dasar pijak dan cara
untuk membuat danmelaksanakan hukum dalam rangka
mencapai tujuan bangsa dan negara.

Pijakan utama politik hukum nasional adalah tujuan negara


yang kemudian melahirkan sistem hukum nasional yang harus
dibangun dengan pilihan isi dan cara tertentu.

©2018
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN POLITIK
HUKUM

 PROSES PENGGALIAN NILAI-NILAI DAN


ASPIRASI MASYARAKAT
 PROSES ARTIKULASI NILAI-NILAI DAN
ASPIRASI
 PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN
 PROSES SOSIALISASI
 PROSES PELAKSANAAN
 PROSES EVALUASI
 PROSES PERUBAHAN/PENYESUAIAN

©2018
Subyek Perbuatan Isue-isue POLITIK
Hukum Hukum Hukum HUKUM

©2018
Apa yang diharapkan dari Politik Hukum.

 Politik hukum adalah Politik dari Hukum, yaitu suatu Kajian


hukum yang mencoba untuk memberikan gambaran yang
lebih luas eksistensi sistem hukum.
 Melalui pendekatan politik hukum diharapkan hukum Berfungsi
secara efektif,dipatuhi dan diterapkan dalam tindakan aktual
sehari-hari.
 Politik hukum merespons cita hukum dan meng-upayakan
hukum dapat diwujudkan sebagai kenyataan sehingga hukum
benar-benar memiliki sifat yang lebih adil.
 Berbagai kritik yang diajukan kepada sistem hukum
Konvensional ”Ajaran Imperative dari Mazhab Hukum Positif”
dapat di carikan pemecahannya lewat pendekatan politik
hukum.
 Politik hukum melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
realisasi “Law in the books “ menjadi “ Law in the actions”.
©2018
TUJUAN NEGARA RI

 Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah


Indonesia;

 Memajukan kesejahteraan umum;

 Mencerdaskan kehidupan bangsa;

 Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan


kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

©2018
HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA HUKUM &
POLITIK

 Hukum determinan atas politik, dalam arti bahwa kegiatan-


kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk pada aturan
hukum.
 Politik determinan atas hukum, karena hukum merupakan
hasil atau kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang
saling berintegraksi dan (bahkan) saling bersaingan.

 Politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada


pada posisi yang derajat determinasinya seimbang, karena
meskipun hukum merupakan produk keputusan politik, namun
begitu hukum berlaku, maka semua kegiatan politik harus
tunduk pada hukum.

©2018
BAGAIMANA POLITIK MEMPENGARUHI HUKUM ?

 Dengan cara melihat konfigurasi kekuatan yang ada di


belakang pembuatan dan penegakan hukum itu.

 Hukum bukan hanya berarti pasal-pasal yang bersifat


imperatif atau keharusan-keharusan yang bersifat das
sollen, melainkan harus dipandang sebagai subsistem
yang dalam kenyataannya (das sein) dapat ditentukan
oleh politik, baik dalam perumusan materi dan pasal-
pasalnya maupun dalam implementasi dan
penegakannya.

©2018
PEMIKIRAN POLITIK MENJADI DASAR NEGARA HUKUM

• KEDAULATAN NEGARA, NEGARA MEMILIKI


NEGARA KEKUASAAN DIATAS SEMUA GOLONGAN. HUKUM
NEGARA BERLAKU SECARA JURIDIS.
SUMBER HUKUM • EFEKTIVITAS HUKUM, PERILAKU NYATA ,
MEMAKSAKAN HUKUM KEPADA LENGGAR

HUKUM DAN HUKUM MODERN AD. HUKUM YG DICIPTAKAN NEGARA.


HKM MELINDUNGI HAM DAN MENEGAKKAN KEADILAN.
KEKUASAAN
1. HUKUM TDK SAMA DG KEKUASAAN. PEMERINTAH
TUNDUK PADA HUKUM. ABDI HKM
2. HUKUM TDK BERTENTANGAN DG KEKUASAAN.
KEAMANAN HANYA TERJAMIN APABILA ADA
KEKUASAAN. HANYA PEMERINTAH BERKUASA
MENERTIBKAN ORG YG TDK TAAT PD HUKUM.

©2018
POLITIK HKM PEMERINTAH BERDASARKAN
KEPENTINGAN MASYARAKATSOSIO EKONOMI, BUDAYA
HUKUM DAN MASYARAKT.
MASYARAKAT VON SAVIGNY : HUKUM SESUAI DG VOLKGEIST SUATU
BANGSA.
PEMBUATAN HUKUM LEBIH RASIONAL DAN OBJEKTIF.

MENJAMIN KEADILAN
PEMERINTAH MENGIMBANGI KEPENTINGAN UMUM DG
KEPENTINGAN LAINNYA.
KEADILAN SOSIAL TERWUJUD APABILA HAM
TUJUAN DIHORMATI, KEWAJIBAN DAN BEBAN DIBAGI SECARA
POLITIK PANTAS TERUTAMA BERKAITAN DG ASSET NASIONAL.
POLITIK HUKUM YG NYATA DLM SUATU NEGARA.
HUKUM POLITIK HUKUM LIBERALIS
POLITIK HUKUM KOMUNALISME
POLITIK HUKUM CAMPURAN. PERIMBANGAN
INDIVIDUALISME DAN KOMUNALISME.

©2018
HUKUM SYARAT MUATAN POLITIK BAIK DALAM
TAHAP PROSES PEMBENTUKAN DI PARLEMEN
MAUPUN PENERAPAN HUKUM DLM
MEMBUAT KEPUTUSAN KONKRIT.
PROSES PEMBUATANUU DI PARLEMEN SANGAT
TERGANTUNG PD KONFIGURASI POLITIK.
HUKUM DAN SANGAT TERGANTUNG PD POLITICAL WILL DARI
KONFIGURASI REGIM PEMERINTAH YG BERKUASA.
POLITIK PERTENTANGAN
KEPENTINGAN
AKAN SEMAKIN YG
JELAS DARI HASIL PENELITIAN:
DIUTAMAKAN

• SIAPA YG DILINDUNGI DAN DILAYANI OLEH


HUKUM
• BERAPA BESAR CAMPUR TANGAN PEMERINTAH
UNTUK MEWUJUDKAN KEMAKMURAN RAKYAT
• DAPATKAH HUKUM DIGUNAKAN ALAT KONTROL PD
TINDAKAN PENGUASA.

©2018
PROSES POLITIK DAN PEMBUATAN
DAN PENERAPAN HUKUM

ASPIRASI & KENYATAAN ALAMIAH


KEBUTUHAN RIIL DAN KEMASYARAKATAN
LIMITASI/
FASILITASI

MOMEN POLITICAL MOMEN IDIIL

KEPENTINGAN & PANDANGAN HIDUP


TUJUAN POLITIK CITA HUKUM, NILAI-NILAI
PROSES ASAS HUKUM
INTERAKSI
UMPAN BALIK/
SISTEM TATA HUKUM, JURISPRUDENSI
ATURAN UMUM
MENCERMINKAN
TATANAN POLITIK,SOSIAL, PERUNDANG-UNDANGAN
EKONOMI
BUDAYA, HUKUM

PENYELESAIAN/
KEPUTUSAN HAKIM
PENERAPAN & KONPLIK
MASALAH HUKUM
PENEMUAN HUKUM

PERISTIWA SOSIAL PERISTIWA


SOSIAL
MASALAH HUKUM
ORGANISASI POLITIK MASYARAKAT DAN
KEKUASAAN PEMBENTUKAN HUKUM

PENGADAAN HUKUM MELALUI


KEKUASAAN PEWAHYUAN OLEH
KHARISMATIS “LAW PROPHETS”

KEKUASAAN PENGADAAN HUKUM SECARA EMPIRIS OLEH


TRADISIONAL “LEGAL HONORATIORES”

Pembentukan hukum melalui pembebanan


KEKUASAAN dari atas oleh
RATIONAL “kekuatan sekuler atau teokrasi”

PENGADAAN HUKUM MELALUI


PENGGARAPAN HUKUM SECARA
DEMOKRASI SISTEMATIS DIJALANKAN SECARA
PROFESSIONAL

©2018
PHILIP SCHELZNIK & PHILIP NONET
EVOLUSI TIPE HUKUM

Di dalam suatu masyarakat yang terorganisasi secara politik mengalami


evolusi melalui 3 tahap, yaitu hukum repressif, hukum otonom dan
hukum responsif. (Law and Society :1978).
1. Tatanan hukum yang repressif diperlukan untuk memecahkan
berbagai masalah fundamental dalam mendidrikan tatanan politik
yang merupakan prasyarat bagi sistem hukum dan sistem politik
untuk mencapai sasaran yang lebih besar.
2.
Tatanan hukum yang otonom dibangun di atas hasil-hasil tatanan
3. hukum repressif.
Sedangkan tatanan hukum responsif adalah perkembangan terakhir
yang bertumpu pada constitutional cornerstone rule of law, tahap
persamaan dihadapan hukum hasil dari tatanan hukum otonom.

©2018
Type hukum repressif memandang hukum sebagai abdi kekuasaan repressif
dan perintah dari yang lembaga-lembaga yang berdaulat dan memiliki
kekuasaan diskressi tanpa batas. Dalam type hukum repressif maka hukum
dan negara serta hukum dan politik tidak terpisah sehingga aspek
instrumental hukum sangat dominan daripada sifat ekspressinya.
Type hukum otonomous, hukum dipandang sebagai institusi mandiri yang
mampu mengendalikan repressi dan melindungi integritasnya sendiri.
Tatanan hukum otonom pada intinya pemerintahan ”rule of law” sub
ordinasi tindakan pejabat senantiasa berdasarkan hukum, bukan sebaliknya
“rule by men.” Integritas hukum, institusi hukum serta cara berpikir bebas
memiliki batas-batas yang jelas. Keadilan prosedural sangat ditonjolkan.
Type hukum responsif, memandang hukum dijadikan sebagai fasilitator
untuk merespon atau sarana menanggapi kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.
Hukum responsif harus mengaplikasikan dua hal :
1. hukum itu harus fungsional, pragmatis, memiliki tujuan tertentu dan
rasional.
2. hukum menetapkan ukuran-ukuran atau standard yang bertujuan untuk
melakukan kritik terhadap pelaksanaan hukum

©2018
 Jadi perubahan pembinaan hukum dari suatu negara
sangat erat berkaitan dengan iklim politik. Sistem politik
demokrasi melahirkan hukum yang responsif dimana
partisipasi kelompok-kelompok dan individu mempunyai
peran besar di dalam menentukan substansi hukum
dan pengadilan memiliki kebebasan menerapkan
prosedur hukum yang berlaku.
 Sedangkan pada iklim sitem politik yang otoriter akan
mengarahkan pembinaan yang bersifat hukum
repressif, dimana hukum dijadikan pemerintah sebagai
sarana instrumental mengendalikan potensi
masyarakat untuk mendukung program-program
pemerintah.

©2018
Ciri-ciri Hukum Repressif, Otonom dan Responsif
CIRI-CIRI REPRESSIF OTONOM RESPONSIF
Kegunaan
Tujuan Hukum Ketertiban Keabsahan

Ketahanan sosial Menegakkan


Legitimasi dan Rasionalitas prosedur Substantif, keadilan
Negara
Sangat terinci,
Umum dan meluas Subordinasi prinsip-
mengikat
tetapi hanya
Sifat pemerintah yang prinsip keadilan dan
mengikat
Peraturan mengatur dan kebijakan
pemerintah secara
masyarakat yang
lemah
diatur
Mengikatkan diri
Bertujuan utk
Ad hoc , sesuai secara ketat kepada
otoritas hukum, kepentingan
dengan keperluan
Penalaran/ peka terhadap masyarakat,
dan berlaku pada
Reasoning formalisme dan perpaduan kemauan
hal-hal spesifik
legisme politis dan otoritas

©2018
Ciri-Ciri Represif Otonom Responsif

Diperluas
Diskressi/Penyimpa Dibatasi oleh
Merata, peraturan-peraturan namun tetap dapat
ngan dipertanggung
opportunistik delegasi sangat
terbatas jawabkan untuk
kepentiangan umum

Temuan positip
Pemaksaan Luas sekali Dikontrol melalui sebagai alternatif,
pengendalian lemah kendali hukum misalnya insentif
atau pemenuhan
kepentingan

Moralitas
Moralitas: komunal, kelembagaan,
Moralitas hukum dan memperhatikan Moralitas sivil,
pengendalian integrasi proses moralitas kerjasama
hukum

Kaitan politik dan Hukum bebas dari Integrasi politik dan


Hukum berada
hukum pengaruh politik, hukum
dibawah politik
terdapat pemisahan
kekuasaan
kekuasaan.

©2018
CIRI-CIRI REPRESIF OTONOM RESPONSIF

Harapan terhadap Tanpa syarat, setiap Bertitik tolak dari Kebutuhan


Kepatuhan pelanggaran harus peraturan yang sah, masyarakat
di- hukum sbg menguji keabsahan
. pembangkang UU atau peraturan

Partisipasi lebih
Sebagai penurut
Dibatasi prosedur luas, integrasi
Partisipasi dan harus patuh, bantuan hukum
yang ada,
masyarakat kritik dianggap tidak
penyimpangan jika masyarakat politis
loyal dan otoritas.
terjadi krisis hukum

©2018
DANJKEEEE …. !!!

Anda mungkin juga menyukai