Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
1. Definisi
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela yg menyerang kulit dan mukosa,
infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah infeksi primer (ilmu penyakit kulit dan kelamin).
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai
dengan dermatomanya (persyarafannya). Infeksi ini dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai
kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam
bentuk cacar air). (Smeitzer, Suzanne C.2001)
Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982) herpes zoster adalah radang kulit dengan sifat khasnya yaitu
terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan
biasanya unilateral.
Menurut Arif Mansyur, herpes zoster (campak, cacar ular) adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus
varicella. Zoster yang menyerang kulit dan mukosa infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang terjadi setelah
infeksi primer kadang-kadang infeksi berlangsung sub kronis.
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
2. Klasifikasi
Klasifikasi herpes zoster menurut Harahap,Marwali. 2000 adalah sebagai berikut:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri
yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit
timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
2. Klasifikasi
2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang
menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
2. Klasifikasi
3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
2. Klasifikasi
4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
2. Klasifikasi
5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
2. Klasifikasi
6. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis yang ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit.
3. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti DNA, virus ini
berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus
replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta
dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap
dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan
kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas
dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus
spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang
terinfeksi. (Harahap,Marwali. 2000)
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
4. Manifestasi Klinis
1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal lokal (nyeri otot tulang, gatal, pegal).
2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih
kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir selalu unilateral
1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin
tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi
pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.
3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
8. Komplikasi
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai berikut:
1) Neuralgia paska herpetic
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama
berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10 - 15 % dengan
gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2) Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi
H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan
neuritis optik.
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
8. Komplikasi
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai berikut:
4) Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka
(paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan
gangguan pengecapan.
5) Paralisis motoric
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke
sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi
seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
9. Pemeriksaan Penunjang
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
1. Tzanck Smear
- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,
Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai
multinucleated giant cells
- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks virus
1. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: Pemeriksaan digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus
2. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
3. Pemerikasaan mikroskop electron
4. Kultur virus
5. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
6. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
7. Biopsi kulit, pemeriksaan histopatologis tampak vesikel intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada
dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate. (Price, Sylvia Anderson. 2005 )
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
Pengkajian
I. Biodata II. Biodata
A. Identitas Klien B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.T. Nama :Ny.A
Umur : 38 tahun. Umur :37 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki. Jenis Kelamin :Perempuan
Pekerjaan : Gojek Pekerjaan :Dosen.
Suku bangsa: Minang. Agama :Islam
Agama : Islam. Hub Keluarga :Istri
Pendidikan : SMK. Alamat : Sanjai Dalam Bukittinggi.
Alamat : Sanjai Dalam Bukittinggi.
Ruang Rawat : Ambun Suri L.t 1
Tgl Masuk : 14 Juni 2019
Tgl Pengkajian : 19 Juni 2019
Tgl Operasi : 15 Juni 2019
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
• Alasan Masuk
Klien masuk melalui IGD RSUD Dr.Ahmad Mochtar Bukittinggi pada hari Jumat tanggal 14 Juni 2019, dengan
keluhan kaki patah sebelah kanan dan luka di bagain kaki tersebut.
Riwayat Kesehatan
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran :Compos Mentis
GCS : 15 (E4 V5 M6)
BB/TB :75 kg / 170cm
Tanda vital TD :120/70 mmHg
Suhu :36,8 ºC
Nadi :82 x/i
Pernapasan :20x/i
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
Analisa Data
Data Penyebab Masalah
1.
DS : Agen Cedera Fisik Nyeri Akut
• Klien mengatakan kaki yang patah siap di
operasi 5 hari yang lalu.
• Klien mengatakan nyeri di bagian kaki yang
siap di operasi.
DO :
• Klien tampak ada balutan dan ferban di
bagian kaki sebelah kanan. Keadaan
ferban tampak berdarah dan lembab.
• Klien tampak nyeri menusuk-nusuk
meringis kesakitan di luka siap operasi di
bagian kaki kanan, skala nyeri 6, dengan
lama ±5 menit.
• Skala nyeri 6 dan lamanya nyeri ± 5 menit.
• Klien tampak nyeri tiba-tiba.
• Klien tampak gelisah
• TD = 120/70 mmHg
• Nadi =82 x/i
• P = 20x/i
• Suhu= 36,8
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
Analisa Data
Data Penyebab Masalah
2.
DS : Kerusakan Resiko
• Klien mengatakan kaki terasa panas bagian kaki yang Integritas Infeksi
patah atau bagian luka. Kulit
• Klien mengatakan kaki terasa bengkak
DO :
• luka klien tanpak panjang ±9 cm.
• Luka klien tanpak memerah dan terasa panas
• Klien tampak merasakan nyeri dan meringis kesakitan
saat di bersikan oleh petugas.
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
Analisa Data
Data Penyebab Masalah
3.
DS : Kerusakan Gangguan
• Klien mengatakan kaki patah sebelah kanan integritas struktur Mobilitas Fisik
siap di operasi. tulang
• Klien mengatakan susah beraktifitas.
DO :
• Klien tanpak di bantu saat beraktifitas.
• TD = 120/70
• Nadi =82x/i
• P = 20x/i
• Suhu= 36,8
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Cedera Fisik
2. Resiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Kerusakan Integritas Struktur
Tulang
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN ATAU KRITERIA INTERVENSI
1. HASIL
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN ATAU KRITERIA HASIL INTERVENSI
2.
Resiko Setelah diberikan tindakan Pencegahan Infeksi
Infeksi b.d keperawatan 3x 24 jam Observasi
Kerusakan diharapkan integritas kulit • Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Integritas meningkat dengan kriteri hasil : Terapeutik
Kulit Tingkat Nyeri • Batasi jumlah pengunjung.
• Nyeri menurun (5) • Berikan perawatan kulit pada area edema.
• Kemerahan menurun (5) • Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
• Bengkak menurun(5) pasien dan lingkungan pasien.
Integritas Kulit dan Jaringan • Pemberian teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi.
• Perfusi jaringan meningkat (5) Edukasi
• Kerusakan jaringan menurun • Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
(5) • Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
• Kerusakan lapisan kulit • Ajarkan etika batuk.
menurun (5) • Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
• Nyeri menurun (5) • Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
• Suhu kulit membaik (5) • Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN ATAU KRITERIA INTERVENSI
3. HASIL
Gangguan Rabu, 19 S:
Mobilitas Fisik Juni 2019 • Klien mengatakan setiap beraktifitas
b.d Kerusakan dibantu oleh keluarga
Struktur 10.30 1. Mengidentifikasi kebutuhan O:
Integritas Kulit
dilakukan pembidaian (fraktur) • Klien tampak di bantu oleh keluarga
10.35 2. Mengidentifikasi material bidai setiap beraktifitas
yang sesuai • Klien tampak susah beraktifitas
10.40 3. Menutup luka terbuka dengan • TD = 120/70 mmHg
balutan • P = 20x/i
10.50 4. Mengatasi perdarahan sebelum • Suhu = 36,8⁰C
bidai dipasang A : Gangguan Mobilitas Fisik belum teratasi
10.55 5. Memberikan bantalan pada P : Intervensi dilanjutkan
bidai
11.00 6. Menempatkan ekstermitas yng 12.00
cidera dalam posisi fungsional
11.10 7. Memasang bidai pada posisi
tubuh seperti saat di temukan
11.25 8. Mendorong kedua tangan untuk
menopang area cedera
11.30 9. Menggunakan kain gendong
secara tepat
11.35 10. Menjelaskan tujuan dan
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Hari / Tgl / Implementasi Jam Evaluasi
1. Keperawatan Tahun / Jam
Gangguan Kamis, 20 S:
Mobilitas Fisik Juni 2019 • Klien mengatakan masih dibantu oleh
b.d Kerusakan keluarga setiap beraktifitas
Struktur 12.00 1. Mengidentifikasi kebutuhan O:
Integritas Kulit
dilakukan pembidaian (fraktur) • Klien tampak di bantu oleh keluarga
12.05 2. Mengidentifikasi material bidai setiap beraktifitas
yang sesuai • Klien tampak susah beraktifitas
12.10 3. Menutup luka terbuka dengan • TD = 110/80 mmHg
balutan • P = 20x/i
12.20 4. Mengatasi perdarahan sebelum • Suhu = 36,8⁰C
bidai dipasang A : Gangguan Mobilitas Fisik teratasi
12.25 5. Memberikan bantalan pada Sebagian
bidai P : Intervensi dilanjutkan
12.30 6. Menempatkan ekstermitas yng 13.10
cidera dalam posisi fungsional
12.40 7. Memasang bidai pada posisi
tubuh seperti saat di temukan
12.45 8. Mendorong kedua tangan untuk
menopang area cedera
12.50 9. Menggunakan kain gendong
secara tepat
12.55 10. Menjelaskan tujuan dan
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Hari / Tgl / Implementasi Jam Evaluasi
1. Keperawatan Tahun / Jam
Gangguan Rabu, 19 S:
Mobilitas Fisik Juni 2019 • Klien mengatakan masih dibantu
b.d Kerusakan keluarga saat beraktifitas
Struktur 10.50 1. Mengidentifikasi kebutuhan • Klien mengatakan tidak bisa beraktifitas
Integritas Kulit
dilakukan pembidaian (fraktur) sendiri
10.55 2. Mengidentifikasi material bidai O:
yang sesuai • Klien tampak di bantu oleh keluarga
11.05 3. Menutup luka terbuka dengan setiap beraktifitas
balutan • Klien tampak susah beraktifitas
11.10 4. Mengatasi perdarahan sebelum • TD = 120/70 mmHg
bidai dipasang • P = 20x/i
11.15 5. Memberikan bantalan pada • Suhu = 36,8⁰C
bidai A : Gangguan Mobilitas Fisik belum teratasi
11.25 6. Menempatkan ekstermitas yng 12.00 P : Intervensi dilanjutkan
cidera dalam posisi fungsional
11.30 7. Memasang bidai pada posisi
tubuh seperti saat di temukan
11.35 8. Mendorong kedua tangan untuk
menopang area cedera
11.40 9. Menggunakan kain gendong
secara tepat
11.45 10. Menjelaskan tujuan dan
Au
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Sep Oct Nov Dec
g
TERIMA KASIH