PEMBELAJARAN DI KELAS
TINGGI
A. Dimensi Pembelajaran
Pembejalaran yang menggunakan pendekatan model Dimensi Belajar adalah pemelajaran yang
menggunakan dimensi – dimensi belajar itu sebagai premis pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat
pada lima dimensi itu, niscaya akan memberikan hasil yang lebih baik.
Pandangan Terhadap Dimensi Pembelajaran
waras kandi Dimensi belajar yang amat penting tetapi belum tersentuh secara serius dalam proses
pembelajaran di sekolah – sekolah kita adalah kecakapan berpikir produktif. Sebagian besar pendidik
belum menyusun secara serius pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar.kita belum
banyak membangun sistem pembelajaran yang mendukung apa yang kita ketahui tentang proses
belajar itu. Paparan ringkasan ini adalah sebuah kiat mengembangkan pembelajaran dengan
bedasarkan model lima dimensi belajar yang beorientasi pada kebiasaan berpikir produktif.
Rendahnya kecakapan berpikir produktif anak-anak indonesia masih menjadi keprihatinan
masyarakat, terutama kalangan pendidik. Para ahli pendidikan mengatakan bahwa proses
pembelajaran tradisional yang sampai sekarang masih dominan di sekolah- sekolah belum mampu
menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif, satu dimensi yang paling esensial dari dimensi belajar.
Sebagian besar pendidik belum menyusun secara serius pembelajaran yang didasarkan pada premis
proses belajar, karena memang kita masih kekurangan pengetahuan tentang proses belajar (Drost,
1998). Hasil belajar anak pun tak dapat tercapai seperti yang diharapkan, yakni hasil belajar tingkat
pemahaman, melainkan hanya sebatas pada tingkat penyerapan informasi.
Pandangan Terhadap Dimensi Pembelajaran
Hampir semua pendidik mengetahui dan menyadari bahwa pembelajaran yang efektif mencerminkan
belajar siswa yang efektif pula. Kita sudah lama menyadari bahwa pembelajaran berpikir agar anak
menjadi cerdas, kritis, dan kreatif, serta mempu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan
mereka sehari-hari adalah penting. Kesadaran ini juga telah mendasari pengembangan kurikulum,
sehingga kurikulum kita lebih mengedepankan pembelajaran yang kontekstual dengan lingkungan
kehidupan sehari-hari anak (konteks sosial) dan kontekstual dengan proses belajar anak (konteks
kognitif). Akan tetapi, sebagian besar pendidik kita belum banyak berbuat: belum menyusun secara
serius pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar (Drost, 1998; Mangunwijaya, 1998).
Kita masih berkutat dengan cara cara mengajar yang lama, yang cenderung mematikan potensi kreatif
anak. Kita belum. banyak melakukan kajian tentang proses belajar dan kemudian membangun sistem
pembelajaran yang mendukung apa yang kita ketahui tentang proses belajar itu. Dengan demikian, kita
masih membutuhkan pengetahuan tentang proses belajar, yang kemudian dapat membantu kita
menyusun sistem pembelajaran, dan sistem administrasi yang mendukung apa yang kita ketahui tentang
proses belajar tersebut Tulisan ini adalah paparan kiat mengembangkan pembelajaran berdasarkan
model Lima Dimensi Belajar yang diformulasikan oleh Robert J. Marzano (1992)
Lima Model Dimensi Pembelajaran
Ahli psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses interaksi yang tinggi dalam membangun makna
secara personal dari informasi yang diperoleh dengan pengetahuan yang sudah ada menjadi pengetahuan
baru. Menerima pengetahuan melibatkan proses interaksi antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang
ingin dipelajari, dan setelah itu mengintegrasikan informasi tersebut menjadi langkah langkah sederhana
yang mudah digunakan.
Menurut E.D. Gagne (1985), pengetahuan dapat dikategorikan menjadi dua. yakni pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural. Banyak ahli yakin bahwa pemerolehan tipe pengetahuan yang berbeda
memerlukan proses yang berbeda pula. Misalnya belajar membaca peta, melakukan eksperimen, mengedit
esei, dan sejenisnya, akan berbeda prosesnya dengan belajar jenis pengetahuan seperti: nama nama ibukota,
jenis bakteri, dan sejenisnya.
Contoh kelompok pertama mencakup proses. Proses tersebut terbentuk di dalam mode linier. Dalam
melakukan eksperimen, misalnya menguji benda padat yang larut dalam air, siswa melakukan dengan
tahapan-tahapan tertentu. Mungkin menyiapkan lembar. catatan, menyiapkan perangkat eksperimen,
mencari bermacam-macam bahan, memberi label bahan-bahan yang akan diuji, menyiapkan air dalam
gelas-gelas, melakukan pelarutan benda-benda yang diuji, mengamati hasil larutan, dst. Pengetahuan
yang demikian ini disebut pengetahuan prosedural.
Contoh kelompok kedua tidak menunjukkan proses atau seperangkat tahapan. Pemerolehan pengetahuan
tipe ini mencakup pemahaman komponen-komponen dan mengingatnya kembali tatkala diperlukan.
Misalnya, pengetahuan konsep "air minum" meliputi pemahaman tentang air yang bersih, air yang tidak
mengadung bahan-bahan beracun, air untuk keperluan rumah tangga, dan sebagainya. Tipe pengetahuan
ini secara umum disebut pengetahuan deklaratif.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat memandu kita (para guru) dalam mengambil keputusan
transaksional di dalam kelas, yaitu:
b. Pengetahuan Prosedural:
1. Keterampilan dan proses apa yang perlu dikuasai anak?
2. Bagaimana anak dibantu mengkonstruksi model?
3. Bagaimana anak dibantu dalam pembentukan keterampilan atau proses?
4. Bagaimana anak dibantu dalam penginternalan keterampilan atau proses
3. Perluasan dan Penyempurnaan Pengetahuan
Pada dimensi ini aspek-aspek belajar melibatkan pengujian apa yang diketahuiagar mencapai tingkat yang lebih
dalam dan analitis. Kegiatan memperluas danmemperhalus pengetahuan ini dilakukan dengan:
a. Comparing (identifikasi dan artikulasi hal-hal atau benda-benda yang mirip dan berbeda)
b. Mengklasifikasikan (mengelompokkan jenis objek ke dalam kategori berdasarkan atribut dasarnya)
c. Inducing (pendugaan prinsip-prinsip atau generalisasi yang belum diketahui dari observasi atau analisis)
d. Deducing (pendugaan kondisi yang belum ternyatakan dari prinsip-prinsip ataugeneralisasi tertentu)
e. Analyzing error (identifikasi dan artikulasi kesalahan di dalam pikiran sendiri maupun orang lain)
f. Constructing support (pengkostruksian sistem dukungan kebenaran atau bukti untuk suatu pernyataan yang
tegas)
g. Abstracting (identifikasi dan artikulasi tema penting atau pola umum suatu informasi)
h. Analyzing perspetive (identifikasi dan artikulasi perspektif personal tentang berbagai macam isu).
Cara membantu anak agar dapat memperluas dan menghaluskan pengetahuan dilakukan dengan
memberikan kerangka langkah-langkah secara eksplisit tentang suatu proses, atau dengan menggunakan
tugas-tugas terstruktur. Kegiatan belajarnya bisa berupa proses-proses membandingkan, klasifikasi,
menginduksi, mendeduksi, menganalisis kesalahan, dst. Yang dilakukan guru adalah begitu ia
mempersiapkan aktivitas untuk membantu siswa dalam menerima dan mengintegrasikan pengetahuan
(Dimensi 2), begitu pula segera dipersiapkan untuk membantu siswa dalam memperluas dan
menghaluskan pengetahuan (Dimensi 3).
Pada umumnya kita belajar dengan baik jika pengetahuan yang kita pelajari itu diperlukan untuk mencapai
suatu tujuan. Keberadaan tujuan umum akan dicapai dengan cara-cara umum di mana kita menggunakan
pengetahuan itu secara bermakna.
Cara guru membantu siswa agar dapat menggunakan pengetahuan secara bermakna dilakukan dengan:
a. Decision making, yaitu suatu proses menjawab pertanyaan seperti "Apa carayang paling baik untuk?"
atau "mana yang paling cocok untuk?“
b. Investigation; ada tiga tipe dasar investigasi, yakni definitional investigation yang meliputi
pemerolehan jawaban atas pertanyaan seperti "apa yang menjadi ciri khas dari?“
Historical investigation meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan seperti "bagaimana ini terjadi?" atau
"mengapa ini terjadi?“
Investigasi proyektif yang mencakup memperoleh jawaban atas pertanyaan "apa yang akan terjadi jika ?
a. Experimental inquiry, yaitu proses memperoleh jawaban atas pertanyaan seperti, "bagaimana saya
menjelaskan ini?" atau "berdasarkan penjelasan saya, apa yang dapat saya prediksi?“
b. Problem solving, yaitu menjawab pertanyaan "bagaimana saya akanmemecahkan masalah ini?“
c. Invention, yaitu proses penciptaan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan; menjawab pertanyaan seperti
"apa cara baru yang? atau "apa cara yang paling baik?
Dalam menjadikan pengetahuan bermakna, penerapan kelima cara tersebut dalam tugas-tugas kelas dapat
dikategorikan menjadi application-oriented task, long-term task, dan student-directed task.
Dimensi ini menumbuhkan kebiasaan mental untuk dapat berpikir secara produktif yang ditandai dengan:
a. Self-regulated thinking and learning, yakni kebiasaan mengetahui apa yang sedang dipikirkan nya,
tindakan yang terencana, mengetahui sumber-sumber yang penting, sensitif terhadap umpan balik,
dan evaluatif terhadap keefektifan tindakan
b. Critical thinking and learning, yang dicirikan oleh tindakan yang cermat, jelas. terbuka, bisa
mengendalikan diri, sensitif terhadap tingkat pengetahuan
c. Creative thinking and learning, yang ditandai oleh semangat tinggi, berusaha sebatas kemampuan,
percaya diri, teguh, dan menciptakan hal-hal atau cara-cara baru.
Cara membantu siswa mengembangkan dan memelihara kebiasaan berpikir produktif adalah dilakukan
dengan: menumbuhkan sikap kebiasaan berpikir produktif dengan mengembangkan dimensi 1 s.d. 4,
kebiasaan berpikir yang diantarkan dengan mengintegrasikan ke dalam tugas-tugas di kelas, menggunakan
contoh-contoh khusus dari kehidupan orang yang memiliki kebiasaan mental unggul.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat memandu guru dalam mengembangkan keputusan-keputusan
transaksional di dalam kelas:
a. Kebiasaan mental yang mana yang akan ditekankan?
b. Kebiasaan mental yang mana yang akan diintrodusir?
c. Bagaimana memberi penguatan terhadap kebiasaan mental?
Berikut ini contoh apa yang akan dilakukan guru atau orang tua untuk membantuanak dalam berpikir
pengatur diri sendiri, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Berpikir Mengatur diri sendiri:
d. Membantu siswa menyadari apa yang sedang mereka pikirkan..
e. Mendorong siswa untuk merencanakan
f. Mendorong siswa menggunakan sumber
g. Mendorong siswa sensistif terhadap umpan balik
h. Mendorong siswa mengevaluasi tindakan
Sendiri Berpikir Kritis:
a. Mendorong siswa bertindak akurat.
b. Mendorong siswa berpikir terbuka
c. Mendorong siswa sensistif terhadap yang lain.Berpikir Kreatif:
d. Mendorong siswa untuk gigih menyelesaikan tugas
e. Mendorong siswa untuk menghasilkan cara-cara baru
DIMENSI – DIMENSI PERENCANAAN PENGAJARAN
● Signifikansi
Tingkat signifikasi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang diajukan
● Feasibilitas
Salah satu factor penentu adalah otoritas political yang memadai. sebab dengan itu. feasibilitas teknik dan estimasi biaya
serta aspek-aspek lain dapat dibuat dalam pertimbangan yang realistik
● Relevansi
Perencanaan pengajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat
dicapai tujuan secara optimal
● Waktu
Validitas dan reabilitas yang dipakai serta kapan untuk menilai kebutuhan pendidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa
mendatang
● Isi perencanaan
● Perencanaan perlu memuat:
Tujuan
Program dan layanan, bagaimana cara mengorganisasikannya
Tenaga manusia, yaitu mencakup cara-cara mengembangkan prestasi spesialisasi, prilaku, kompetensi, maupun kepuasan lainnya.
Bangunan fisik, mencakup tentang cara-cara penggunaannya
Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan
Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasikan dan memanajemen operasi dan pengawasan program dan aktifitas
pendidikan
Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan
Terimakasih