Anda di halaman 1dari 93

OBAT CACING

Kelompok 1 – Farmakoterapi 3 C
Chesira Rizki A (1606924373)
Fasya Fairuzia (1606891324)
Jiihan Mardhi Ulhaq (1606923925)
Nurrisfia Fara Dhianti (1606874835)
Thalia Ghina Cahyandita (1606924184)
Sheryl Querida R (1606874942)
Raiza Aulia Madani (1606923982)
FILARIASIS
Thalia Ghina (1606924184)
Filariasis
■ Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
 disebabkan oleh cacing
filarial (mikrofilaria) yang dapat
menular dengan perantara
nyamuk sebagai vektor.
■ Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan jika tidak mendapat
pengobatan dapat menimbulkan
cacat menetap seumur hidup
berupa pembesaran kaki,
lengan, dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki
Penyebab

■ Filariasis disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria:

Wuchereria Brugia malayi Brugia timori


bancrofti
> 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi
Vektor
■ Saat ini, diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus
Anopheles, Culex, Mansonia, dan Armigeres yang dapat
berperan sebagai vektor filariasis.
■ Vektor utama:

Anopheles Anopheles Culex


farauti punctulatus quinquefasciatus
Click icon to add picture

Siklus
Hidup
Brugia
malayi
Click icon to add picture

Siklus
Hidup
Wuchereria
bancrofti
Diagnosis

Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan langsung
darah segar ujung jari

Pemeriksaan darah jari


dengan pewarnaan
Gejala
Akut Kronis
■ berupa limfadenitis, limfangitis, ■ Limfedema  terjadi pembengkakan (bisa
yang disertai demam, sakit kepala, pada kaki, lengan, skrotum, penis, vulva
rasa lemah dan timbulnya abses. vagina dan payudara, ataupun pada kaki
dibawah lutut, lengan di bawah siku)
■ Abses dapat pecah dan kemudian
■ Lymph scrotum  pelebaran saluran limfe
mengalami penyembuhan dengan
superfisial pada kulit scrotum sehingga
meninggalkan parut, terutama di saluran limfe tersebut mudah pecah dan
daerah lipat paha dan ketiak. cairan limfe mengalir keluar
■ Kiluria  kebocoran atau pecahnya saluran
limfe dan pembuluh darah di ginjal (pelvis
renal) sehingga cairan limfe dan darah masuk
kedalam saluran kemih
■ Hidrokel  pelebaran kantung buah zakar
karena terkumpulnya cairan limfe di dalam
tunica vaginalis testis
Tata Laksana:
Pengobatan Filariasis
■ Pada penderita Filariasis klinis positif, diberikan DEC
(Diethylcarbamazine) 3 x 1 tablet 100 mg selama 12 hari
berturut-turut dan parasetamol 3 x 1 tablet 500 mg dalam 3
hari pertama untuk orang dewasa.
■ Dosis anak disesuaikan dengan berat badan.
■ Penderita Filariasis klinis dengan serangan akut atau penderita
Filariasis kronis yang sedang mengalami serangan akut, harus
diobati terlebih dahulu serangan akutnya sesuai jenis serangan
akut yang dialaminya, demikian juga terhadap infeksi
sekunder.
Pemberian Obat Pencegahan Secara Masal (POPM)
Filariasis

■ Kegiatan POPM Filariasis ini dilaksanakan terhadap semua penduduk


usia 2 – 70 tahun di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis
dengan memberikan obat DEC (Diethylcarbamazine) (6mg/kg BB)
dan albendazole (400 mg) secara massal bersamaan.
■ Pemberian obat secara massal bersamaan ini dapat mematikan semua
mikrofilaria yang ada di dalam darah setiap penduduk dalam waktu
bersamaan, dan mencegah makrofilaria (cacing filaria dewasa)
menghasilkan mikrofilaria baru, sehingga rantai penularan Filariasis
dapat diputus.
■ POPM Filariasis dengan DEC dan albendazole sesuai dosis, dilaksanakan
sekali setiap tahun, selama minimal lima tahun berturut-turut.
ASKARIASIS
Raiza Aulia M. (1606923982)
Askariasis

■ Penyakit yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris


lumbricoides)
■ Merupakan infeksi cacing yang paling umum menyerang
manusia secara global
■ Askariasis dapat terjadi pada semua umur, namun paling
umum terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun, dan
prevalensinya menurun di atas umur 15 tahun
Ascaris lumbricoides (cacing gelang)

■ A. lumbricoides merupakan nematoda umum yang paling besar yang


menginfeksi manusia.
■ Berwarna putih atau kuning
■ Ukuran cacing jantan : 15-30 cm
■ Ukuran cacing betina : 20-35 cm
Gejala dan Komplikasi
■ Umumnya bersifat asimtomatis
■ Cacing dewasa pada usus jarang menimbulkan gejala klinis
■ Infeksi berat dapat menyebabkan batuk, sulit bernafas, tersengal-
sengal, urtikaria, hemoptisis, dan nyeri dada pada fase awal migrasi
paru-paru (10-14 hari setelah infeksi awal)
■ Infeksi berat juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan absorpsi
protein, laktosa, dan vitamin A akibat cacing yang memakan produk
digesti host.
■ Komplikasi terjadi sesuai tempat dan jumlah cacing dewasa, seperti
obstruksi usus halus, peritonitis, panckreatitis akut, dan abses hepatik.
Diagnosis
■ Pengamatan tinja secara mikroskopis dapat digunakan untuk melihat
keberadaan ova dan parasit pada tinja.
■ Larva ascaria dapat diobservasi secara mikroskopis dengan sediaan basah
sputum selama fase migrasi di paru-paru
■ CBC menunjukkan adanya eosinofilia selama fase migrasi infeksi di jaringan
■ Identifikasi cacing gelang pada saluran empedu atau empedu dapat dilakukan
dengan ultrasonografi atau MRI
■ Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)  merupakan
prosedur yang umum dilakukan untuk mendiagnosis sekaligus
menghilangkan cacing dari empedu
Diagnosis
■ Pengamatan ova secara ■ Hasil ERCP (Endoscopic
mikroskopis retrograde
cholangiopancreatography)
Tatalaksana
■ Pilihan obat

■ Dosis albendazole untuk anak 12-24 bulan adalah 200 mg sekali.


■ Alternatif pengobatan untuk ibu hamil adalah pirantel pamoat dengan dosis 11
mg/kgBB sekali (maksimum 1 gram)
■ Tindakan operatif dilakukan pada keadaan gawat darurat apabila cacing
menyumbat saluran empedu atau apendiks.
Pencegahan

■ Pencegahan terhadap infeksi cacing gelang dapat dilakukan dengan


melakukan pengendalian faktor resiko melalui upaya menjaga
kebersihan individual dan lingkungan
■ Menjaga kebersihan individual dapat dilakukan dengan mencuci
tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, memakai alas
kaki ketika hendak keluar rumah, menutup makanan dengan tutup
saji untuk mencegah kontaminan seperti debu, dll
■ Menjaga kebersihan lingkungan dapat dilakukan dengan tidak
buang air besar sembarangan, membuat saluran pembuangan air
limbah, membuang sampah pada tempatnya, dll.
ANKILOSTOMIASIS
Nurrisfia Fara - 1606874835
Pendahuluan
■ Infeksi cacing tambang adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
cacing tambang di dalam usus kecil.
■ Ada dua jenis cacing tambang yang sering menyerang manusia, yaitu
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.
■ Suhu optimum untuk hidup bagi Necator americanus : 28o – 32oC
■ Suhu optimum untuk hidup bagi Ancylostoma duodenal: 23o – 25oC

Nama Ukuran Bentuk Telur Warna Keterangan Gambar


Telur Telur
Cacing 55-75 x 35- Oval atau Jernih Dinding telur satu lapis.
Tambang 46 (mikron) ellipsoidal Bila baru dikeluarkan
melalui tinja intinya terdiri
atas 4-8 sel
Siklus Hidup
Cacing
Tambang

Gambar Cacing Tambang


Gambar Siklus Hidup Cacing Tambang
Siklus Hidup Cacing Tambang
■ Cacing dewasa hidup di dalam intestinum tenue (usus halus).
■ Cacing betina dewasa mengeluarkan telur dan telur akan keluar bersama dengan tinja.
■ Apabila kondisi tanah menguntungkan (lembab, basah, kaya oksigen, dan suhu optimal)
telur akan menetas dalam waktu 24 jam menjadi larva rhabditiform.
■ Setelah 5 – 8 hari larva rhabditiform akan mengalami metamorfosa menjadi larva
filariform yang merupakan stadium infektif dari cacing tambang.
■ Jika menemui hospes baru larva filariform akan menembus bagian kulit yang lunak,
kemudian masuk ke pembuluh darah dan ikut aliran darah ke jantung, kemudian terjadi
siklus paru-paru (bronchus → trachea → esopagus), kemudian menjadi dewasa di usus
halus.
■ Seluruh siklus mulai dari penetrasi larva filariform ke dalam kulit sampai menjadi
cacaing tambang dewasa yang siap bertelur memakan waktu sekitar 5 – 6 minggu.
■ Larva filariform dapat bertahan 7 – 8 minggu di tanah.
Gejala Klinis Morfologi Cacing
Tambang
■ Berat ringannya gejala klinis yang
terjadi pada infeksi hook worm
tergantung pada :
o jumlah cacing
o stadium cacing tambang
o infeksi pertama atau infeksi
ulang
o lamanya infeksi
o keadaan gizi penderita
o adanya penyakit lain
o umur penderita
Manifestasi Klinis pada Infeksi Cacing Tambang
■ Manifestasi klinis pada infeksi cacing tambang bisa ditimbulkan oleh :
 Larva
o Ground itch / Dew itch adalah rasa gatal yang timbul saat larva cacing
tambang masuk menembus kulit, semakin banyak larva yang menembus kulit
semakin hebat gejala yang timbul.
o Masuknya larva hook worm yang menembus kulit juga bisa menyebabkan
dermatitis dengan eritemia, edema, vesikel, dan gatal.
o Infeksi pertama memberikan gejala yang lebih berat daripada infeksi ulangan.
o Dalam kulit manusia larva bisa hidup beberapa hari sampai beberapa bulan.
Larva ini mengembara dalam kulit manusia tetapi tidak pernah mencapai
stadium dewasa.
Manifestasi Klinis pada Infeksi Cacing Tambang
 Cacing Tambang Dewasa
o Terjadi gejala anemia, karena cacing dewasa menghisap darah manusia, selain itu tempat
perlekatan cacing juga terjadi perdarahan.
o Anemia yang terjadi akibat infeksi cacing tambang adalah anemia mikrositik hipokromik.
o Pada infeksi lanjut dapat menyebabkan defisiensi gizi, karena adanya anemia, gangguan
absorbsi, digesti akibat atrofi vili usus akibat luka gigitan, dan diare akibat iritasi gigitan
cacing.
o Pada pemeriksaan darah biasanya didapatkan eosinofilia yaitu meningkatnya jumlah sel
eosinofil. Peningkatan jumlah eosinofil pada infeksi cacing tambang bisa sampai 15% – 30%.
o Pemeriksaan darah samar (occult) dalam tinja biasanya positif, bahkan kadang darah bisa
dilihat dengan mata telanjang.
o Infeksi cacing ini dapat menimbulkan kekebalan pada tubuh. Jika tidak ada defisiensi gizi,
infeksi ulangan akan memberikan kekebalan sehingga jumlah cacing tambang akan
berkurang sampai hilang dari intestinum / usus halus.
Komplikasi Infeksi Cacing Tambang
■ Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, infeksi cacing
tambang bisa memicu masalah kesehatan lainnya, seperti:
o Anemia
o Malanutrisi
o Kelahiran prematur
o Bayi kekurangan berat badan
o Pertumbuhan anak terhambat
Diagnosis
■ Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja
segar.
■ Dalam tinja yang telah lama dikeluarkan mungkin ditemukan
larva.
■ Penghitungan telur per gram tinja dengan teknik katokatz dipakai
sebagai pedoman untuk menentukan berat ringannya infeksi.
Tatalaksana Ankilostomiasis
■ Obat untuk infeksi cacing tambang :
• Albendazol dosis tunggal 400 mg oral atau mebendazol 2X100mg/hari
atau pirantel pamoat 11 mg / kgBB, maksimum 1 gram.
• Mebendazol dan pirantel pamoat diberikan selama 3 hari berturut-turut.
• Albendazol dan mebendazol bekerja dengan cara mencegah
penyerapan glukosa oleh cacing, sehingga cacing kehabisan energi dan
pada akhirnya mati.
• WHO merekomendasikan dosis albendazol yaitu 200 mg untuk anak
usia 12 – 24 bulan.
• Untuk meningkatkan kadar haemoglobin perlu diberikan asupan
makanan bergizi dan suplementasi zat besi.
Pencegahan Ankilostomiasis
■ Infeksi cacing tambang bisa dicegah dengan tidak menyentuh
tanah secara langsung, dan menggunakan alas kaki jika
berkunjung ke daerah endemik cacing tambang.
■ Membersihkan makanan dan sayuran yang akan dikonsumsi juga
bisa membantu menghindari infeksi parasit ini.
■ Mencuci tangan sebelum makan dan mengonsumsi air siap
minum yang bersih atau matang juga diperlukan untuk mencegah
penyebaran cacing tambang.
TAENIASIS
Sheryl Querida R - 1606874942
Taenia saginata
A) Taenia solium
B) Taenia asiatica
C) Taenia saginata

■ Taeniasis adalah penyakit parasit akibat infeksi dari cacing pita dari genus Taenia
■ Taenia saginata (pada sapi), Taenia solium (pada babi) dan Taenia asiatica (di Asia)
Definisi ■ Manusia dapat terinfeksi oleh spesies ini karena mengkonsumsi daging yang mentah
maupun kurang matang
■ T. Solium juga dapat menyebabkan cystiserosis  menyebabkan kejang-kejang dan
kerusakan pada mata
■ Ditemukan di Eropa Timur, Rusia, Afrika Timur, Amerika Latin dan Asia
Patofisiologi /
Siklus Hidup
Cacing
Gejala
■ Umumnya, infeksi cacing pita tidak memiliki gejala atau memiliki gejala
ringan
■ Pasien yang menderita infeksi karena T. saginata mengalami gejala yang
lebih banyak dibandingkan dengan T. solium
■ Gejala umum
– Sakit perut
– Hilangnya nafsu makan
– Penurunan berat badan
– Sakit pada lambung
■ Namun pada kasus yang langka, segmen cacing pita dapat bersarang di
appendix, saluran empedu dan pankreas
Diagnosis
Telur
cacing
Pasien pita
Sampel perlu dapat
feses ditanya Dieksa
dideteks
pasien apakah minasi
i setelah
*di 3 mengelua dengan
rkan 2-3
hari mikrosk
segmen bulan
yang op
cacing dinyatak
berbeda pita an ada
cacing
pita
Komplikasi
■ Pada T. Solium dapat menyebabkan penyakit lain
yaitu cysticercosis
■ Dapat menginfeksi
– Otak  kejang-kejang, sakit kepala
– Otot  ada benjolan
– Jaringan lainnya  mis. Mata 
mengganggu penglihatan
■ Umumnya, pengobatan bisa dengan anti-parasite
dan anti-inflamasi
Tatalaksana

Pengobatan

• praziquantel (sebagai first line; 10-20mg single dose) dan niclosamide (sebagai alternative drug) secara oral
• Namun pada T. solium  niclosamide lebih dipilih dibandingkan praziquantel karena tidak memiliki efek pada neurocysticerocis

Pencegahan

• Memasak daging pada temperature yang cocok


• Potongan daging utuh  63° C dan dikonsumsi 3 menit setelah matang
• Daging giling  71° C
TRIKURIASIS
(INFEKSI CACING
CAMBUK)
Fasya Fairuzia
Morfologi Trichuris trichura (Cacing
Cambuk)
■ Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya ± 3/5 dari panjang seluruh tubuh
■ Bagian posterior berbentuk lebih gemuk:
– Pada cacing betina berbentuk bulat tumpul
– Pada cacing jantan berbentuk melingkar dan terdapat satu spikulum
■ Cacing betina panjangnya ± 5 cm, sedangkan cacing jantan ± 4 cm
■ Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari sebanyak 3.000 -
10.000 butir.
Siklus hidup
■ Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama
tinja.
■ Telur akan matang dalam waktu 3 sampai 6 minggu
dalam lingkungan yang sesuai (tanah yang lembab
dan teduh)
■ Telur matang : berisi larva dan merupakan bentuk
infektif.
■ Bila telur matang tertelan, larva akan keluar melalui
dinding telur dan masuk ke dalam usus halus.
■ Sesudah menjadi dewasa cacing akan turun ke usus
bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama
sekum.
■ Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum
dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk
masuk ke dalam mukosa usus
■ Masa pertumbuhan mulai dari telur tertelan sampai
cacing dewasa betina bertelur ± 30 - 90 hari
Patofisiologi dan gejala klinis

■ Trikuriasis ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali
tanpa gejala.
■ Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing tersebar di seluruh kolon dan rektum
sehingga dapat menimbulkan prolapsus rekti (keluarnya dinding rektum dari anus)
akibat Penderita mengejan dengan kuat dan sering timbul pada waktu defekasi.
■ Penderita dapat mengalami diare yang diselingi sindrom disentri atau kolitis kronis,
sehingga berat badan turun.
■ Bagian anterior cacing yang masuk ke dalam mukosa usus menyebabkan trauma yang
menimbulkan peradangan dan perdarahan.
■ T. trichiura juga mengisap darah hospes, sehingga mengakibatkan anemia
Diagnosis

■ Memeriksa adanya telur pada sediaan basah tinja


langsung atau adanya cacing dewasa pada
pemeriksaan kolonoskopi
■ Karakteristik telur: seperti tempayan dengan
semacam penonjolan yang jernih di kedua kutub
sehingga mudah untuk diidentifikasi
Pengobatan

■ Albendazol 400 mg selama 3 hari


■ Mebendazol 100 mg 2 kali sehari selama 3 hari berturut-
turut
ENTEROBIASIS
Chesira Rizki A - 1606924373
ENTEROBIASIS
ADALAH….
• Enterobiasis merupakan infeksi parasite yang disebabkan
oleh Enterobius vermicularis (Nematoda)
• Infeksi yang sering terjadi dalam satu keluarga atau pada
orang yang tinggal dalam satu rumah.
• Enterobius vermicularis penyebab tersering kecacingan
pada anak-anak di negara berkembang (prevalensi
tertinggi umur 5-14 tahun)
Enterobius vermicularis

• Cacing berukuran kecil, seperti benang,berwarna putih,


hidup di sekum,apendiks,dan di daerah yang berbatasan
dengan ileum dan kolom asendens.
• Cacing betina dewasa : 8-13 mm x 0,3-0,5 mm. ekor
runcing
• Jantan : 2-5 mm x 0,1-0,2 mm. ekor melingkar seperti
tanda tanya.
• Telur : ovoid, 50-60mm x 20-30 mm, pada salah satu sisi
datar  seperti bola tangan
• Telur cacing pada suhu
badan menjadi infektif
dalam waktu 6 jam.
• Kemampuan tlur bertahan
hidup tergantung suhu dan
kelembapan.
• Telur kehilangan
infektivitasnya setelah 1-2
hari di bawah panas dan
kering.
• Siklus hidup cacing lebih
kurang selama 1 bulan.
Penularan

Langsung dari anus ke mulut, melalui tangan yg Orang yang tidur bersama pasien
terkontaminasi telur cacing

Telur cacing terhirup Rertroinfection : telur cacing yang menetas di


anus, alrva yang keluar masuk kembali ke usu
Gejala

• Biasanya asimtomatik
• Simptomatik :
• iritasi di sekitar anus,perineum, dan vagina (cacing
betina gravid bisa migrasi ke anus & vagina)
• Gatal di malam hari. Pasien menjadi sulit tidur.
• Cacing dewasa muda bisa migrasi ke usus haus bagian
proksimal hingga lambung,esophagus, bahkan hidung 
gangguan pada daerah tersebut.
Diagnosis

• Cacing terlihat pada anus saat malam hari


• Metode diagnosis terbaik : Anal swab.
Anal swab prosedur pengambilan specimen dengan menggunakan alat dari
batang gelas/spatel yang di ujungnya diletakkan cellophane tape trasnparan.
• cellophane tape diratakan pada perekatnya, dibubuhi toluol, lalu
diperiksa di bawah mikroskop.
• Pemeriksaan ulangan meningkatkan deteksi. 1x (50%), 3x(90%),
5x(99%).
• Hasil negative selama 6x berturut-turut dapat menyingkirkan diagnosis
Pencegahan

■ Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah menggunakan toilet, mengganti
popok, dan sebelum makan.
■ Untuk mencegah adanya infeksi ulang, penderita harus rajin mandi di pagi hari untuk
menghilangkan telur di kulit
■ Rajin memotong kuku secara teratur Hindari menggigit kuku dan mengaruk di sekitar
anus
Pengobatan

Gol. Benzimidazole
Albendazole

Mebendazole
Karena infeksi ini mudah menular,
sebaiknya pengobatan dilaksanakan
pada seluruh anggota keluarga/orang-
Mekanisme : menghambat sintesis
orang yang sering beraktivitas
mikrotubulin
bersama pasien
Pengobatan
■ Albendazole
– Dosis : 400mg PO (dosis tunggal), ■ Mebendazole
anak > 2 tahun
– Dosis : 100 mg (single dose).
– Dosis : 200 mg (dosis tunggal), anak Dosis kedua diberikan lagi
12 dan 24 bulan (rekomendasi WHO) setelah dua minggu.
– Dosis kedua diberikan lagi setelah dua
■ Pyrantel Pamoate
minggu
– Dosis : 11 mg/kg, max 1 gram.
■ Obat tersebut tidak membunuh telur cacing secara 100%. Oleh karena itu, dosis kedua
adalah untuk mencegah infeksi ulang oleh cacing dewasa yang menetas dari telur
yang tidak terbunuh oleh pengobatan pertama.
■ Infeksi yang berulang harus diobati dengan metode yang sama dengan infeksi pertama.
Sumber

■ Centers for Disease Control and Prevention. Diakses dari


https://www.cdc.gov/parasites/pinworm/
■ Lubis, Chairuddin P., Lubis, Siska Mayasari., Pasaribu, Syahril.(2008). Enterobiasis
pada Anak. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan. Sari Pediatri, Vol. 9, No. 5.
OBAT INFEKSI
ANTIHELMIN
TH

Jiihan Mardhi Ulhaq - 160923925


ALBENDAZOL
Golongan obat K
Mekanisme aksi Merusak sel di usus cacing, sehingga cacing tidak dapat menyerap
gula, serta kehabisan energi dan mati.

Kategori Obat resep


Manfaat Mengatasi infeksi akibat parasit cacing (cacinig filaria,
cacing gelang, cacing tambang, cacing pita, cacing
cambuk)
Dikonsumsi oleh Dewasa dan Anak-anak
Kategori kehamilan dan C
menyusui
Interaksi obat • Dikonsumsi dengan deksametason dan simetidin  kadar
albendazol dalam darah meningkat
• Dikonsumsi dengan karbamazepin, fenobarbital, dan fenitoin 
kadar albendazol dalam darah menurun
Bentuk obat Tablet (400mg), suspensi (200mg/5mL)
Nama dagang Vermic, Zolkaf, Albendazole

Efek samping Sakit kepala, pusing, vertigo, meningitis, tekanan intrakranial


meningkat, demam, gangguan fungsi hati, nyeri abdomen, mual,
muntah, alopecia (rambut rontok)
Dosis:

■ Infeksi Enterobiasis
– Dosis dewasa: 400 mg dosis tunggal saat perut kosong
– Dosis anak (usia > 2 tahun): 400 mg dosis tunggal saat perut kosong.

■ Infeksi Askariasis
– Dosis dewasa: 400 mg dosis tunggal diminum saat perut kosong
– Dosis anak (usia ≥2 tahun): 400 mg dosis tunggal diminum saat perut kosong.

■ Infeksi Trikuriasis
– Dosis dewasa: 400 mg dosis tunggal saat perut kosong
– Dosis anak (usia > 2 tahun): 400 mg dosis tunggal saat perut kosong
■ Infeksi Ankilostomiasis
– Dosis dewasa: 400 mg dosis tunggal ketika perut kosong
– Dosis anak (usia > 2 tahun): 400 mg dosis tunggal ketika perut kosong

■ Infeksi Taeniasis
– Dosis dewasa: 400 mg satu kali sehari saat perut kosong selama 3 hari; jika tidak
terjadi eradikasi setelah 3 minggu, diindikasikan untuk pemberian obat sekunder
– Dosis anak (usia > 2 tahun): 400 mg satu kali sehari saat perut kosong selama 3
hari; jika tidak terjadi eradikasi setelah 3 minggu, diindikasikan untuk pemberian
obat sekunder.
Farmakokinetika:
■ Albendazole langsung bekerja sebagai antihelmintik di saluran cerna setelah pemberian
peroral
■ Bila diberikan dalam dosis tinggi  diserap dan dimetabolisme menjadi albendazole
sulphoxide yang aktif terhadap parasit jaringan.

Albendazol dikontraindikasikan bagi pasien yang hipersensitivitas terhadap albendazol.


MEBENDAZOL
Golongan obat K
Mekanisme aksi Merusak sel di usus cacing, sehingga cacing tidak dapat menyerap
gula, serta kehabisan energi dan mati.
Kategori Obat resep
Manfaat Mengatasi infeksi akibat parasit cacing (cacinig filaria,
cacing gelang, cacing tambang, cacing pita, cacing
cambuk)
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak ≥ 2 tahun

Kategori kehamilan dan C. Diserap ke dalam ASI


menyusui
Interaksi obat • Dikonsumsi dengan simetidin  kadar mebendazol dalam darah
meningkat
• Dikonsumsi dengan karbamazepin dan fenitoin  kadar
mebendazol dalam darah menurun

Bentuk obat Tablet


Nama dagang Vermoran, Vermox

Efek samping Pusing, mual dan muntah, nyeri abdomen, diare, rasa kantuk, gatal,
muncul ruam kulit, demam, angioedema, agranulocytosis, anemia,
gangguan fungsi hati, glomerulonefritis, hematuria, alopecia,
necrolysis epiderma l Sindrom Steven-Johnson
Dosis:
■ Infeksi Enterobiasis
– Dosis dewasa: 100 mg diminum satu kali. Dosis ini harus diulang selama 2 minggu.
– Dosis anak (usia > 2 tahun): 100 mg diminum satu kali. Dosis ini harus diulang selama 2 minggu.

■ Infeksi Askariasis
– Dosis dewasa: 100 mg diminum dua kali sehari selama 3 hari
– Dosis anak (usia ≥2 tahun): 100 mg diminum dua kali sehari selama 3 hari.

■ Infeksi Trikuriasis
– Dosis dewasa: 100 mg diminum dua kali sehari selama 3 hari
– Dosis anak (usia > 2 tahun): 100 mg diminum dua kali sehari selama 3 hari.
■ Infeksi Ankilostomiasis
– Dosis dewasa: 100 mg diminum dua kali sehari selama 3 hari
– Dosis anak (usia > 2 tahun): 100 mg diminum dua kali sehari selama 3 hari
Farmakokinetika:
■ Dimetobolisme sebagian besar di hati
■ Terikat dengan protein 90-95%
■ Diekskresi melalui urin dan di feses dalam bentuk tidak berubah
■ Waktu paruh: 2,5-5,5 jam

Perhatian dan kontraindikasi


■ Fungsi organ hepar harus diperiksa sebelum dan secara periodik pada penggunaan mebendazole jangka panjang
■ Penggunaan harus dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan hematopoetik
■ Pengawasan pada penggunaan mebendazole pertama kali karena dapat terjadi reaksi hipersensitivitas.
■ Mebendazole tidak efektif pada pasien dengan penyakit hydatid
PYRANTEL PAMOATE
Mekanisme aksi Melumpuhkan otot-otot tubuh cacing dewasa, kemudian terjadi
ekspulsi cacing
Manfaat Mengatasi infeksi akibat parasit cacing (cacing kremi, cacing
gelang, cacing tambang)

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak ≥ 2 tahun


Kategori kehamilan dan menyusui C

Bentuk obat Tablet (125mg, 250mg), sirup (10mL)


Nama dagang Combantrin
Efek samping Nafsu makan hilang, kejang perut, mual, muntah, diare, sakit
kepala, pusing, rasa mengantuk, sukar tidur, dan merah-merah
pada kulit
Dosis:
■ Infeksi Enterobiasis
– Dosis dewasa: 11mg/kg (maksimum 1 gram) diminum satu kali. Ulangi dosisnya setelah dua minggu.
– Dosis anak (usia > 2 tahun): 11 mg/kg (maksimum 1 gram). Diulang penggunaannya setelah dua
minggu.

■ Infeksi Askariasis
– Dosis dewasa: 11 mg/kg diminum satu kali.
– Dosis anak (usia ≥2 tahun): 11 mg/kg (maksimum 1 gram) diminum satu kali saja.

■ Infeksi Ankilostomiasis
– Dosis dewasa: 11 mg/kg (maksimum 1 gram) diminum setiap hari selama tiga hari berturut-turut.
– Dosis anak (usia > 2 tahun): 11 mg/kg. Diminum setiap hari selama tiga hari berturut-turut.
Farmakokinetika:
■ Sedikit di serap di saluran pencernaan
■ Dimetabolisme di hati
■ Diekskresi 50% di feses dalam bentuk tidak berubah, 7% di urin dalam bentuk metabolit

Obat ini dikontraindikasikan bagi pasien yang hipersensitif terhadap pyrantel pamoate.
IVERMECTIN
Mekanisme aksi Mencegah cacing dewasa bereproduksi dan membunuh larva
cacing di dalam tubuh penderita
Manfaat Mengatasi infeksi akibat parasit cacing
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak BB ≥15kg
Kategori kehamilan dan menyusui C.

Interaksi obat • Penghambat P-glikoprotein (clarithromycin dan


verapamil) kadar ivermectin dalam darah meningkat.
• Pemicu P-glikoprotein (rifampicin) kadar ivermectin dalam
darah turun
• Lactobacillus dan estriol menurunnya efektivitas kedua obat
tersebut.
• Warfarin risiko perdarahan meningkat.
Bentuk obat Tablet (3mg)
Efek samping Mual, muntah, diare, pusing, ruam, demam, nyeri otot, biduran.
Dosis:
■ Infeksi Filariasis
– Dosis dewasa: 0,2 mg / kg oral sekali
– Dosis anak
■ 5 tahun atau lebih tua: 0,4 mg / kg secara oral sekali setahun (dengan dosis tunggal tahunan dietilkarbamazin
6 mg / kg), selama 4 sampai 6 tahun.

■ Infeksi Askariasis
– Dosis dewasa: 0,2 mg / kg oral sekali.
Farmakokinetika:
■ Dimetobolisme di hati
■ Absorpsi lebih mudah bila dikonsumsi dengan makanan tinggi lemak
■ Terikat dengan protein 93%
■ Diekskresi melalui urin dan di feses dalam bentuk tidak berubah
■ Waktu paruh: 16 jam

Obat ini dikontraindikasikan bagi pasien yang hipersensitif terhadap ivermectin.


DIETILKARBAMAZIN
Mekanisme aksi • Menurunkan aktivitas otot  parasit seakan-akan mengalami
paralisis dan mudah terusir dari tempatnya yang normal
dalam tubuh hospes
• Menyebabkan perubahan pada permukaan membran
microfilaria sehingga lebih mudah dihancurkan oleh daya
pertahanan tubuh hospes.
Kategori Obat resep
Manfaat Mengatasi infeksi akibat parasit cacing filariasis
Dikonsumsi oleh Dewasa dan Anak-anak
Kategori kehamilan dan X. Belum diketahui apakah obat ini dapat terserap ke dalam ASI
menyusui atau tidak
Interaksi obat Belum ada penelitian
Bentuk obat Tablet
Nama dagang Diethylcarbamazine
Efek samping Gatal dan bengkak pada wajah, demam, ruam pada kulit. mual dan
muntah, mengantuk, menggigil, muncul benjolan yang terasa nyeri
di leher, ketiak, atau selangkangan.
Dosis:
■ Infeksi Filariasis
– Dosis dewasa: 2-3 mg/kgBB, sebanyak 3 kali sehari.

Farmakokinetika:
■ Obat ini cepat diabsorpsi oleh usus.
■ Kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1-2 jam.
■ Distribusi: merata ke seluruh jaringan kecuali jaringan lemak.
■ Dalam waktu 30 jam obat dieksresikan bersama urin, 70% dalam bentuk metabolitnya, pada pemakaian
berulang dapat menimbulkan sedikit akumulasi.

Kontraindikasi:
hipersensitif; bayi, lanjut usia atau pasien dengan kondisi lemahfungsi ginjal buruk, punya penyakit
jantung
- Dalam pengobatan dengan regimen DEC, sangat dianjurkan untuk kontrol rutin untuk dilakukan
pemeriksaan kepada dokter untuk memastikan keadaan infeksi yang sedang berjalan.
- Karena efek samping obat ini dapat terjadi penurunan kualitas penglihatan sampai tahap kebutaan
jika dikonsumsi dalam jangka panjang, sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala
ke dokter spesialis mata.
- Berhati-hati dalam melakukan pekerjaan berat seperti menyetir karena obat ini bisa
mengakibatkan pusing serta nyeri kepala hebat.
- Hindari mengonsumsi alkohol serta merokok selama menjalani pengobatan dengan DEC agar
terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan.
PRAZIQUANTEL
Mekanisme aksi Menyebabkan kerusakan pada tegumental cacing dan kontraksi
serta paralisis otot cacing yang diakhiri dengan kematian pada
cacing dan dikeluarkan dari hospes secara alami

Kategori Obat resep


Manfaat Mengatasi infeksi akibat parasit cacing
Dikonsumsi oleh Dewasa dan Anak-anak
Kategori kehamilan dan menyusui B
Interaksi obat Bersama dengan rifampicin penurunan konsentrasi praziquantel
di bawah dosis efektif.
Dengan obat perangsang enzim CYP
(carbamazepine, dexamethasone, phenobarbitan, dan phenytoin)
penurunan efek pranziquantel dalam darah.
Dengan inhibitor enzim CYP (cimetidine, erythromycin,
itraconazole, dan ketoconazole efek obat dalam darah
meningkat.     
Bentuk obat Tablet (600mg)
Efek samping Pusing, mual, nyeri perut, nafsu makan menurun, badan pegal-
pegal, mengeluarkan keringat berlebih.
Dosis:

■ Penderita Taenia Saginata (Cacing Pita Daging Sapi)


– Dewasa: 5 sampai 10 mg/kg diminum langsung sekali
– Anak-anak usia 4 tahun atau lebih: 5 sampai 10 mg/kg diminum langsung sekali

■ Penderita Taenia Solium (Cacing Pita Babi)


– Dewasa: 5 sampai 10 mg/kg diminum langsung sekali
– Anak-anak usia 4 tahun atau lebih: 5 sampai 10 mg / kg diminum langsung sekali

Farmakokinetika:
Cepat diserap
Waktu paruh di serum: 0,8-1,5 jam

Kontraindikasi bagi pasien yang hipersensitif terhadap praziquantel.


NICLOSAMIDE
Mekanisme aksi Menyebabkan kerusakan pada tegumental cacing dan kontraksi
serta paralisis otot cacing yang diakhiri dengan kematian pada
cacing dan dikeluarkan dari hospes secara alami

Kategori Obat resep


Manfaat Mengatasi infeksi akibat parasit cacing
Dikonsumsi oleh Dewasa dan Anak-anak
Kategori kehamilan dan menyusui B
Interaksi obat Bersama dengan warfarin  warfarin meningkat
Bersama dengan abatacept  kadar niclosamide dalam darah menurun
Bersama dengan abiraterone  kadar niclosamide dalam darah meningkat

Bentuk obat Tablet (500mg)


Efek samping Gangguan GI (seperti mual, muntah, sakit pada perut)
kepala terasa ringan pruritus (gatal pada kulit)
Dosis:

■ Penderita Taenia Saginata (Cacing Pita Daging Sapi)


– Dewasa: 1 g setelah sarapan dan 1 g setelah 1 jam kemudian
– Anak-anak usia 4 tahun atau lebih: 5 sampai 10 mg/kg diminum langsung sekali
■ <2 tahun: 250 mg setelah sarapan dan 250 mg satu jam setelahnya
■ 2-6 tahun: 500 mg setelah sarapan dan 500 mg sejam setelahnya.
■ Penderita Taenia Solium (Cacing Pita Babi)
– Dewasa: 2 g setelah sarapan ringan
– Anak-anak
■  <2 tahun: 500 mg
■ 2-6 tahun: 1 g. Semua dosis dimakan sekali setelah sarapan ringan.
Farmakokinetika:
Sedikit diserap di saluran pencernaan

Kontraindikasi bagi pasien yang hipersensitif terhadap niclosamide.


Referensi
■ Centers for Disease Control and Prevention. Diakses dari https://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/
■ Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015). Menuju Eliminasi Filariasis 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
■ Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis.
■ Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan
Cacingan.
■ https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm
■ Craig, C.F., et al. 1970. Craig and Faust’s Clinical Parasitology. Michigan : Lea & Febiger CDC. Ascariasis.
■ http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/
■ Bungiro, R. Cappello, M. (2004). Hookworm Infection: New Developments and Prospects for Control. Current Opinion in Infectious Diseases, 17(5),
pp. 421-426.
■ Loukas, et al. (2016). Hookworm Infection. Nature Reviews Disease Primers, doi:10.1038/nrdp.2016.88.
■ US Department of Health and Human Services (2017). CDC. Hookworm.
■ NHS Choices UK (2015). Health A-Z. Hookworm Infection.
■ Delgado, A. Healthline (2018). Hookworm Infections.
■ Henderson, R. Patient (2014). Hookworm Infections.
■ Center for Disease Control and Prevention (2018). A-Z Index. Parasites - Lymphatic Filariasis.
■ http://www.drugs.com/cons/niclosamide.html
■ http://mims.com/INDONESIA/Home/GatewaySubscription/?generic=NiclosamideMayo Clinic (2017). Drugs and Supplements. Albendazole (Oral
Route).
■ Mayo Clinic (2017). Drugs and Supplements. Praziquantel (Oral Route).
■ Mayo Clinic (2017). Drugs and Supplements. Pyrantel Pamoate (Oral Route).
■ Medscape (2018). Mebendazole.
■ MIMS Indonesia (2018). Mebendazole.
■ https://web.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2005/Ascaris/JLora_ParaSite.htm
■ https://emedicine.medscape.com/article/212510-overview
■ https://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/biology.html

Anda mungkin juga menyukai