PENYU
ARIS MUNANDAR
KARAKTERISTIK
BAGIAN TUBUH PENYU
1. Karapas, bagian tubuh yang dilapisi zat
tanduk
2. Plastron, penutup pada bagian dada dan
perut
3. Infra Marginal, keping penghubung
antara bagian pinggir karapas dengan
plastron
4. Tungkai Depan, kaki berenang di dalam
air berfungsi untuk alat dayung
5. Tungkai Belakang, kaki bagian belakang
(pore fliffer) untuk alat penggali
Cheloniidae Dermochelyidae
Chelonia mydas (penyu hijau) Dermochelys coriacea
Natator depressus (penyu (penyu belimbing)
pipih)
Lepidochelys olivacea (penyu
abu)
Lepidochelys kempi (penyu
kempi)
Eretmochelys imbricata
(penyu sisik)
Caretta caretta (penyu
tempayan)
JENIS PENYU
Morfologi Penyu
IDENTIFIKASI PENYU
Tanda-tanda Khusus Karapas
Jejak, Ukuran Sarang, dan Kebiasaan Bertelur
Karakteristik Habitat
SEBARAN PENYU
REPRODUKSI
1. Telur dalam sarang
2. Tukik memecahkan cangkang telur dengan menggunakan
paruh (caruncle) yang terdapat diujung rahang atas
3. Tukik mulai aktif dan berusaha keluar dari sarang setelah
selaput embrio terlepas
4. Tukik bersama-sama dengan saudaranya berusaha
menembus pasir untuk mencapai ke permukaan
PENGELOLAAN
Berada di garis Terancam
pantai predator
Ada di wilayah Berada di pasir
yang berpotensi dengan
digali penyu lain kandungan
Berada di wilayah mikrobial yang
yang rawan untuk tinggi
dicuri
Angka
Diamankan
Penetasan
Teknik
Pemindaha Relokasi
n
PERLINDUNGAN PENYU
PEMBAGIAN APPENDIKS CITES
a. Appendiks I; Seluruh spesies tumbuhan dan
satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk
perdagangan internasional
b. Appendiks II; Spesies yang tidak terancam
kepunahan, tapi mungkin terancam punah bila
perdagangan terus berlanjut tanpa adanya
pengaturan
c. Appendiks III; Spesies tumbuhan dan satwa liar
yang dilindungi di negara tertentu dalam batas-
batas kawasan habitatnya, dan suatu saat
peringkatnya bisa dinaikkan ke dalam Apendiks
II atau Apendiks I
Jenis Penyu Appendix
Carettochelys insculpta II
Chelodina mccordi II
Dermatemys mawii II
Pseudemydura umbrina I
Cheloniidae spp. I
Dermochelys coriacea I
Geoemyda spengleri III
Graptemys spp. III
Mauremys iversoni III
Telur Upacara keagamaan
di Provinsi Bali
Daging
PEMANFAATAN
Gangguan atau ancaman manusia:
a. Tertangkapnya penyu karena aktivitas perikanan, baik
disengaja maupun tidak disengaja dengan berbagai
alat tangkap, seperti tombak , jaring insang (gill net),
rawai panjang (longline) dan pukat (trawl)
b. Penangkapan penyu dewasa untuk dimanfaatkan
daging, cangkang dan tulangnya
c. Pengambilan telur-telur penyu yang dimanfaatkan
sebagai sumber protein
d. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir yang dapat
merusak habitat penyu untuk bertelur seperti
penambangan pasir, pembangunan pelabuhan dan
bandara, pembangunan sarana-prasarana wisata
pantai dan pembangunan dinding atau tanggul pantai
Permasalahan Penyu
Gangguan atau ancaman alami:
a. Pemangsaan (predation) tukik, baik terhadap tukik
yang baru keluar dari sarang (diantaranya oleh babi
hutan, anjing-anjing liar, biawak dan burung elang)
maupun terhadap tukik di laut (diantaranya oleh ikan
cucut)
b. Penyakit, yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau
karena pencemaran lingkungan perairan
c. Perubahan iklim yang menyebabkan permukaan air
laut naik dan banyak terjadi erosi pantai peneluran
sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap
berubahnya daya tetas dan keseimbangan rasio
kelamin tukik
Permasalahan Penyu
Longline
Traw
l
By Catch Penyu
Penanganan Bycatch Penyu
Tujuan:
a. Untuk meningkatkan peluang hidup penyu
yang dilepaskan kembali setelah tertangkap
tidak sengaja pada alat penangkap ikan
b. Memberi panduan kepada para nelayan
c. Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya
konservasi dan pelestarian penyu
Posisikanpenyu dalam keadaan
tengkurap
Pegang kedua sisi karapas
Guncangkan secara horizontal dengan
perlahan
Angkat bagian kiri dan kanan (10 cm)
Perhatikan reaksi penyu (pegang bagian
mata atau kloaka/ekor
Resusitasi
Adnyana IBW dan Hitipeuw C. 2009. Panduan Pemantauan Melakukan
Populasi Penyu di Pantai Peneluran di Indonesia. Jakarta: WWF-
Indonesia.
Referensi