Anda di halaman 1dari 12

RATIFIKASI KONVENSI

ANTI KORUPSI

HERI MAHYUZAR, S.E., M.M.


Tahap pembuatan Perjanjian Internasional.
1. Perjanjian melalui tiga tahap: Perundingan,
penandatanganan dan pengesahan.
2. Perjanjian melalui dua tahap: Perundingan dan
Penandatanganan.

Jadi, suatu perjanjian internasional, untuk dapat mengikat suatu negara,


ada kalanya ditetapkan dengan melalui suatu pengesahan atau ratifikasi.
DEFINISI:

- Istilah ratifikasi sendiri berasal dari 1. Ratifikasi adalah pengesahan atau penguatan
bahasa latin yaitu “ratificare” yang oleh badan yang berwenang di negaranya
terbentuk dari kata ratus yang berarti terhadap suatu perjanjian (Mochtar
dibuat atau dibentuk (made). Kusumaatmadja).
2. Ratifikasi adalah persetujuan dari kepala
negara atau pemerintah atas tanda tangan
- Secara harfiah dapat dikatakan
wakilnya yang terdapat pada traktat (Wirjono
dibuat mantap atau disahkan melalui Prodjodikoro ).
persetujuan (make valid by 3. ratifikasi merupakan salah satu bentuk
approving). pernyataan negara tentang kesediaannya
untuk diikat oleh suatu perjanjian
4. internasional (Brownlie).
Latar Belakang Terbentuknya
Konvensi PBB Anti Korupsi
 Salah satu visi masyarakat internasional adalah semakin kuatnya
kesepakatan untuk saling bekerjasama dalam pemberantasan
praktek-praktek korupsi.
 Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya deklarasi untuk
memberantas korupsi dalam KAK 2003 (United Nations Convention
AgaintsCorruption/ UNCAC) yang diadakan oleh PBB .
 UNCAC merupakan konvensi anti korupsi tingkat
internasional pertama dalam menyelesaikan
masalah korupsi.
 Konvensi UNCAC terdiri dari 8 bab dan 71 pasal
yang mengharuskan negara-negara peratifikasi
mengimplementasikan isi konvensi tersebut.
Tujuan umum KAK 2003:
1. Memajukan dan mengambil langkah-langkah tegas dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi secara efektif dan
efisien (to promote and strenghthen measures to prevent and
combat corruption more efficiently and effectively).
2. Memajukan, memfasilitasi, dan mendukung kerjasama
internasional dan bantuan teknik dalam mencegah dan
memerangi perbuatan korupsi, termasuk pengembalian aset
(to promote, facilitate and support international cooperation
and technical assistance in the prevention of and fight against
corruption, including in asset recovery).
3. Memajukan integritas, pertanggungjawaban, dan hubungan
manajemen publik yang sesuai dengan kepemilikan umum (to
promote integrity, accountability and proper management of
public affairs and public property).
Sebelum terbentuknya UNCAC, ada beberapa konvensi
Internasional lainnya:

 1977: The United States Congress oleh Perusahaan-perusahaan yang


ada di Amerika Serikat. Kongres ini mengangkat masalah praktek
korupsi berupa kriminalisasi suap oleh pejabat asing.
 1980: Cold War Security mempromosikan konvensi anti korupsi tingkat
internasional.
 1996: The Inter-American Conventian Against Corruption yang merupakan
konvensi anti korupsi tingkat regional pertama kali.
 1997: The OECD Convention dalam membahas suap oleh pejabat asing
(Bribery of Foreign Public Officials).
 1998-1999: The Council Of Europe yang menghasilkan 2 kesepakatan anti
korupsi: Hukum krimanal dan Konvensi hukum sipil.
 2000: The UN Convention dalam pemberantasan Transnational Organized
Crime.
 2003: The African Union Comvention yang membahas masalah
pencegahan dan pemberantasan korupsi.
ARTI PENTING RATIFIKASI KONVENSI
ANTI KORUPSI BAGI INDONESIA
 Bangsa Indonesia mengambil bagian untuk
mencegah dan memberantas korupsi dengan
menandatangani konvensi anti korupsi tanggal
18 Desember 2003.
 Pada tanggal 18 April 2003, Pemerintah
Indonesia dengan persetujuan DPR telah
meratifikasi konvensi UNCAC dengan
mengesahkan dalam Undang-Undang No.7
Tahun 2006, LN 32 Tahun 2006 tentang
pengesahan UNCAC.
 Pada tanggal 21 November 2007, Indonsia
menjadi tuan rumah Asosiasi Internasioanal
Lembaga-lembaga anti korupsi (IAACA).
 Pada tanggal 28 Januari-1 Februari 2008,
Indonesia kembali menjadi tuan rumah
konvensi negara-negara yang tergabung dalam
UNCAC.
Undang-Undang No.7 Tahun 2006,
menjelaskan pentingnya ratifikasi konvensi:
1. Meningkatkan kerjasama Internasional
khususnya dalam melacak, membekukan,
menyita, dan mengembalikan aset-aset
hasil tindak pidana korupsi yang
ditempatkan di luar negeri.
2. Meningkatkan kerjasama Internasional
dalam mewujudkan tata pemerintahan
yang baik.
3. Meningkatkan kerjasama Internasional
dalam pelaksanaan perjanjian ekstradisi,
bantuan hukum timbal balik, penyerahan
narapidana, pengalihan proses pidana,
dan kerjasama penegakan hukum.
4. Dan seterusnya...
 Ratifikasi konvensi anti korupsi merupakan komitmen nasional untuk
meningkatkan citra bangsa Indonesia dalam peraturan politik internasional.
 Dengan telah di ratifikasinya konvensi internasional tersebut, maka
Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban melaksanakan isi konvensi dan
melaporkan perkembangan pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai