Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

Pembimbing : dr. Winaryani, Sp.KJ


Disusun oleh Kelompok E3:
Isna Mila Nindaniati (21710125)
Wahyu Indra Wisnu Wardana (21710181)
Lady Reistiabella Istiana (21710141)
Nur Cahyaning Ati (21710155)
Anisa Tia Azzahra (21710161)
Fajar Subarkah (21710150)
SMF ILMU KESEHATAN JIWA
RSJ RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2022
Definisi
Skizoafektif merupakan gangguan yang memiliki ciri skizofrenia dan gangguan afektif
atau mood. Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik persisten, seperti
halusinasi atau delusi, terjadi bersamasama dengan masalah suasana atau mood disorder
seperti depresi, manik, atau episode campuran. Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi
lebih sering daripada gangguan bipolar. (Melliza, 2013; WHO 2012).
Patofisiologi
 Patofisiologi dari skizoafektif sama dengan skizofrenia yaitu dimana mungkin
melibatkan ketidakseimbangan neurotransmiter di otak, terutama norepinefrin,
serotonin, dan dopamine (Sadock, 2015).
 Secara umum, penelitian-penelitian telah menemukan bahwa gangguan skizoafektif
dikaitkan dengan penurunan volume otak, terutama bagian temporal (termasuk
mediotemporal), bagian frontal, termasuk substansia alba dan grisea. Dari sejumlah
peneltian ini, daerah otak yang secara konsisten menunjukkan kelainan adalah daerah
hippocampus dan parahipocampus (Abrams, dkk, 2008).
Gejala Klinis
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan
dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana
perasaan baik itu manik maupun depresif.
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
(PPDGI III): Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1. Thought echo
2. Delusion of Control / delusion of passivity
3. Halusinasi Auditorik
4. Waham-waham menetap jenis lainnya
5. Halusinasi yang menetap
6. Arus pikiran yang terputus (break)
7. Perilaku katatonik,
8. Gejala-gejala negatif,
Bab.2

Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Ny.SA
Umur : 74 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Lumajang, 1 Juni 1947
Agama : Hindu
Suku Bangsa : Jawa
Status Pernikahan : Janda
Pendidikan Terakhir : Tidak Tamat SD
Pekerjaan Terakhir : Petani Kebun
Alamat Pasien : Senduro, Lumajang
Waktu Pemeriksaan : 22 Desember 2019, pukul 14:00 WIB
Anamnesa
A. Keluhan Utama:
Pasien suka marah-marah

B. Autoanamnesis
Pasien perempuan datang ke IGD RSJ Rajiman Widiodiningrat Lawang diantar oleh
menantu, cucu dan keponakannya. Roman wajah sesuai usia. Pasien berpenampilan rapi
sesuai gander dan mampu berjalan sendiri tanpa dibantu dan dapat diarahkan berbaring di
bed periksa. Pasien menggunakan kebaya brokat dan bawahan Jarik serta menggunakan
kerudung berwarna hitam, pasien menggunakan Sandal santai dan tidak berbau. Pasien
cukup kooperatif saat diwawancara. Saat ditanya-tanya pasien mampu mengadakan
kontak mata dengan pemeriksa. Pasien dapat menyebutkan nama, usia, dan alamat pasien
dengan baik. Pasien mengetahui saat ini siang hari, sedang berada di kota Malang yakni
Saat ini ada di rumah sakit, Pasien menyebutkan bahwa pasien ke sini diantar oleh
adiknya, saat ditanya salah satu keluarga yang ada, pasien mengatakan tidak tahu itu
siapa.
Saat ditanya kenapa pasien dibawa kesini pasien menjawab hendak berobat karena perutnya
terasa sakit. Lalu pemeriksa menanyakan mulai kapan Perutnya sakit pasien menjawab "pun dangu".
Saat ditanya kenapa bisa sakit pasien menjawab tidak tahu. Pemeriksa menanyakan pasien disini
dengan siapa lalu pasien menjawab dengan suami istri, dengan istri bernama Haji Samudin, mereka
datang kesini untuk memeriksakan pasien. Pasien lalu ditanyai mengenai aktivitas nya dirumah, lalu
pasien menjawab diam dirumah saja karena tidak boleh kemana-mana, pasien takut dengan suaminya.
Saat ditanya sekarang suaminya dimana pasien menjawab Suaminya sedang bekerja, lalu ditanya
bekerja dimana pasien mengatakan tidak tahu.
Saat ditanya apakah pasien suka marah-marah pasien mengatakan “iya” pasien marah-marah
karena ada orang tidak baik. Orang tidak baik tersebut bernama Abdul Ladah, “dia sering mengancam
kami (pasien)”. Menurut pasien Abdul Ladah mengancam hendak membunuh pasien dengan cara
dikeroyok Karena pasien tidak mempan jika dibunuh dengan celurit. Saat ditanya mengapa Abdul
Ladah sampai mengancam hendak membunuhnya, pasien mengatakan semua karena asap, dimana
“asapmu asapmu, asapku asapku" Menurut pasien, pasien sering melihat Abdul Ladah mondar mandir
didepan rumahnya dengan membawa celurit dibelakang badannya serta mendengar bahwa ia akan
membunuh pasien. Pernah saat itu jam 2 malam pasien mengejar Abdul Ladah beserta gerombolannya
yang mencoba membunuh pasien dengan membawa "tongkat cabbang kesek otek-otek" dimana
tongkat tersebut hanya sebesar lengan namun kekuatannya seperti 1000 lengan, lalu Abdul Ladah lari
dengan gerombolannya karena takut. Selain itu pasien juga mengatakan bahwa Abdul Ladah
mengatakan "tusuk busuk" dimana hal tersebut diyakini oleh pasien adalah santet karena peniti kawat
satu rante keluar dari pantat dan perutnya.
Heteroanamnesis (di dapat dari menantu pasien → Ny.S)
1. Rincian keluhan utama.
Ny. S mengatakan pasien sering marah-marah sudah 1 tahun ini, semakin memburuk
sejak 3 bulan ini. Pasien marah-marah hingga memegang pisau dan mengejar tukang sayur
yang lewat didepan rumah, selain itu pasien juga sempat hendak memukul keponakannya
namun semua masih dapat dicegah. Menurut Ny. S pasien mengatakan bahwa rumahnya
hendak dirampok dan ada orang yang hendak membunuhnya. Pasien marah-marah
terutama jika ada yang berisik disekitarnya.
Menurut Ny. S pasien mulai bicara melantur dan suka marah-marah sejak pasien
pulang dari Jawa Tengah setelah menjenguk anaknya yang tinggal disana dimana anaknya
mengalami kecelakaan, sekitar 2 tahun yang lalu, pasien sering tampak melamun tak lama
setelah itu anak perempuannya yang tinggal satu rumah dengan pasien pergi merantau ke
Malaysia, hal tersebut dirasa semakin membuat pasien mempunyai beban pikiran yang
banyak.
2. Gejala lain yang menyertai keluhan utama.
Pasien tidak tidur saat malam hari, jika malam hari pasien malah beraktivitas seperti
merapikan baju, diberantakan lagi atau sering memasukkan pakaian kedalam tas dan
membawa kemana - mana tas berisi bajunya. Selain itu pasien juga sering mau keluyuran
namun dapat dicegah oleh keluarga dengan mengkunci seluruh pintu saat malam hari, Saat
terang hari pasien cenderung tidur. Makan dan minum pasien mampu dan mau meminta
sendiri kepada keluarga. Mandi pun pasien juga masih mau. Saat ditanya apakah pasien
marah-marah dengan membanting-banting benda keluarga menyangkal hal tersebut.
Keluarga juga menyangkal adanya percobaan bunuh diri atau melukai diri sendiri pada
pasien
Pemeriksaan
Tanda Vital Pemeriksaan
Keadaan umum: compos mentis Lokalis
Tekanan daran :130/15 mmHg GCS : 456
RR :20x/menit Meningeal sign: Kaku kuduk (-), Kernig
Nadi :81 x /menst (-), Brudzinski1 (-), Brudzinski2 (-)
Suhu : 36,6 oC Reflek fisiologis: a. BPR +2/+2
b. TPR +2/+2
Pemeriksaan Lokalis c. KPR +2/+2
d. APR +2/+2
Kepala / Leher: A/I/C/D -/-/-/-, Reflek patologis: a. Hoffman -/-
Pembesaran KGB : (-) b. Trommer -/-
Thorax c. Babinski -/-
Cor: S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-) d. Chaddock -/-
Pulmo: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen: Jejas (-), bising usus (+) normal,
soepel, nyeri tekan (-), timpani (+)
Ekstremitas: AKHM +/+, edema -/-
Status Pskiatri
 Kesan Umum
Pasien wanita datang dengan perawakan biasa, wajah sesuai umur, Pasien berpenampilan rapi sesuai
gender dan mampu berjalan sendiri tanpa dibantu dan dapat diarahkan berbaring di bed periksa. Pasien
menggunakan kebaya brokat dan bawanan Jarik serta menggunakan kerudung berwarna hitam, pasien
menggunakan Sandal santai dan tidak berbau. Pasien cukup kooperatif saat diwawancara.
 Kontak
Verbal : Pasien mampu mengadakan kontak mata dengan pemeriksa. Pasien dapat menyebutkan nama,
usia, dan alamat pasien dengan baik. Pasien juga dapat berkomunikasi dan menjawab pertanyaan
dengan baik (hanya beberapa)
 Kesadaran : Berubah Kualitatif
 Orientasi
Waktu: Tidak terganggu
Tempat: Tidak terganggu
Orang: Tidak terganggu
 Data ingat
Segera: Tidak terganggu
Pendek: Tidak terganggu
Panjang: Masih dapat mengingat kejadian yang lalu
 Proses Berfikir
Bentuk pikiran: Non Realistik
Arus pikiran: Flight of ideas
Isi: Waham Curiga
 Afek / Mood: Labil
 Kemauan
ADL : Baik
Sosial : Menurun
Pekerjaan : Menurun
Psikomotor : Baik
Tilikan: derajat 1
Resume
1. Ny. SA perempuan usia 74 tahun, status pernikahan Janda. pendidikan terakhir tidak tamat SD
dan pekerjaan terakhir petani kebun.
2. Sering bicara melantur dan marah-marah
3. Terdapat halusinasi visual dan auditorik
4. Terdapat waham curiga
5. Tidak ada keinginan untuk bunuh diri
6. Tidak ada riwayat masuk rumah sakit
7. Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini
8. Dari anamnesa faktor organik disangkal
9. Riwayat NAPZA (-)
10. Keluhan lain : Pasien tidak tidur saat malam hari, jika malam hari pasien malah beraktivitas
seperti merapikan baju, diberantakan lagi atau sering memasukkan pakaian kedalam tas dan
membawa kemana - mana tas berisi bajunya.
11. Gejala awal : berbicara melantur, suka marah-marah, dan saat ditanya pasien menjawab tidak
nyambung, sering melihat mantan suami mondar-mandir didepan rumah dan mendengar bahwa
merasa ada yang mengancam hendak membunuh pasien.
12. Status internistik normal
13. Status neurologis normal
DIAGNOSIS
Diagnosa Differensial
Multiaksial Diagnosis

Axis I : Gangguan Skizoafektif (F 25) 1. Skizofrenia


Axis II : Gangguan Kepribadian
Emosional Tak Stabil (F60.3)
2. Skizoafektif Tipe Manik (F.25.0)
Axis III : tidak ditemukan
Axis IV : Masalah primary support group
(ditinggal anak merantau ke
Malaysia)
Axis V : GAF scale setahun 60-51, gejala
sedang (moderate), disabilitas
sedang.
Rencana Tidak Lanjut
1. Non Farmakologi
Psikoterapi Suportif: Menjelaskan kepada pasien tentang keadaan pasien, gejala dan faktor pencetus
kekambuhan pasien dan meminta pasien rutin untuk mimum obat
Psikoterapi Reedukatif
a. Konseling: Konseling dengan pasien berkaitan dengan masalahnya dan memahami potensi
dirinya
b. Terapi sikap : bagaimana bersikap yang baik dan benar kepada keluarga.
Psikoedukasi Keluarga
c. Meminta kepada keluarga agar berperan aktif dalam penyelesaian masalah pasien,
memberikan motivasi serta memberikan aktivitas agar fungsi social pasien kembali lagi
d. Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi pasien,penyakit yang diderita pasien gejala.
Anggota keluarga harus mengingatkan dan mengawasi pasien ketika minum obat.
2. Farmakologi
Tab. Carbamazepine 2x200 mg per oral
Tab. Stelazine 2x5 mg per oral
Prognosis Pasien Skizoafektif Baik Buruk

Prognosis Umur √

Status Pernikahan √
Berdasarkan tabel prognosis Pekerjaan √  
diatas pada pasien masih
disebut dubia ad bonam. Pendidikan √
Gambaran klinis yang
dikaitkan dengan prognosis Kepribadian Premorbid √  
baik
Faktor Pencetus √  

Faktor keturunan √  

Onset √  
Jenis √  
Gejala √  
Insight √
Pengobatan √  
Pembahasan

Dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap Ny,SA maka ditarik kesimpulan jika pasien
mengalami skizoafektif tipe manik. Dalam menentukan diagnosis skizoafektif tipe manik,
diperlukan pemenuhan terhadap kriterian diagnosis yang disesuaikan dengan DSM V.
 Dalam ilustrasi kasus, diagnosis ini dengan jelas ditunjukkan dalam pernyataan tentang
pasien. Pasien menunjukkan mengalami waham curiga, dan pasien juga mengalami
halusinasi auditorik dan visual sesuai dengan kriteria diagnostic DSM V yang dibuktikan
dengan pernyataan pasien yang merasa ada yang mengancam hendak membunuhnya.
Pasien juga sering melihat ada yang mondar mandir didepan rumahnya dengan membawa
celurit dibelakang badaannya serta mendengar bahwa ia akan membunuh pasien.
Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pasien mengalami waham curiga yang
menonjol dan terdapat kesesuaian dengan kriteria diagnostic yang dipergunakan, yakni
dinyatakan bahwa pasien telah mengalami gejala ini menetap selama 2-3 bulan.
Pembahasan

 Berdasarkan ilustrasi kasus juga ditunjukkan bahwa pasien memiliki ciri kepribadian
emosional tidak stabil yang merupakan ciri kepribadian yang paling sering
mengembangkan skizoafektif tipe manik. Dari keterangan keluarga pasien, diketahui bahwa
pasien tidak pernah mengalami gejala gejala tersebut sebelumnya. Di keluarga pasien pun
disangkal ada yang mengalami gejala serupa. Oleh sebab itu, faktor genetik dalam etiologi
gangguan yang dialami pasien dapat disingkirkan.
 Dalam gangguan skizoafektif, penatalaksanaan yang dilakukan tidak hanya menitik
beratkan pada terapi farmakologis, tetapi juga pada terapi non farmakologi, di mana dalam
hal ini peran keluarga pada pengobatan pasien memiliki andil yang besar dalam
menentukan kesembuhan dan tingkat kekambuhan pasien. Pada pasien ini diberikan terapi
Carbamazepine 2x200 mg per oral dan Stelazine 2x5 mg per oral serta dilakukan
psikoterapi suportif.
Kesimpulan
Tuan Ny.SA, usia 74 tahun datang bersama menantunya ke Rumah Sakit. Pada
pemeriksaan didapatkan waham yang menonjol disertai dengan adanya halusinasi
auditorik dan visual yang merupakan karakteristik yang paling sering ditemukan pada
penderita skizoafektif tipe manik. Dalam kasus ini pasien memenuhi kriteria gejala yang
sesuai dengan diagnosis skizoafektif tipe manik. Pasien diterapi terapi Carbamazepine
2x200 mg per oral dan Stelazine 2x5 mg per oral serta dilakukan psikoterapi suportif.
Pemberian terapi nonfarmakologi yaitu Psikoedukasi terhadap pasien, memberikan
penjelasan kepada pasien tentang apa yang dialaminya saat ini termasuk penyakit yang
dideritanya, kemungkinan penyebab penyakitnya, meyakinkan pasien untuk teratur
minum obat.
Psikoedukasi terhadap keluarga memberikan penjelasan kepada keluarga tentang
penyakit pasien saat ini dan meminta keluarga untuk ikut berperan aktif dalam upaya
untuk kesembuhan pasien. Prognosis pada kasus Nyonya SA adalah dubia ad bonam.
REFERENCES

1. Kaplan & Sadock, 2015. Synopsis Of Psychiatry: Behavioral


Scienes/Cinical/Psychiatri-Elevent Edition
2. Ken Duckworth, M.D., and Jacob L. Freedman, M.D. 2012.
Schizoaffective disorder. (akses: 5 Desember 2013)
3. Mellisa CS. Schizoaffective disorder [internet]. 2013. [disitasi tanggal
10 Mei 2015]. Tersedia dari http://www.medicinet.com
4. World Health Organization. World suicide prevention day 2012.
World Health Organization [internet]. 2012. [disitasi pada 10 Mei
2015]. Tersedia dari:http://www.who.int/mediacentre/ev
ents/annual/world_suicide_prevention_d ay/en/
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai