Anda di halaman 1dari 47

Case Report

Epilepsi
Preceptor :
dr. Firdinand Nurdin, Sp.A., MARS., M.Kes

Oleh :
Dianing Ayu Yustika Ratu, S.Ked
21360130
Liska Zahara Putri, S.Ked
21360071

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK


RSUD JENDRAL AHMAD YANI METRO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2023
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN :

Nama : An. H
No. RM : 387015
Tanggal Lahir : 17/06/2011
Umur : 11 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : Anak keempat
Hubungan dengan orangtua : Anak kandung
Nama Ibu : Ny. J
Usia : 50 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Lampung Timur
Tanggal masuk RS : 11 Desember 2022
Tanggal Pemeriksaan : 11 Desember 2022
RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan Utama
Kejang 3 x dalam 1 hari sejak 3 hari SMRS

Keluhan Tambahan
Tidak napsu makan, demam (-)
RIWAYAT PENYAKIT

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan diantar orang tuanya ke IGD RSUD Jendral Ahmad Yani
Metro dengan keluhan kejang sebanyak 3xdengan durasi masing-masing selama <5
menit sejak malam sebelum masuk rumah sakit. Ketika kejang muncul, pandangan mata
memandang ke atas dan mulut merot (absans). diantara kejang satu dengan lainnya
pasien tidak sadar, setelah kejang pasien menangis. Kejang muncul pada saat pasien
kelelahan dan tanpa didahului oleh demam. Dan kejang berhenti bila istirahat. Keluhan
tersebut disertai tidak napsu makan.
RIWAYAT PENYAKIT

Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut pengakuan ibunya, awalnya kejang muncul pertama kali pada saat setelah terjatuh dari sepeda di usia
5 tahun dengan tanda-tanda bagian kaki kanan yang tersentak dan kelojotan. Kejang bisa muncul kurang lebih tiga kali
dalam sehari dan dalam keadaan pasien istirahat setelah kelelahan. Dua minggu kemudian gejala kejang mulai
bertambah ke kaki kiri pasien. Seminggu kemudian bertambah ke kedua tangan dan seluruh badan pasien. Sebelumnya
pasien pernah dirawat di RS Islam Metro dan mendapatkan pengobatan. Setelah itu keluhan kejang berkurang dan
hanya muncul satu atau dua kali dalam sebulan. Setelah mendapat pengobatan rutin, gejala kejang bisa muncul berupa
mata memandang keatas, mulut merot, ataupun keduanya muncul bersamaan. Riwayat terjatuh dari sepeda sejak usia 5
tahun.
RIWAYAT PENYAKIT

Riwayat Penyakit Keluarga

Orang tua pasien mengaku keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien.

Riwayat Pengobatan

Asam valproat 3x 6 cc
Topamax 2x1 pulv
Fenitoin 2x1 pulv
RIWAYAT KEHAMILAN PRENATAL DAN
POSTNATAL

Pemeliharaan Kehamilan Ibu Dan Prenatal


Petugas Pemeriksa : Bidan
Frekuensi : Trimester I = 2 x
Trimester II = 2 x
Trimester III = 3 x
Keluhan Selama Kehamilan : Tidak ada keluhan
Obat Selama Kehamilan : Vitamin dari bidan

Kesan :
Selama kehamilan, ibu tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan Ibu melakukan kontrol teratur melakukan evaluasi
kehamilan.
RIWAYAT PERSALINAN

Fasilitas Kesehatan : Bidan secara persalinan normal


Cukup Bulan atau Tidak : Cukup bulan, usia kehamilan 39 minggu
Berat Badan : 3000 gram
Panjang Badan : 47 cm
Cacat : Tidak ada
Anak-ke : Keempat dari empat bersaudara

Kesan : Riwayat kelahiran dalam batas normal.


RIWAYAT IMUNISASI

Umur (Bulan)
Imunisasi Lahir 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Hepatitis B - - 1 2 3 - - - - -

Polio - 1 2 3 4 - - - - -
BCG 1 - - - - - - - - -
DPT - - 1 2 3 - - - - -
Campak - - - - - - - - - 1

Kesan : Imunisasi Lengkap


RIWAYAT PEMBERIAN MAKAN

0-1 Bulan : ASI


2-6 Bulan : ASI + MPASI
>6 Bulan : ASI + MPASI

Kesan : Pemberian makanan anak sesuai dengan usia

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi : ± 11 bulan


Tengkurap : ± 4 bulan
Duduk tanpa bantuan : ± 6 bulan
Berjalan : ± 10 bulan
Mengucap satu kata : ± 13 bulan
Bicara : ± 15 bulan

Kesan : Perkembangan anak sesuai usia


PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESENT :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis (E4 M6 V5) GCS 15
Tekanan Darah : 103/69 mmHg
Kesan: Pre-Hipertensi. BP Sistolic Diastolic
Percentile 5th 5th
Suhu : 36,8 0C 50th 99 59
Frekuensi Nafas : 24 x/menit 90th 113 74
Frekuensi Nadi : 99 x/menit
SpO2 : 99% 95th 117 78
Berat Badan : 30 kg 99th 124 86
Tinggi Badan : 130 cm
PEMERIKSAAN
FISIK

STATUS GIZI :
= = 83% (BB baik)
= 90% (TB baik)
= 111% (Overweight)
Kesan : Berat badan pasien baik, Tinggi badan pasien baik, Status gizi pasien overweight.
PEMERIKSAAN
FISIK
STATUS GENERALIS :
Kepala
Kulit Wajah : Wajah simetris, normocephal, pucat (-),
Pucat : Tidak Pucat oedem (-), sianosis (-)
Sianosis : Tidak Sianosis Rambut : Warna hitam, tidak mudah rontok, lesi (-)
Ikterus : Tidak Ikterus Ubun-ubun : Besar, tidak cekung, tidak menonjol
Oedem : Tidak Oedem Mata : Simetris bilateral, massa (-/-), Sklera iterik
Turgor : Baik, segera kembali (-/-), konjungtiva anemis (-/-).
Pembesaran KGB : Tidak ada Pembesaran KGB Telinga : Simetris bilateral, normatia, massa (-),
Kesan : Dalam batas normal sekret (-), deformitas (-), lesi (-)
Hidung : Simetris,nafas cuping hidung (-), sekret
(-), lesi (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Mulut : Sianosis (-), pucat (-), bibir kering (-), bibir
sumbing (-), pembesaran tonsil(-)
Kesan : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN
FISIK
Leher Jantung
Bentuk : Simetris Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Trakea : Berada di tengah, deviasi (-) Palpasi : Ictus cordis teraba
KGB : Tidak terdapat pembesaran Perkusi : Batas jantung normal
Kesan : Dalam batas normal Auskultasi : Bunyi jantung I - II regular, murmur (-), gallop
(-)
Thorax Kesan : Dalam batas normal
Pulmo
Bentuk : Normochest, simetris, tidak cekung Abdomen
Inspeksi : Simetris Inspeksi : Datar, Distensi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-) Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Perkusi : Sonor Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), organomegaly (-)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-) Perkusi : Timpani
Kesan : Dalam batas normal Turgor : Segera Kembali
Kesan : Dalam batas normal
PEMERIKSAAN
FISIK

Genitalia Eksterna
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lubang Anus : Ada
Kesan : Dalam batas normal

Ekstremitas
Jari Tangan : Lengkap, tidak cacat, tidak sianosis, tidak oedem, akral hangat (+)
Jari Kaki : Lengkap, tidak cacat, tidak sianosis, tidak oedem, akral hangat (+)
Pergerakan : Aktif
Kesan : Ekstremitas dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM :

Dengan nilai rujukan berdasarkan American Academy of Pediatric, tertanggal 11


Desember 2022

Kesan : Terjadi peningkatan nilai leukosit dan penurunan pada nilai eritrosit.
FOLLOW UP

HARI KE-1
FOLLOW UP

HARI KE-2
FOLLOW UP

HARI KE-3
RESUME

An. H usia 11 Tahun 6 Bulan datang dengan diantar orang tuanya ke IGD RSUD Jendral Ahmad Yani Metro dengan
keluhan kejang sebanyak 3x dengan durasi masing-masing selama <5 menit sejak malam sebelum masuk rumah sakit. Ketika
kejang muncul, pandangan mata memandang ke atas dan mulut merot (absans). Diantara kejang satu dengan lainnya pasien
tidak sadar, setelah kejang pasien menangis. Kejang muncul pada saat pasien kelelahan dan tanpa didahului oleh demam. Dan
kejang berhenti bila istirahat. Keluhan tersebut disertai tidak napsu makan.

Menurut pengakuan ibunya, awalnya kejang muncul pertama kali pada saat setelah terjatuh dari sepeda di usia 5 tahun
dengan tanda-tanda bagian kaki kanan yang tersentak dan kelojotan. Kejang bisa muncul lebih dari tiga kali dalam sehari dan
dalam keadaan pasien istirahat. Dua minggu kemudian gejala kejang mulai bertambah ke kaki kiri pasien. Seminggu
kemudian bertambah ke kedua tangan dan seluruh badan pasien. Sebelumnya pasien pernah dirawat di RS Islam Metro dan
mendapatkan pengobatan. Setelah itu keluhan kejang berkurang dan hanya muncul satu atau dua kali dalam sebulan. Orang
tua pasien mengaku keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien.
RESUME

Selama kehamilan, ibu tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan hampir rutin melakukan evaluasi kehamilan
setiap bulan. Riwayat persalinan normal dan cukup bulan. Riwayat Imunisasi lengkap. Riwayat pemberian makanan sesuai
usia. Riwayat perkembangan anak sesuai usia.

Pada pemeriksaan fisik secara umum didapatkan berat badan pasien baik, tinggi badan pasien baik, status gizi pasien
overweight, tekanan darah prehipertensi. Pasien tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
laboratorium adanya peningkatan nilai leukosit dan penurunan pada nilai eritrosit.
DIAGNOSIS KERJA

EPILEPSI
TATALAKSANA

● IVFD D5 NS, 20 TPM

● Diazepam 9 mg IV

● Bila kejang berlanjut :


Loading Fenitoin 600 mg diencerkan dalam 50 cc Nacl 0,9% selama 30 menit

● Bila kejang berhenti : Fenitoin 2 x 75 mg

● Bila kejang berlanjut :


Fenobarbital 600 mg IV dengan kecepatan 10-20 mg/menit
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Functionam : dubia ad bonam

Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam


Terima Kasih
Do you have any questions?
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Epilepsi merupakan penyakit saraf yang ditandai dengan episode kejang dapat disertai
hilangnya kesadaran. Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE) pada tahun
2005, epilepsi yang didefinisikan secara konseptual merupakan kelainan otak dengan ditandai
kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan epileptik secara terus-menerus dengan
konsekuensi neurobiologis, kognitif, dan sosial dari kondisi ini.

Kristanto, A. 2017, ‘Epilepsi bangkitan umum tonik-klonik di UGD RSUP Sanglah Denpasar-
Bali’ , Intisari Sains Medis, vol. 8, no. 1, pp. 69-73.
EPIDEMIOLOG
I
 Menurut data World Health Organization (WHO),
diperkirakan sekitar 50 juta orang di dunia yang
menderita epilepsi, menjadikannya salah satu
penyakit neurologi yang paling umum secara global.
 Insidensi pada anak lebih tinggi dibanding dewasa
dan sering dimulai sejak usia bayi. Insidensi epilepsi
pada anak di negara berkembang berkisar 40 kasus /
100.000 anak per tahun.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2016, Epilepsi pada Anak, Mangunatmadja, I., Handryastuti. S. & Risan N. M.
(ed), Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
World Health Organiization (WHO). 2019, Epilepsy fact sheet.
ETIOLOGI

Struktural

Genetik

Infeksi

Metabolik

Imunitas

Tidak Diketahui

ILAE classification of the epilepsies : Position paper of the ILAE commission for Classification and Terminology’ , Epilepsia, vol. 58, no. 4, pp. 512-521.
FAKTOR RESIKO
1. Prenatal
a) Umur ibu saat hamil terlalu muda (<20 tahun) atau
terlalu tua (>35 tahun)
b) Kehamilan dengan eklampsi dan hipertensi
c) Kehamilan primipara atau multipara
d) pemakaian bahan toksik
Prenatal Natal Postnatal 2. Natal
a) Asfiksia
b) Bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500 gram)
c) Kelahiran prematur dan postmatur
d) Partus lama
e) Persalinan dengan alat
3. Postnatal
a) Kejang demam
b) Trauma kepala
c) Infeksi SSP
d) Gangguan metabolik

Raharjo, T. B. 2007, Faktor-Faktor Risiko Epilepsi pada Anak Dibawah Usia 6 tahun, Tesis.
KLASIFIKASI EPILEPSI

Kejang Dasar

Kejang di Perluas

Fisher, R. S., Cross, J. H., D’Souza, C., French, J.A., Haut, S.R., Higurashi, N.,Hirsch, E., Jansen, F. E., Lagae, L., Moshe, L. S., Peltola, J., Perez, E. R., Scheffer, I. E., Bonhage, A. S., Somerville, E.,
Sperling, M., Yacubian, E.M. & Zuberi, S. M. 2017, ‘Instruction manual for the ILAE 2017 operational classification of seizure types’, Epilepsia, vol. 58, no. 4, pp. 531-542.
Klasifikasi kejang dasar berdasarkan ILAE 2017

Fisher, R. S., Cross, J. H., D’Souza, C., French, J.A., Haut, S.R., Higurashi, N.,Hirsch, E., Jansen, F. E., Lagae, L., Moshe, L. S., Peltola, J., Perez, E. R., Scheffer, I. E., Bonhage, A. S., Somerville, E.,
Sperling, M., Yacubian, E.M. & Zuberi, S. M. 2017, ‘Instruction manual for the ILAE 2017 operational classification of seizure types’, Epilepsia, vol. 58, no. 4, pp. 531-542.
Klasifikasi kejang diperluas berdasarkan ILAE 2017

Fisher, R. S., Cross, J. H., D’Souza, C., French, J.A., Haut, S.R., Higurashi, N.,Hirsch, E., Jansen, F. E., Lagae, L., Moshe, L. S., Peltola, J., Perez, E. R., Scheffer, I. E., Bonhage, A. S., Somerville, E.,
Sperling, M., Yacubian, E.M. & Zuberi, S. M. 2017, ‘Instruction manual for the ILAE 2017 operational classification of seizure types’, Epilepsia, vol. 58, no. 4, pp. 531-542.
PATOFISIOLOGI

Mekanisme Eksitasi

Mekanisme Inhibisi

Mekanisme Sinkronisasi

Vera, R., Dewi, M. A. R. & Nursiah. 2014, ‘Sindrom Epilepsi pada Anak’, MKS, vol. 46, no. 1, pp. 72-76.
PENEGAKAN DIAGNOSIS

Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 2014 diagnosis epilepsi
ditegakkan dengan tiga kondisi, yaitu:
● Setidaknya dua kejang tanpa provokasi terpisah >24 jam
● Terdapat satu kejang tanpa provokasi (atau refleks) dan kemungkinan kejang selanjutnya
mirip dengan risiko rekurensi umum (setidaknya 60%) setelah dua kejang tanpa provokasi
dalam 10 tahun mendatang
● Diagnosis sindrom epilepsi
● Diagnosis epilepsi pada anak dan remaja dapat ditegakkan oleh dokter spesialis anak yang
sudah dilatih dan/atau pakar di bidang epilepsi. Diagnosis epilepsi merupakan diagnosis
klinis yang terutama ditegakkan atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik-neurologis.

(Fisher et al, 2017., IDAI 2017)


PENEGAKAN DIAGNOSIS

•Kejang/Bukan
•Bentuk Kejang
Anamnesis •Abnamnesis tambahan

•Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan •Pemeriksaan Neurologis
Fisik

•EEG
Pemeriksaan •Pencitraan
Penunjang

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2016, Epilepsi pada Anak, Mangunatmadja, I., Handryastuti. S. & Risan N. M. (ed), Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
TATALAKSANA

Tatalaksana Medikamentosa
Prinsip pengobatan epilepsi adalah dimulai dengan monoterapi lini pertama, menggunakan
OAE sesuai jenis bangkitan: dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif
tercapai atau timbul efek samping. Jika bangkitan tidak dapat dihetikan dengan OAE lini pertama
dosis maksimal, monoterapi lini kedua dimulai.

Tatalaksana Non Medikamentosa


Tatalaksana Medikamentosa

Panduan memilih OAE lini pertama:

Phenobarbital
Phenobarbital digunakan untuk epilepsi umum dan parsial. Dosis 4-6 mg/kg/hari
terbagi dalam dua dosis. Efek sampingnya adalah mengantuk, pusing, agresif
hiperaktivitas paradoksikal pada anak.

Phenytoin
Phenytoin digunakan untuk epilepsi umum dan parsial. Dosis 5-7 mg/kg/hari terbagi
dalam dua dosis. Efek sampingnya adalah hiperplasia gingiva dan hirsutism pada
anak-anak dengan penggunaan jangka panjang

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2016, Epilepsi pada Anak, Mangunatmadja, I., Handryastuti. S. & Risan N. M. (ed), Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
Tatalaksana Medikamentosa

Panduan memilih OAE lini pertama:

Valproic acid
Valproic acid digunakan untuk epilepsi umum, parsial dan absans. Dosis 15-40
mg/kg/hari terbagi dalam 2-3 dosis. Efek sampingnya adalah peningkatan berat
badan, gangguan kognitif, dan gangguan fungsi hati.

Carbamazepine
Carbamazepine digunakan untuk epilepsi parsial. Dosis 10-30 mg/kg/hari terbagi
dalam 2-3 dosis. Efek sampingnya adalah sakit kepala, diplopia, penglihatan kabur,
kemerahan, gangguan pencernaan, hiponatremia, dan neutropenia

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2016, Epilepsi pada Anak, Mangunatmadja, I., Handryastuti. S. & Risan N. M. (ed), Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
Tatalaksana Medikamentosa

Panduan memilih OAE lini Kedua:

Topiramate
Topiramate digunakan untuk epilepsi umum dan parsial. Dosis 5-9 mg/kg/hari terbagi
dalam 2-3 dosis. Efek sampingnya adalah sulit konsentrasi, gangguan memori,
masalah perilaku dan kognitif, berat badan turun, asidosis metabolik, nefrolitiasis,
oligohidrosis, dan hipertermi.

Levetiracetam
Levetiracetam untuk epilepsi umum, parsial, absans, dan mioklonik. Dosis 20-60
mg/kg/hari terbagi dalam 2-3 dosis. Efek sampingnya adalah pusing dan gangguan
kepribadian.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2016, Epilepsi pada Anak, Mangunatmadja, I., Handryastuti. S. & Risan N. M. (ed), Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
Tatalaksana Medikamentosa

Panduan memilih OAE lini Kedua:

Oxcarbazepine

Oxcarbazepine digunakan untuk epilepsi parsial dan benign rolandic epilepsy. Dosis
10-30 mg/kg/hari terbagi dalam 2-3 dosis. Efek sampingnya adalah hiponatremia,
muntah, dan mengantu.

Lamotrigine
Lamotrigine digunakan untuk epilepsi umum, parsial, absans, dan mioklonik. Dosis
0,5-5 mg/kg/hari terbagi dalam 2-3 dosis. Efek sampingnya adalah alergi pada kulit,
aritmia jantung, dan kematian secara tiba-tiba.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2016, Epilepsi pada Anak, Mangunatmadja, I., Handryastuti. S. & Risan N. M. (ed), Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
Tatalaksana Medikamentosa

Politerapi (kombinasi 2-3 OAE) perlu dipertimbangkan, jika bangkitan tidak bisa
dihentikan dengan monoterapi lini kedua. Politerapi seharusnya dihindari sebisa mungkin.
Dalam penelitian prospektif, anak-anak yang menerima politerapi dilaporkan secara
signifikan lebih tinggi memiliki risiko efek samping obat.

Kegagalan monoterapi berisiko epilepsi refrakter (intraktabel) yaitu kegagalan


mengontrol bangkitan dengan lebih dari dua OAE lini pertama dengan rata-rata serangan
lebih dari satu kali per bulan selama 18 bulan dan interval bebas bangkitan tidak lebih dari
tiga bulan. Penderita epilepsi refrakter lebih berisiko mengalami gangguan pertumbuhan
dan perkembangan.

Wijaya, J. S., Saing, J. H. & Destariani, C. P. 2020, Politerapi Anti-Epilepsi pada Penderita Epilepsi Anak, vol. 47, no. 3, pp. 191-194.
Tatalaksana Medikamentosa

Politerapi OAE pada epilepsi refrakter:

• Valproic + Ethosuximid
Digunakan untuk bangkitan absence
• Carbamazepine + Valproic
Digunakan untuk bangkitan parsial/ kompleks
• Valproic + Lamotrigine
Digunakan untuk bangkitan parsial/ bangkitan umum
• Topiramate + Lamotrigine

Digunakan untuk bangkitan parsial/ bangkitan umum

Wijaya, J. S., Saing, J. H. & Destariani, C. P. 2020, Politerapi Anti-Epilepsi pada Penderita Epilepsi Anak, vol. 47, no. 3, pp. 191-194.
Algoritma Tatalaksana Epilepsi
Tatalaksana Non Medikamentosa

1 Diet Ketogenic

2 Tindakan Bedah Pembedahan Resektif Lobus Temporal

Reseksi Lobus Ekstratemporal

Korpus kalostomi

Hemisferektomi

Gunawan, P.I., Suryaningtyas, W., Saharso, D. 2015, ‘Modalitas Pembedahan Epilepsi Intraktabel pada Anak’, Neurona, vol. 32, no. 4.
PRONOSIS

Remisi
Hampir sebagian besar epilepsi (minimal 50%) tidak mengalami kejang kembali dan
pengobatan dapat dihentikan. Pasien harus dipantau 5 tahun ke depan untuk
memastikan tidak terjadi kejang kembali (IDAI, 2016).

Mortalitas
Kematian pada anak dengan epilepsi dapat diakibatkan oleh komplikasi dari kejang seperti
aspirasi, aritmia, kecelakaan saat kejang, kondisi komorbid (hidrosefalus) dan suicide atau
sudden unexpected death in epilepsy (IDAI, 2016).
 
Terima Kasih
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai