Anda di halaman 1dari 16

RHINOSINUSITIS

BAKTERIAL AKUT
Pembimbing:
Prof. Moelyardjo, dr., Sp. THT (K)

Penyusun:
Aryannisa Ayuningtyas C. (20200420023)
1
ANATOMI NASAL
• Cavum nasi masuk dari anterior melalui nares (lubang hidung).
Menuju posterior ke nasofaring melalui choana.
• Rongga hidung memiliki atap, dasar, dan dinding medial dan
lateral:
• Atap rongga hidung terdapat sinus sphenoid.
• Dasar rongga hidung dibentuk oleh prosesus palatina maksila
• Dinding medial rongga hidung dibentuk oleh septum nasi.
• Dinding lateral rongga hidung terdapat tiga lempeng tulang dan
konka hidung

2
ANATOMI NASAL

Agur, A. M. R. and Dalley, A. F. (2018) Moore’s essential clinical anatomy, Moore’s


Essential Clinical Anatomy.
ANATOMI SINUS PARANASAL
• Terdapat 4 sinus paranasal yaitu:
• Sinus frontalis, merupakan bagian dari tulang frontale di bawah
regio frontalis dan bermuara pada dinding lateral meatus nasi
medius melalui ductus frontonasalis.
• Cellulae ethmoidales, pada tiap sisi mengisi labyrinthus
ethmoidalis dan dipisahkan dari orbita oleh lamina orbitalis dan
dari cavitas nasi oleh dinding medial labyrinthus ethmoidalis.
• Sinus maxilllaris, sepenuhnya mengisi corpus maxillae dan
membuat suatu saluran pada dinding lateral meatus nasi medius.
• Sinus sphenoidalis, satu pada tiap sisi di dalam corpus tulang
sphenoidale. 4
ANATOMI SINUS PARANASAL

5
Drake, R. et al. (2020) Gray’s Atlas of Anatomy E-Book, Elsevier.
DEFINISI
• Rinosinusitis bakterialis akut jika didefinisikan oleh EPOS oleh
setidaknya tiga gejala/tanda dari lima di bawah ini:
• Lendir berubah warna
• Nyeri lokal yang parah (sering unilateral)
• Demam > 38°C
• Peningkatan CRP/ESR
• Terjadi double sickening (tidak terasa lebih baik setelah 10 hari,
gejalanya memburuk, atau gejala awalnya membaik kemudian
memburuk lima hingga enam hari kemudian)
• Selama <12 minggu.
6
EPOS, 2018
ETIOLOGI
• ABRS disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi lapisan rongga
hidung dan sinus.
• Paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumonia, Haemophilus influenzae dan Moraxella
catarrhalis.
• Infeksi biasa terjadi ketika lapisan sudah meradang akibat
virus, baru terkena infeksi bakteri.
• Inflamasi dimulai di rongga hidung dan menyebar ke sinus.

7
Acute Bacterial Rhinosinusitis | Cedars-Sinai
EPIDEMIOLOGI
• Rinosinusitis bakterial akut (ABRS) terjadi pada sekitar 0,5%
hingga 2% dari semua kasus infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA).
• Diperkirakan 20 juta orang terkena ABRS setiap tahun di
Amerika Serikat.

8
Acute Bacterial Rhinosinusitis | Cedars-Sinai
PATOFISIOLOGI
• Rinosinusitis bakterial akut (ABRS) adalah komplikasi yang
jarang dari infeksi saluran pernapasan atas.
• Virus dapat menyebabkan kerusakan mukosa atau gangguan
fungsi mukosiliar yang mungkin merupakan penyebab utama
infeksi bakteri super atau sekunder.

9
PATOFISIOLOGI
• Infeksi virus pada mukosa hidung memicu kaskade inflamasi
yang membentuk dasar pertahanan imunologis.
• Infeksi virus pernapasan  produksi interferon tipe I (IFNs),
menghambat neutrofil dan makrofag yang bersirkulasi ke
paru-paru setelah terjadinya diferensiasi sel T helper 17
(TH17) dari sel T (seperti TH1 dan TH2)  host lebih rentan
terhadap infeksi bakteri sekunder.

10
EPOS, 2018
DIAGNOSA
• Lewat anamnesa pasien dengan rinosinusitis akut biasanya
mengeluhkan hidung tersumbat, sekret hidung purulen warna kuning
kehijauan, dan nyeri atau rasa tertekan pada wajah yang memburuk
saat membungkuk ke depan.
• Gejala kurang spesifik lainnya dapat mencakup demam 38 derajat atau
lebih, kelelahan, batuk, sakit kepala, dan halitosis.
• Untuk membedakan AVRS dari ABRS, biasa lewat durasi dan perjalanan
gejala.
• Rinosinusitis virus akut biasanya akan memiliki resolusi gejala sebagian atau
seluruhnya dalam 10 hari, dengan puncaknya pada 3-6 hari.
• Jika gejala bertahan lebih dari 10 hari, atau jika gejala membaik tetapi
memburuk lagi dalam 10 hari kemungkinan lebih tinggi bahwa pasien 11
menderita ABRS
Patel, Z. M. and Hwang, P. H. (2018) ‘Acute Bacterial Rhinosinusitis’, Infections of the Ears, Nose, Throat,
and Sinuses.
DIAGNOSA
• Rinoskopi anterior
• Temuan seperti peradangan hidung, edema mukosa dan sekret hidung
purulen, dan terkadang dapat melihat kelainan yang yang sebelumnya
belum terdiagnosa seperti polip atau kelainan anatomi.
• Suhu
• Demam >38°C secara bermakna berhubungan dengan adanya kultur
bakteriologis positif, terutama S. pneumoniae dan H. influenzae.
• Inspeksi dan palpasi sinus
• Pada saat palpasi sinus terasa nyeri.
• Endoskopi hidung
• Endoskopi hidung umumnya tidak tersedia dalam pengaturan perawatan 12
primer namun bisa dilakukan bila dirasa perlu di setting RS rujukan dengan
EPOS, 2018
fasilitas endoskopi.
DIAGNOSA
• Protein C-reaktif (CRP)
• CRP adalah biomarker hematologis yang meningkat pada infeksi
bakteri.
• Procalsitonin
• Telah dianjurkan sebagai biomarker hematologis potensial yang
menunjukkan infeksi bakteri yang lebih parah
• Kultur
• Dapat dipertimbangkan untuk komplikasi sinusitis, resistensi
antimikroba, atau organisme yang kebal terhadap antibiotik
tertentu.
13
EPOS, 2018
TATALAKSANA
• Dalam 10 hari pertama gejala, terapi suportif diindikasikan
untuk ABRS tanpa komplikasi.
• Penggunaan antipiretik dan analgesik seperti paracetamol
dapat membantu mengatasi demam dan nyeri pada ABRS.
• Irigasi dengan cairan salin atau nasal spray dapat
menghilangkan gejala nyeri dengan efek samping yang rendah
(rasa terbakar dan iritasi hidung ringan).

14

Patel, Z. M. and Hwang, P. H. (2018) ‘Acute Bacterial Rhinosinusitis’, Infections of the Ears, Nose,
Throat, and Sinuses.
TATALAKSANA
• Jika perlu diberikan antibiotik, lini pertama untuk dewasa
amoksisilin oral atau amoksisilin-klavulanat (500/125 mg tiga
kali sehari atau 875/125 mg dua kali sehari)
• Jika alergi penisilin, dapat diberi doksisiklin oral (100 mg dua
kali sehari atau 200 mg setiap hari).
• Untuk anak diberi amoksisilin dengan dosis standar pediatrik
(45 mg/kg per hari dibagi dalam 2 dosis.

15

Patel, Z. M. and Hwang, P. H. (2018) ‘Acute Bacterial Rhinosinusitis’, Infections of the Ears, Nose,
Throat, and Sinuses.
TATALAKSANA
• Jika pasien tidak membaik atau bahkan memburuk dengan
terapi lini pertama, perubahan terapi diindikasikan.
• Pertimbangkan untuk meningkatkan dosis atau mengubah
kelas antibiotik.
• Pilihan pada orang dewasa termasuk amoksisilin dosis tinggi (2
g dua kali sehari) dengan klavulanat, doksisiklin, levofloksasin,
dan moksifloksasin.
• Kuinolon adalah pilihan terakhir dan harus diresepkan dengan
hati-hati, sehubungan dengan potensi efek samping dari
penggunaan fluorokuinolon. 16

Patel, Z. M. and Hwang, P. H. (2018) ‘Acute Bacterial Rhinosinusitis’, Infections of the Ears, Nose,
Throat, and Sinuses.

Anda mungkin juga menyukai