Anda di halaman 1dari 21

PERPAJAKAN

Chapter 4
PEMBUKUAN DAN
PENCATATAN

Pembukuan adl. Proses Pencatatan yang


dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan yang meliputi
harta, kewajiban,modal, penghasilan dan biaya,
serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan
laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut.
Pencatatan adl. Pengumpulan data secara teratur
tentang Peredaran Bruto dan atau penerimaan
Penghasilan sebagai dasar untuk menghitung jumlah
pajak yang terutang.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor :


KEP -536/PJ./2000 yang telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
01/PMK.03/2007. tentang Norma Penghitungan.
a. Usahawan dengan Peredaran Usaha < 4,8 M/Th.
b. Wajib Memberitahukan kepada DJP maksimal 3
bulan sejak awal tahun pajak.
c. Permohonan disetujui jika diajukan sesuai jatuh
tempo, kecuali menurut pemeriksaan WP tidak
memenuhi syarat penggunaan Norma Penghitungan.
d. WP yang tidak memberitahukan penggunaan Norma
Penghitungan dianggap menggunakan pembukuan.
BESARAN NORMA PENGHITUNGAN :

a. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu :


Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado,
Makassar, dan Pontianak;
b. Ibu Kota Propinsi Lainnya
c. Daerah Tingkat II Lainnya
2. Daftar Persentase Penghasilan Neto adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan
ini.
1. Daftar persentase Norma penghitungan Penghasilan Neto untuk
WP OP yang menghitung penghasilan netonya dengan
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.
(https://www.pajak.go.id/sites/default/files/2019-06/Lampiran
%201_PER_17_PJ_2015.pdf)
2. Daftar persentase Norma penghitungan Penghasilan Neto untuk
WP OP yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pembukuan atau tidak bersedia
memperlihatkan pembukuan atau pencatatan atau bukti-bukti
pendukungnya.
(https://www.pajak.go.id/sites/default/files/2019-06/Lampiran
%202_PER_17_PJ_2015.pdf)
3. Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk
Wajib Pajak badan yang tidak atau tidak
sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan atau tidak bersedia
memperlihatkan pembukuan atau bukti-bukti pendukungnya.
(https://www.pajak.go.id/sites/default/files/2019-06/Lampiran
%203_PER_17_PJ_2015.pdf)
PEMERIKSAAN PAJAK

Serangkaian Kegiatan Menghimpun dan Mengolah


data, keterangan , dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara obyektif dan profesional
berdasarkan standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Sasaran Pemeriksaan

1. Interpretasi Undang-undang yang tidak


benar
2. Kesalahan Hitung
3. Penggelapan secara khusus penghasilan
4. Pemotongan dan pengurangan tidak
sesungguhnya
Ruang Lingkup
1. SPT Lebih Bayar (LB)
2. Pengembalian Pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak
3. SPT Rugi
4. Merger, Likuidasi, pemekaran, pembubaran,
keluar Indonesia selamanya.
5. Perubahan Tahun Buku atau Metode
pembukuan karena penilaian kembali aktiva
tetap (Revaluasi aset tetap)
6. Tidak menyampaikan SPT/menyampaikan
SPT terlambat berdasarkan analisis resiko
7. WP tertentu untuk dilakukan pemeriksaan
berdasarkan analisis resiko.
HAK DAN KEWAJIBAN FISKUS

KEWENANGAN :
1. Membuat Surat Keterangan
2. Melakukan Pemeriksaan
3. Menerbitkan Surat Ketetapan

KEWAJIBAN :
1. Menjawab Pertanyaan Wajib Pajak
2. Memberi Keterangan Kepada Wajib Pajak
3. Menerima Keberatan Wajib Pajak
HAK DAN KEWAJIBAN WP

Hak :
1. Meminta Surat Tugas Kepada Fiskus.
2. Meminta Keterangan terhadap Fiskus.
3. Mengajukan Keberatan dan banding atas koreksi
fiskus

KEWAJIBAN :
4. Menjawab Pertanyaan Pemeriksa
5. Memberi Keterangan Kepada Pemeriksa
6. Memperlihatkan dan meminjamkan
buku/dokumen.
7. Memberi kesempatan pemeriksa memasuki
ruangan yang diperlukan.
Sanksi Perpajakan
Sanksi Administrasi
1. Surat Tagihan Pajak (STP) surat untuk melakukan
tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda. (Pasal 7 & 14)

Sebab diterbitkannya STP:


a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. Kekurangan pembayaran akibat salah tulis dan atau
salah hitung;
c. WP dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau
bunga;
d. Pengusaha yang tidak melapor untuk dikukuhkan sebagai
PKP;
e. Pengusaha yang tidak/bukan PKP membuat Faktur Pajak.
f. PKP tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur
pajak tapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi faktur
pajak dengan lengkap.
2. Surat Ketetapan Pajak (SKP) :
a. SKPKB
b. SKPKBT
c. SKPN
d. SKPLB

Bentuk Sanksi Administrasi :


1. Denda :
a. Atas Keterlambatan Penyampaian SPT Masa sebesar
Rp.100.000,- Untuk PPh dan Rp. 500.000,- untuk PPN
b. Atas Keterlambatan Penyampaian SPT Tahunan WP OP
Rp. 100.000,- dan Rp. 1.000.000,- untuk WP Badan.
c. Atas Ketidakbenaran Pembuatannya pada saat
Penyidikan dengan kemauan sendiri maka akan
dikenakan denda sebesar 150% dari Kekurangan Pajak.
2. Bunga :
a. Pasal 8 ( 2,2a) Sebesar 2 % / bl Pembetulan SPT
atas Inisiatif Sendiri
b. Pasal 9 (2b) sebesar 2% atas keterlambatan
penyetoran Pajak Terutang setelah jatuh tempo.
c. Pasal 19 (1,2,3) sebesar 2% per bulan atas kurang
bayar setelah proses keberatan,banding dan PK.
d. Pasal 13 (5) sebesar 48% apabila setelah jk, waktu 5
tahun setelah berakhirnya masa pajak/jatuh tempo
WP belum membayar pajak terhutang. (karena
pemeriksaan)
3. Kenaikan
a. Pasal 8 (5) Kenaikan sebesar 50% karena Kesalahan
dalam pengisian & penyampaian SPT.
b. Pasal 13 (3a) Kenaikan 50% dari Pajak Penghasilan yang
tidak atau kurang dibayar dalam tahun pajak
c. Pasal 13(3b) Kenaikan 100% dari Pajak Penghasilan yang
tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut,
tidak atau kurangdisetor, dan dipotong atau dipungut
tetapi tidak atau kurang disetor;
d. Pasal 13 (3c) 100% (seratus persen) dari PPN atas Barang
dan Jasa dan PPn BM yang tidak atau kurang dibayar.
e. Pasal 17C,17D (5) kenaikan 100% atas WP yang mendapat
pengembalian pendahuluan, namun saat pemeriksaan terjadi
Kurang bayar.
f. Pasal 13A Kenaikan 200% WP yang karena kealpaannya
tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak
dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali
dilakukan oleh WP
SANKSI PIDANA :
1. Pasal 38 , setiap orang yang karena kealpaanya:
a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan
perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah
perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar , atau dipidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama
1 (satu) tahun.
2. Pasal 39, Setiap orang yang dengan sengaja:
a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau PKP;
c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap;
e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29;
f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
atau dipalsukan seolaholah benar, atau tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya;
g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
h. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan
secara program aplikasi online di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (11); atau
i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk
melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau menyampaikan
Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, dalam rangka mengajukan
permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak
atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4
(empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.
SENGKETA PAJAK
Sengketa Pajak timbul karena perbedaan
persepsi dan perhitungan pajak antara Wajib
Pajak dan Fiskus sehingga menimbulkan
ketetapan pajak.
Langkah-langkah Penyelesaian
1. Gugatan /Keberatan
adalah upaya hukum yang dapat dilakukan WP atau
Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak
atau terhadap keputusan yang menimbulkan sengketa
pajak antara WP atau Penanggung Pajak dengan DJP.

Keberatan adalah cara yang ditempuh oleh Wajib Pajak


jika merasa tidak/kurang puas atas suatu ketetapan pajak
yang dikenakan kepadanya atau atas
pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.

Keberatan dapat diajukan atas :


a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga.
Syarat –syarat pengajuan Keberatan :
a. Keberatan ditulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan
alasan-alasan yang jelas, ditujukan kepada Direktorat
Jenderal Pajak.
b. Keberatan diajukan maksimum dalam jangka waktu 3
bulan sejak tanggal dikirimnya Surat Ketetapan Pajak
atau tanggal Pemotongan/Pemungutan Pajak.
c. Dalam jangka Waktu 12 Bulan sejak tanggal diterimanya
surat Keberatan, Direktur Jenderal Pajak harus
mengeluarkan keputusan atas keberatan yang diajukan
Wajib Pajak.
1. Mengabulkan sepenuhnya  imbalan 2 %/bl
2. Mengabulkan sebagian  tambah denda 50%
3. Menolak seluruhnya  tambah denda 50%
4. Menambah besarnya pajak terhutang baru.
2. Mengajukan Banding ke Badan Peradilan Pajak
Jika Wajib Pajak belum puas atas keputusan yang
diberikan atas keberatannya, maka WP dapat
mengajukan Banding kepada Badan Peradilan Pajak.
3. Mengajukan Peninjauan Kembali ke MA
Jika belum puas atas keputusan Badan Peradilan
Pajak, maka WP dapat mengajukan Peninjauan
Kembali (PK) kepada Mahkamah Agung dalam
jangka waktu paling lambat 3 bulan sejak
ditemukannya bukti baru (novum).

Anda mungkin juga menyukai