Anda di halaman 1dari 20

HUKUM PERKAWINAN

ISLAM DI BRUNEI
Kelompok 7
Profil Negara Brunei Darussalam
■ Nama Lengkap : Brunei Darussalam
■ Nama Lokal : Negara Brunei Darussalam
■ Bentuk Pemerintahan : Monarki Absolut / Kesultanan
■ Kepala Negara : Sultan Hassanal Bolkiah (sejak 5 Oktober 1967)
■ Kepala Pemerintahan : Sultan Hassanal Bolkiah (sejak 5 Oktober 1967)
■ Ibukota : Bandar Seri Begawan
■ Luas Wilayah : 5.765 km2
■ Jumlah Penduduk : 436.620 jiwa (2016)
■ Pertumbuhan Penduduk : 1,6% (2016)
■ Angka Kelahiran : 17,2 bayi per 1000 penduduk (2016)
■ Suku Bangsa/Etnis : Melayu 65.7%, Tionghoa 10.3%, asli lainnya 3.4%, etnis lainnya 20.6% (2011 est.)
■ Bahasa Resmi : Bahasa Melayu
■ Agama : Islam 78,8%, Kristen 8,7%, Buddha 7,8%, agama lainnya 4,7%
■ Mata Uang : Dolar Brunei (BND)
Lanjutan..
■ Hari Nasional : 23 Februari 1984
■ Hari Kemerdekaan : 1 Januari 1984 (dari Inggris)
■ Lagu Kebangsaan : “Allah Peliharakan Sultan” (God Bless His Majesty)
■ Kode Telepon : 673
■ Pendapatan Per Kapita : US$ 79.700,-. (2016)
■ Pendapatan Domestik Bruto Nominal : US$ US$ 33,73 miliar (2016)
■ Lokasi : Benua Asia (Asia Tenggara)
Lanjutan…
Secara Administratif, Brunei Darussalam terbagi atas 4 wilayah distrik. Berikut ini adalah 4
wilayah distrik di Brunei Darussalam beserta Ibu kotanya:

No. Wilayah Distrik Ibukota

1. Belait Kuala Belait

2. Brunei Muara Bandar Seri Begawan

3. Temburong Pekan Bangar

4. Tutong Pekan Tutong


Peta Negara Brunei Darussalam

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY


This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA
Sejarah Perundang-Undangan Hukum
Islam di Brunei Darussalam
■ Hukum Islam yang sangat berpengaruh terutama Hukum Keluarga yang bersumberkan
kepada Mazhab Syafi`i.
■ Brunei Darussalam masih mempertahankan Undang-undang Hukum Brunei edisi Tahun
1984 (Law of Brunei Revisied Edition 1984).
■ Sebelum datang Inggris, undang-undang Brunei adalah undang-undang Islam (Hukum
Kanun Brunei)
■ Hukum Kanun Brunei ditulis pada masa Sultan Hasan (1605-1619M) yang
disempurnakan oleh Sultan Jalilul Jabbar (1619-1652M)
■ Dan pada tahun 1847 Inggris mulai campuri urusan bidang kekuasaan Mahkamah
Kesultanan Brunei.
Lanjutan…
■ Pemerintah Inggris semakin jauh mencampuri urusan hukum Brunei setelah diadakan
satu perjanjian pada tahun 1856
■ Lalu Inggris mempunyai saluran untuk intervensi dalam masalah keadilan dan
kehakiman kesultanan Brunei.
■ Sehingga, Inggris lebih luas mendapat kekuasaan untuk campur tangan dalam urusan
perundang-undangan, penstabilan keadilan dan kehakiman, masalah negara dan
pemerintahan kecuali dalam perkara-perkara agama Islam.
■ Lalu Kesultanan Brunei memberi petisi kepada Persuruhjaya British yang isinya
menuntut:
i. Setiap kasus yang berkaitan dengan agama Islam diadili oleh hakim-hakim
setempat,
ii. Meminta agar adat2 dan undng-undng setempat tidak dirombak, dipindah selama-
lamanya.
Lanjutan…
■ Lalu yang disetujui nggris adalah yang pertama dan Mahakamh Syari`ah Brunei
dibenarkan melaksanakan UU Islam yang berkaitan dengan perkara kawin, cerai dan
ibadah (khusus) saja.
■ Berkaitan dengan jinayah diserahkan kepada UU Inggris yang berdasarkan Common
Law England.
■ Dan pada tahun 1984, UU ini mengalami revisi tapi sedikit saja di samping Namanya di
tukar dengan Akta Majlis Ugama dan Mahkamah Kadi Penggal 77.

*Scan barcode ini untuk melihat Akta


Majlis ugama dan Mahkamah Kadi
Penggal 77
Pemberlakuan Hukum Keluarga di Brunei Darussalam

■ Untuk lebih memberikan wawasan, sebagian dari aturan-aturan ini akan dijelaskan
dibawah ini dengan diberikan perbandingan dengan negara yang berada di wilayah Asia
Tenggara yaitu negara Malaysia dan Singapura. Alasannya karena ketiga negara itu
bertetangga dan mempunyai kesamaan dalam warisan sosial, budaya dan adatnya, di
samping itu mazhab yang dianut oleh penduduknya adalah Mazhab Syafi’i. Oleh karena
itu tulisan ini, mengkonfirmasikan permasalahan langsung dengan kitab Al-Umm.
Pembatalan Pernikahan
■ Sekiranya seorg laki-laki membatalkan perjanjian pertunangan baik secara lisan maupun
secara tertulis yg dilakukan mengikuti hukum muslim, dari pihak laki-laki haruslah
membayar sejumlah sama banyaknya mas kawin, dan ditambah dgn perbelanjaan yg
diberikan secara sukarela untuk persiapan perkawinan.
■ Dan apabila yg membatalkan pula dari pihak perempuan, maka hadiah pertunangan
harus dikembalikan bersama uang yg diberikan secara sukarela.
■ Dan semua pembayaran balik itu tadi bisa didapatkan kembali melalui penngadilan
Pendaftaran Nikah
■ Dalam UU Brunei, org yg bisa menjadi pendaftar nikah cerai selain kadi besar dan kadi-
kadi adalah imam-imam setiap masjid.
■ Pernikahan harus didaftarkan kepada pendaftar2 pernikahan di tempat di mana calon
pengantin berada. Dan pendaftar tersebut adalah yang disahkan oleh Duli Yang Maha
Mulia (Menteri) melalui warta kerajaan (surat-surat Negara)
■ Pendaftar tersebut terdiri daripada:
i. Kadi menjadi pendaftar pernikahan dan perceraian di tempat dimana dia
mempunyai kekuasaan kehakiman baik civil ataupun jinayah.
ii. Imam-imam masjid menjadi pendaftar pernikahan di wilayah masyarakatnya.
■ Walaupun demikian, penikahan yg tidak mengikuti aturan tersebut tetap diakui sah.
Sedangkan yg tidak diakui sah adlh perkawinan yg tidak mengikuti mazhab Syafi`i.
Wali Nikah
■ Persetujuan kedua belah pihak dlm perkawinan sangat diperlukan termasuk persetujuan
wali pengantin perempuan.
■ Sekiranya wali nasab tidak menyetujui dengan alasan yg kurang tepat atau tiada, kadi
(Wali Raja) dapat menggantikannya dan mempunyai kewenangan di dalam perkawinan
tersebut.
■ Hal ini serupa terjadi di Malaysia dan Singapura yang memberlakukan keharusan
adanya izin wali dalam nikah.
■ Aturan perwalian ini dikenal dalam mazhab Syafi`i.
Perceraian yang Dilakukan Suami
■ Mengenai perceraian dalam UU Brunei ini ada aturan yang janggal dengan kesepakatan
imam mazhab bahwa wanita yang ditalak sebelum dicampuri dan sebelum melakukan
kahlwat, mereka tidak mempunyai iddah.
■ Akan tetapi, berbeda di Brunei yaitu jika perempuan dicerai sebelum disetubuhi, maka
ia tidak boleh dikawinkan dengan org lain kecuali dengan suaminya yang terdahulu
dalam masa iddah. Kecuali telah dibenarkan oleh kadi yg berkuasa di mana ia tinggal.
■ Peraturan perceraian Brunei yg lainnya adalah:
i. Suami bisa menceraikan istrinya dengan talak satu, dua atau tiga menurut
hukum Islam dan mesti memberitahukan ttg perceraiannya kepada pendaftar dlm
tempoh 7 Hari
ii. Seorg perempuan yg sudah menikah juga bisa mengajukan permohonan cerai
kpd kadi dgn mengikut hukum Islam, dan apabila suaminya rela hendaknya
mengucapkan cerai kemudian didaftarkan, dan kadi akan mengeluarkan akte
perceraian kpd kedua belah pihak.
Khulu`
■ Di Brunei diberlakukan juga aturan yg menyatakan bahwa jika pihak tidak menyetujui
perceraian dengan penuh kerelaan, maka kedua belah pihak bisa menyetujui perceraian
dgn tebusan @ cerai tebus talak (khulu`).
■ Kadi akan menilai jumlah yg perlu dibayar sesuai dgn taraf kemampuan kedua belah
pihak tersebut dan mestilah didaftarkan perceraian itu.
Talak Tafwid, Fasakh dan Perceraian oleh
Pengadilan
■ Dalam ketentuan di Negara Brunei, seorg perempuan yg telah menikah bisa juga
memohon perceraian berdasarkan syarat dalam surat Ta`lik yg pada masa pernikahan
(Seksyen 146 ayat 1)
■ Perempuan di Brunei juga bisa memohon kpd Mahkamah kadi yntuk mendapatkan
perceraian dengan cara fasakh, (seksyen 147)
■ Pernyataan fasakh ini tidak dapat dikeluarkan, kecuali mengikuti hukum muslim dan
pihak perempuan dpt memberikan keterangan dihadapan mahkamah dengan membawa
sekurang-kurangnya 2 org saksi dgn mengangkat sumpah atau membuat pengakuan.
■ Dan bagi istri yg dicerai oleh suaminya boleh memohon mut`ah yaitu pemberian
penghibur atau saguhati kepada kadi, dan setelah mendengar kedua belah pihak kadi
akan memerintahkan untuk membayarnya (seksyen 148)
Hakam (Arbitrator)
■ Apabila selalunya muncul masalah antara suami dan istri, maka kadi bisa mengangkat
seorang atau dua orang pendamai atau hakam dari keluarga yg terdekat dari pihak
masing-masing yg mengetahui keadaannya.
■ Kadi merupakan petunjuk kpd hakam untuk melaksanakan arbitrasi dan harus
melaksanakan sesuai hukum Islam. Apabila kadi tidak sanggup atau tidak menyetujui
apa yg dilakukan hakam, kadi akan menggantikan dan mengangkat hakam lain.
Ruju`
■ Dalam UU ini disebutkan adanya ruju` setelah dijatuhkannya talak, yaitu apabila apa
pun cerainya dgn talak satu atau dua sahaja.
■ Ruju` tersebut mestilah dengan kerelaan kedua belah pihak dgn syarat tidak melanggar
hukum mulim dan kadi haruslah mendaftarkan untuk mereka “tinggal bersama”.
■ Apabila ruju` tersebut kembali dengan tanpa sepengatahuan istri, maka ia tidak dapat
diminta untuk tinggal bersama sampai diberitahu.
Surat Kematian
■ Sekiranya suami telah meninggal dunia atau diyakini ia telah meninggal dunia atau
tidak terdengar beritanya dalam waktu yg sama, untuk bisa menikah kembali ia harus
menggangap mati sesuai dgn hukum keluarga org Islam.
■ Akan tetapi surat kematian dibawah Birth and Registration Enactment tidak bisa
didptkan, maka seorg kadi bisa mengeluarkan surat pernyataan kematian supaya pihak
istri bisa kawin lagi, dan ia mesti setelah mengadakan penyelidikan yg tepat.
Nafkah dan Tanggungan Anak
■ Yang termasuk ke dalam ini adalah: para istri anak sah yang masih belum dewasa, orang
yang tidak mampu membiayai (fiskal), orang yang berpenyakit dan anak luar nikah.
■ Tiga syarat ini bisa dijadikan tuntutan berdasarkan hukum muslim yang dalam hal
menentukan hak untuk nafkah.
Sekian Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai