Anda di halaman 1dari 20

Hukum Keluarga – sektor hukum peka dilihat dari

subjek Keluarga
Hukum dan objekdan
yang diatur---
Hukum pembaharuan
Perkawinan
hukum keluarga haruslah dilakukan secara
hati hati ada beberapa hukum keluarga yang
berlaku :

1. bagi orang Indonesia Asli yang beragama


Islam berlaku hukum keluarga Islam yang
telah di resipir dalam hukum adat

2. bagi orang-orang Indonesia asli lainya


berlaku hukum adat
• 3. bagi orang-orang timur asing Tionghoa dan WNI
keturunan tionghoa berlaku KUHPerdata dan
beberapa pengecualian sedikit perubahan dan
penambahan ketentuan adopsi

• 4 bagi orang –orang timur asing lainnya dan WNI


keturunan timur asinglainya berlaku hukum adat dan
agama masing masing.
• 5. bagi orang-orang eropa dan WNI keturunan Eropa
dan yang dipersamakan dengan mereka berlardataku
KUHPerdata
Hukum Perkawinan Di Indonesia
• Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia
bersifat majemuk

• Politik hukum pemerintah kolonial belanda ---


pasal 163 IS dan pasal 131 IS pengggolongan
penduduk dan hukum yang berlaku bagi
masing masing golongan

• Pasal II ATP UUD 1945 dasar pemberlakuan


Berbagai hukum perkawinan :
a. orang-orang Indonesia asli yang beragama islam ---
hukum agama yang diresipir dalam hukum adat
b. Orang-orang Indonesia asli lainnya berlaku hukum adat
c. Bagi orang Indonesia asli yang beragama kresten
berlaku Huwelijsordonnantie Christen Indonesia (S 1933
No 74)
d. Bagi orang timur asing Cina dan warga indonesia
keturunan Cina –KUHPerdata dgn sedikit perubahan
e. Orang timur asing lainnya dan warga negara Indonesia
keturunan Timur Asing lainnya berlaku hukum
perkawinan adat dan agamanya
f. Bagi orag –orang Eropa dan WNI Keturunan Eropa dan
yang dipersamakan ---KUHPerdata.,
• UU No 1 tahun 1974 --- UU Perkawinan
Nasional Berlaku untuk semua
golongan .
• UU ini bersifat Nasional—terbatas hal-hal
yang bersifat administratif atau formal–
selebihnya diserahkan pada hukumnya
masing-masing.
• UU Perkawinan --- mengatur masalah
Perkawinan tidak tuntas masih diserahkan
kepada hukum yang berlaku bagi
golongan warganegara tersebu ---- karena
lapangan hukum perkawinan --- lapangan
hukum yang sensitif
Kedudukan Hukum dan Perundang-undangan
Perkawinan lama

•Pasal 66 UUP ---


•KUHPerdata
•Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen
•Peraturan Perkawinan Campuran
•Peraturan-Peraturan Lain termasuk Hukum Adat yang mengatur
mengenai Perkawinan

Dinyatakan tidak berlaku lagi untuk perkawinan dan segala sesuatu


yang berhubungan dengan perkawinan sejauh :
•Telah diatur di dalam UUP
•Memuat Peraturan Yang sama di dalam UUP
•Bertentangan dengan uup
•Ditentukan lain di dalam UUP
•Hal-hal yang tidak diatur dalam UUP akan
merujuk atau berpedoman kembali kepada
ketentuan-ketentuan dalam hukum
Perundang-undangan yang lama yang sudah
ada.
•UU No 1 Tahun 1974--- Keunifikasian
Hukum perkawinan dalam beberapa hal
masih memungkinkan adanya perbeda an
(kebhenikaan). ----kodifikasi yang difrensial
Pengertian dan Tujuan
Perkawinan
• Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin
antara seorang pria dengan wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, (pasal 1 UU
no 1 Tahun 1974)
SUMBER HUKUM PERKAWINAN

• UU No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan – UU NO


16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU NO 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan
• UU No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan agama----
UU N0 3 tahun 2006----UU No 50 Tahu 2009
• BW/KUHPerdata
• PP No 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU No
1 tahun 1974
• PP No. 10 Tahun 1983– PP No 45 Tahun 1990
tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS
• Kompilasi Hukum Islam –Inpres N0 1 Tahun 1991
• Petunjuk Mahkamah Agung---
- Surat MA No. MA /Pemb/0807/1975 Petunujuk
MA mengenai pelaksana UU No 1 tahun 1974 dan
PP No 9 Tahun 1975.
-SE MA No 3 Tahun 1981 Tentang Perkara
Perceraian
- SE No.5 Tahun 1984 Tentang petunujuk
pelaksana PP No 10 Tahun 1983
Pengertian dan Tujuan
Perkawinan
• Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara
seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa, (pasal 1 UU no 1 Tahun 1974)
• Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang
bahagia kekal – menganut prinsif untuk
mempersukar terjadinya perceraian . ---harus ada
alasan-alasan tertentu dan didepan sidang
pengadilan.
ASAS –ASAS HUKUM PERKAWINAN NASIONAL

• Asas Perkawinan Kekal Perkawinan bertujuan


untuk membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal
• Asas Perkawinan Menurut Hukum Agama
dan Kepercayaan Agamanya
Perkawinan hanya sah jika dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya– pasal 2
ayat 1 UUP
• Asas Perkawinan Terdaftar
Tiap-tiap perkawinan yang dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya –
dianggap mempunyai kekuatan hukum bila dicatat
menurut Peraturan Peruuan yang berlaku.

• Asas Perkawinan Monogami


Asas dalam perkawia seorag pria mempunyai seorang
isteri , dan sebaliknya.
• Asas Poligami sebagai Pengecualian
asas poligami sebagai pengecualian asas monogami
sepanjang hukum dan agama yang bersangkutan
mengizinkannya.---- memenuhi persyaratan yang
ditentukan dan diputuskan oleh Pengadilan . (pasal 3 ,4
dan 5 UUP)

• Asas Tidak Mengenal Perkawinan Poliandri


• Asas Perkawinan Didasarkan Pada Kesukarelaan
atau Kebebasan Berkehendak
Perkawinan harus berdasarkan persetujuan para pihak.

• Asas Keseimbangan dan Kedudukan Suami dan


Isteri Hak dan kedudukan suami isteri dalam kehidupan
berumah tangga maupun masyarakat seimbang. Suami
isteri dapat melakukan perbuatan hukum dalam kerangka
hub hukum tertentu.
• Asas Mempersukar Perceraian
Perceraian hanya dapat dilakukan bila ada alasan –
alasan tertentu dan harus dilakukan didepan sidang
pengadilan setelah hakim atau juru pendamai tidak
dapat mendamaikan.
Syarat-Syarat Perkawinan
• Adanya persetujuan kedua calon mempelai

• Adanya izin kedua orang tua/wali bagi calon mempelai


yang belum berusia 21 tahun

• Usia calon mempelai pria sudah mencapai 19 tahun dan


usia calon mempelai wanita sudah mencapai 16 tahun
menjadi 19 tahun wanitanyaUU NO 16 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas UU NO 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan

• Antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita


tidak dalam hubungan darah/keluraga yang tidak boleh
kawin
• Tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan
pihak lain

• Bagi suami isteri yang telah bercerai,lalu kawin


lagi satu sama lain dan bercerai lagi untuk kedua
kalinya, agama dan kepercayan mereka tidak
melarang mereka kawin untuk ketiga kalinya

• Tidak dalam waktu tunggu bagi calon mempelai


wanita yang janda

Anda mungkin juga menyukai