Anda di halaman 1dari 68

ALGORITMA

DIAGNOSIS PENYAKIT DAN RESPONS


PENDAHULUAN
• Algoritma = Pola Pikir = Standar Operasional Prosedur
• Petugas kesehatan perlu mengetahui cara mendiagnosis penyakit, prosedur
pengambilan spesimen, dan alur pelaporan, serta respon jika terjadi KLB 
dibutuhkan algoritma untuk menyamakan persepsi dan langkah.
• Algoritma untuk deteksi kasus, dan algoritma untuk respons KLB.
• Respon KLB terdiri dari respons tatalaksana kasus, respons kesehatan
masyarakat dan respons pelaporan hasil investigasi KLB. Respon kesehatan
masyarakat bersifat fleksibel dan adaptif bergantung hasil PE.
• Dilengkapi Definisi Operasional masing-masing kasus dan panduan/format
umum penyelidikan epidemiologi KLB.
• Algoritma berisi alur deteksi dan respon terhadap 10 kelompok penyakit dan
sindrome (23 jenis penyakit):
• Gastroenteritis Akut
• Tersangka Campak
• Sindrom Neurologi Akut
• Sindrom Infeksi Saluran Pernafasan
• Penyakit dengan Demam
• Sindrom Jaundis Akut
• Tersangka Anthraks
• Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
• Tersangka HFMD
• Klaster Penyakit yang Tidak Lazim, dll
• Kasus yang dicatat dan dilaporkan adalah Kasus Baru.
≈ Kunjungan dengan diagnosis baru dalam satu minggu. Kunjungan ulang
dengan diagnosis sama dalam minggu tersebut tidak masuk ke dalam laporan.
DAFTAR PENYAKIT DALAM EWARS
KODE SMS PENYAKIT KODE SMS PENYAKIT
A Diare Akut N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
B Malaria Konfirmasi P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
C Tersangka Demam Dengue Q Tersangka Antrax
D Pneumonia R Tersangka Leptospirosis
E Diare Berdarah ATAU Disentri S Tersangka Kolera
F Tersangka Demam Tifoid T Kluster Penyakit yg tdk lazim
G Jaundice Akut U Tersangka Meningitis/Encephalitis
H Tersangka Chikungunya V Tersangka Tetanus Neonatorum
J Tersangka Flu Burung pada Manusia W Tersangka Tetanus
K Tersangka Campak Y ILI (Influenza Like Illnes)
L Tersangka Difteri Z Tersangka HFMD
M Tersangka Pertussis
NILAI AMBANG BATAS PENYAKIT
PENYAKIT NILAI AMBANG PENYAKIT NILAI AMBANG
Diare Akut Peningkatan Kasus AFP (Lumpuh Layuh Mendadak) 1 kasus
Kasus Gigitan Hewan Penular
Malaria Konfirmasi Peningkatan Kasus 1 kasus
Rabies
Tersangka Demam Dengue Peningkatan Kasus Tersangka Antrax 1 kasus
Pneumonia Peningkatan Kasus Tersangka Leptospirosis 1 kasus
Diare Berdarah ATAU Disentri Peningkatan Kasus Tersangka Kolera 1 kasus
Tersangka Demam Tifoid Poisson Kluster Penyakit yg tdk lazim 3 kasus
Jaundice Akut Poisson Tersangka Meningitis/Encephalitis Poisson
Tersangka Chikungunya Poisson Tersangka Tetanus Neonatorum 1 kasus
Tersangka Flu Burung pada
1 kasus Tersangka Tetanus 1 kasus
Manusia
Tersangka Campak 1 kasus ILI (Influenza Like Illnes) Peningkatan Kasus
Tersangka Difteri 1 kasus Tersangka HFMD 1 kasus
Tersangka Pertussis 1 kasus
ALGORITMA 10 KELOMPOK PENYAKIT
1.

GASTRO ENTERITIS AKUT


DEFINISI OPERASIONAL
 DIARE AKUT :
 Pada dewasa: BAB (defekasi) dengan tinja lembek atau setengah cair
dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk cair saja.
 Pada anak: BAB yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada
umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair dan berlangsung
kurang dari 7 hari).
 Pada neonatus yang mendapat ASI: diare akut adalah buang air besar dgn
frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali per hari) dengan konsistensi cair.
 DIARE BERDARAH / DISENTRI :
 Diare dengan darah dan lendir dalam tinja dapat disertai dengan adanya
tenesmus.
 TERSANGKA KOLERA :
 Penderita berumur lebih dari 5 tahun menjadi dehidrasi berat karena diare
akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya cair
seperti air cucian beras tanpa rasa sakit perut atau mulas.
ALGORITMA
DIARE BERDARAH /
DIARE TERSANGKA KOLERA
DISENTRI

Catat dan Kirim ke DINKES KABUPATEN/KOTA

Kemungkinan Etiologi: Viral Kemungkinan Etiologi:


Kemungkinan Etiologi:
Gastro, E. Coli, Giardiasis, Shigella, Salmonela, Amuba,
Vibrio Kolera
Cryptosporidium, dll dll

Jika ada tanda peringatan


KLB, ambil specimen dengan
media Carry-Blair

Jika hasil positif, Lakukan


RESPONS KLB
ALGORITMA RESPON KLB DIARE AKUT, DIARE
BERDARAH, TERSANGKA KOLERA, TIFOID

Respons Kes. Masyarakat:


Respons Tatalaksana Kasus: • Lakukan Penyelidikan
• Lakukan pengobatan Respons Pelaporan Epidemiologi.
terhadap pasien berupa Register • Surveilans Intensif
tatalaksana pencegahan   • Menjamin tersedianya sumber
dehidrasi dan pemberian Kirim laporan W1 ke Dinkes air bersih
antibiotika secara selektif Kab/Kota. • Penyuluhan masyarakat tentang
sesuai dengan etiologi.   PHBS meliputi:
• Cuci tangan dengan sabun
• Rujuk pasien ke RS apabila Untuk suspek kolera: laporan
sebelum dan sesudah makan.
diperlukan penanganan langsung ke DinKes Kab/Kota • Membersihkan bahan makanan
lebih lanjut untuk suspek dan koordinasi dengan sebelum dimasak
kolera, isolasi pasien di RS Dinkes Propinsi. • Memasak makanan dan
• Spesimen: Pengambilan minuman sampai matang
sample tinja (untuk kasus • Memberikan desinfektan
diare berdarah & suspek (Kaporisasi) pada sumber air
kolera) & kirim ke lab diduga tercemar
• Hanya makan makanan yang
Provinsi
segar
2

TERSANGKA CAMPAK
ALGORITMA CAMPAK
CAMPAK = Demam >38°C selama 3 hari atau lebih
disertai bercak kemerahan berbentuk makulopapular,
disertai salah satu gejala batuk, pilek ATAU mata
merah (konjungivitis)

Catat dan Kirim ke DINKES


KABUPATEN/KOTA

Ambil Spesimen serum darah sesuai SOP


dan kirim ke laboratorium rujukan
(Litbangkes Jakarta, BLK Surabaya,
Biofarma Bandung, BLK Yogyakarta)

Jika hasil positif, Lakukan Respon KLB


ALGORITMA RESPON KLB CAMPAK

Respons tatalaksana Respons Kes. Masy.:


kasus: Respons sistem pelaporan: • Lakukan Penyelidikan
• Lakukan pengobatan • W1 Epidemiologi
simtomatis dan untuk • CKLB • Lakukan Surveilans
mengatasi komplikasi • Hasil pemeriksaan Intensif
yg muncul seperti penunjang/laboratorium • Lakukan pemberian
bronchopneumonia vaksinasi pada anak-
dan konjungtivitis anak beresiko tinggi
• Lakukan pemberian (Belum Vaksinasi
vitamin A dosis tinggi campak) di lokasi sekitar
pada kasus sesuai KLB
dengan usia dan • Lakukan surveilans
populasi balita intensif.
beresiko sekitar • Penyuluhan tentang
lokasi KLB pentingnya imunisasi
dan GIZI pada bayi
• Pemberian makanan
tambahan
3.

SINDROM NEUROLOGIK
AKUT
DEFINISI OPERASIONAL
 TERSANGKA MENINGITIS / ENCEPHALITIS :
 Panas > 38°C mendadak, sakit kepala, kaku kuduk, kadang disertai
penurunan kesadaran dan muntah. Pada anak < 1 tahun ubun-ubun besar
cembung.
 ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) :
 Kasus lumpuh layuh mendadak, bukan disebabkan oleh ruda paksa/ trauma
pada anak < 15 tahun.
 TERSANGKA TETANUS NEONATORUM :
 Setiap bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/ menetek, dan mulut
mencucu dan disertai dengan kejang rangsang.
 TERSANGKA TETANUS :
 Ditandai dgn kontraksi dan kekejangan otot mendadak, dan sebelumnya ada
riwayat luka.
ALGORITMA SINDROM AKUT NEUROLOGI

Meningitis/ Acute Flaccid Tersangka Tetanus


Tersangka Tetanus
Encephalitis Paralysis (AFP) Neonatorum

Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota

Lakukan rujukan pemeriksaan


Meningitis/encepalitis
AFP:
Px. RDT, Serum,
Pemeriksaan Tinja
LCS

Lakukan Respon KLB


ALGORITMA RESPON KLB MENINGITIS/ENSEFALITIS

Respon tatalaksana Respon sistem


Respon Kesehatan Masyarakat:
kasus: pelaporan:
• Lakukan Penyelidikan Epidemiologi untuk
• Pengobatan harus • W1
mencari kasus kontak terutama pada
segera diberikan • Hasil
kelompok rentan
bila diagnosis pemeriksaan
• Surveilans Intensif terutama pada kasus
terhadap tersangka laboratorium
kontak, anggota keluarga
telah ditegakkan, • Pemberian pengobatan profilaksis pada
bahkan sebelum kasus kontak
bakteri diidentifikasi. • Pencegahan dengan pemberian vaksin pada
Pemberian Antibiotik semua kelompok umur yang terkena
sesuai dengan
• Pisahkan orang-orang yang pernah terpajan
dosis.
• Segera rujuk ke dengan penderita
Rumah Sakit • Perbaikan hygeine, sanitasi dan ventilasi
terhadap tempat tinggal dan ruang tidur bagi
masyarakat terutama kelompok terpajan
• Pengendalian vektor dan reservoir (untuk
Japanese encephalitis) bekerjasama dengan
Dinas peternakan setempat
ALGORITMA RESPON KLB AFP/POLIO
Respons tatalaksana
kasus:
Respons Kes Masy.:
• Pengawasan ketat Respons sistem pelaporan: • Lakukan Penyelidikan
penderita • W1 Epidemiologi
• Kunjungan Ulang 60 • FP1 • Surveilans Intensif
hari • FPS • Perlindungan thd
• Hasil pemeriksaan kontak
• Pengambilan
penunjang/laboratorium
spesimen untuk
diperiksa di lab rujukan
nasional
• KIE kpd masyarakat
agar segera
melaporkan kasus
AFP ke TPK
• KIE ttg pentingnya
imunisasi polio
• Pemberian imunisasi
tambahan Mopping Up
Polio bila hasil lab (+)
POLIO DI SIERRA LEONE, AFRIKA BARAT (WHO)
ALGORITMA RESPON KLB TETANUS NEONATORUM

Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kesehatan


kasus: pelaporan: Masyarakat:
•Dirawat di Rumah •W1 •Lakukan Penyelidikan
Sakit •T2 Epidemiologi
•KIE oleh Puskesmas
bertujuan agar mayarakat
membantu dalam
menemukan dan
melaporkan kesakitan
dan kematian bayi umur ≤
28 hari.
•KIE untuk peningkatan
cakupan ANC dan
persalinan nakes.
•Kemitraan dengan dukun
ALGORITMA RESPON KLB TETANUS

Respons tatalaksana Respons sistem pelaporan: Respons Kesehatan


untuk kasus: •W1
Masyarakat:
•Pembersihan luka •Lakukan Penyelidikan
dan pemberian TT Epidemiologi (dengan
•Pemberian anti format PE Umum)
tetanus serum sesuai •Penyuluhan tentang
dosis pentingnya imunisasi
DT,TT,DPT.
•Penyuluhan tentang
Hygiene perseorangan
terutama luka luar
•Respons tatalaksana
untuk penderita luka
tetapi belum
menunjukan gejala:
Pembersihan luka dan
vaksinasi
4.

SINDROM INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN
DEFINISI OPERASIONAL
 PNEUMONIA :
 Pada usia <5 thn ditandai dgn batuk DAN/ ATAU tanda kesulitan
bernapas (adanya nafas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam (TDDK) atau gambaran radiologi foto torak
menunjukan infiltrat paru akut), frekuensi nafas berdasarkan usia
penderita:
 <2 bulan : 60/menit
 2-12 bulan : 50/menit
 1-5 tahun : 40/menit
 Pada usia >5thn ditandai dgn demam ≥ 38°C, batuk DAN/ ATAU
kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat menarik nafas
 TERSANGKA PERTUSIS :
 Batuk lebih dari 2 minggu disertai dgn batuk yang khas (terus-menerus/
paroxysmal), napas dgn bunyi “whoop” dan kadang muntah setelah
batuk.
DEFINISI OPERASIONAL
 TERSANGKA DIFTERI :
 Panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan
ada tanda selaput putih keabu-abuan (pseudomembran) di tenggorokan
dan pembesaran kelenjar leher.
 TERSANGKA FLU BURUNG :
 ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas
ATAU leukopenia ATAU pneumonia.
ALGORITMA SINDROM INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

TERSANGKA TERSANGKA TERSANGKA FLU


PNEUMONIA
PERTUSIS DIFTERI BURUNG

Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota

Lakukan rujukan pemeriksaan


Flu Burung :
Pneumonia : Difteri :
Rontgen dada, usap
Rontgen dada Usap Nasofaring
nasofaring

Lakukan Respon KLB


ALGORITMA RESPON KLB PNEUMONIA

Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kesehatan


kasus: pelaporan: Masyarakat:
•Lakukan pemberian •W1 •Penyelidikan epidemiologi
antibiotic spesifik pada •Hasil pemeriksaan (menggunakan format PE
penderita. penunjang/lab Umum)
•Penatalaksanaan kontak •Surveilans Intensif
untuk profilaksis •KIE meliputi:
•Isolasi penderita di rumah • Pendidikan kesehatan
atau di pelayanan pribadi yang baik, terutama
kesehatan. dalam mencuci tangan
•Pemberian obat simtomatik • Pendidikan etika batuk
(menutup mulut saat batuk)
• Pendidikan di awal
pengenalan gejala-gejala
dan infeksi/peradangan dan
untuk mencari perawatan
lebih dini ke fasilitas
perawatan kesehatan.
ALGORITMA RESPON KLB PERTUSIS

Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kesehatan


kasus: pelaporan: Masyarakat:
•Lakukan pengobatan •W1 •Penyelidikan
spesifik.dengan •Hasil pemeriksaan epidemiologi (format PE
antibiotic eritromicin penunjang/lab Umum) dan mencari
terhadap penderita dan kontak
kontak dekat selama 5- •Lakukan karantina
14 hari terhadap kontak yang
•Lakukan desinfeksi tidak mendapatkan
serentak terhadap imunisasi DPT selama
discharge(cairan) 21 hari dengan usia <
hidung dan tenggorok 12 bulan.
serta barang yang •Memberikan
dipakai penderita. penyuluhan tentang
pentingnya imunisasi
DPT
ALGORITMA RESPON KLB DIFTERI

Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kesehatan


kasus: pelaporan: Masyarakat:
•Pengobatan kasus •W1 •Penyelidikan
•Memutus rantai •Hasil pemeriksaan epidemiologi
penularan penunjang/lab •Penatalaksanaan
Kontak untuk
Pengambilan usap
nasofarings dan
profilaksis
•KIE (Komunikasi,
Informasi, Edukasi) ke
masyarakat
•Upaya peningkatan
cakupan imunisasi (<7
tahun DT dan >7 tahun
dT) melalui sweeping
•Meningkatkan
imunisasi DPT rutin.
ALGORITMA RESPON KLB FB PADA MANUSIA

Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kesehatan


kasus: pelaporan: Masyarakat:
·Berikan tamiflu ·W1 ·Penyelidikan epidemiologi
sesuai dosis ·Hasil ·Melakukan pengamatan
·Lakukan Rujukan pemeriksaan kontak kasus dan kontak
pasien ke RS penunjang/lab unggas positif AI selama 14
Rujukan Flu Burung hari sejak kontak terakhir
terhadap adanya gejala ILI
·Bila ada gejala ILI beri
tamiflu, ambil specimen dan
rujuk ke RS
·Melakukan Koordinasi
dengan petugas peternakan.
·Melakukan Upaya
penyuluhan kepada
masyarakat tentang cara
pencegahan Flu Burung.
4.

DEMAM
DEFINISI OPERASIONAL
 MALARIA KONFIRMASI :
 Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria
dan dibuktikan dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) positif dan atau
pemeriksaan Mikroskopis positif.
 TERSANGKA DEMAM DENGUE :
 Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah, sakit
kepala, nyeri dibelakang bola mata (nyeri retro orbital), nyeri sendi,
DAN/ATAU adanya manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji
torniquet positif.
 TERSANGKA DEMAM TIFOID :
 Anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan
saluran cerna dan tanda gangguan kesadaran.
DEFINISI OPERASIONAL
 TERSANGKA CHIKUNGUNYA :
 Demam mendadak diatas 38,5 derajat celcius dan nyeri sendi yang
hebat dapat disertai adanya ruam.
 ILI (Influenza Like Illness) :
 Penderita dengan gejala Demam ≥ 38°C disertai batuk atau sakit
tenggorokan
 TERSANGKA FLU BURUNG :
 ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas
ATAU leukopenia ATAU pneumonia.
ALGORITMA DEMAM
TERSANGKA TERSANGKA TERSANGKA
DEMAM DENGUE CHIKUNGUNYA FLU BURUNG

MALARIA TERSANGKA
ILI
KONFIRMASI DEMAM TIFOID

Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota

Lakukan rujukan pemeriksaan


Demam Dengue/Chik/ILI: Demam Tifoid : Flu Burung/ILI :
Malaria Konfirmasi :
Cek Darah Lengkap Widal, Serologi, Kultur Rontgen dada, usap
RDT, Mikroskopis (Tromb & Ht), Serologi Darah nasofaring

(+) Lakukan Respon KLB


ALGORITMA RESPON KLB ILI

Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kesehatan Masyarakat:


• Penyelidikan epidemiologi
kasus: pelaporan:
• Pengobatan simtomatik • W1 (menggunakan format PE
• Membatasi aktifitas di • Hasil Umum)
• Surveilans Intensif
luar rumah. pemeriksaan
• KIE meliputi:
penunjang/lab
• Pendidikan kesehatan pribadi
yang baik, terutama dalam
mencuci tangan
• Pendidikan etika batuk
(menutup mulut saat batuk)
• Pendidikan di awal pengenalan
gejala-gejala dan
infeksi/peradangan dan untuk
mencari perawatan lebih dini ke
fasilitas perawatan kesehatan.
ALGORITMA RESPON KLB DEMAM DENGUE/CHIK

Respons tatalaksana Respons sistem pelaporan: Respons Kes Masy:


kasus: ·W1 • Penyelidikan
• Beri minum yang ·Hasil pemeriksaan penunjang/lab Epidemiologi
banyak, kompres, • Surveilans intensif
antipiretik golongan • Ambil specimen dari
parasetamol, obat sebagian kasus
pereda nyeri sendi bila untuk konfirmasi Lab
perlu serologi
• Istirahat cukup • Membentuk posko
• Rujuk ke Rumah Sakit pengobatan di
bila panas tidak turun lapangan
dalam 2 hari atau • Melakukan
keadaan tambah pemberantasan
memburuk. vektor (PSN, Foging,
Larvasidasi)
• KIE
ALGORITMA RESPON KLB MALARIA

Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kesehatan


kasus: pelaporan: Masyarakat:
• Lakukan pengobatan ·W1 • Penyelidikan Epidemiologi
menggunakan ACT ·Hasil pemeriksaan • Melakukan pemberantasan
(Artemicin Combination penunjang/lab vektor meliputi :
Theraphy) • Distribusi Kelambu
• Pengobatan simtomatik berinsektisida
• Rujuk ke RS apabila • Penyemprotan rumah
diperlukan pengobatan dengan insektisida
lebih lanjut. • Larviciding.
• Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat
• Mass Blood Survey (80%
penduduk diperiksa
darahnya)
5.

SINDROM JAUNDIS AKUT


DEFINISI OPERASIONAL
 SINDROM JAUNDIS AKUT :
 Gejala penyakit yg timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dgn kulit
dan sclera berwarna kuning (ikterik) dan urine berwarna gelap.
 TERSANGKA LEPTOSPIROSIS :
 Pasien dengan gejala demam > 38 derajat Celcius dengan gejala khas
conjuctival suffusion (radang pada konjungtiva), nyeri betis,
jaundice/kuning.
ALGORITMA SINDROM JAUNDIS AKUT
Catat dan Kirim ke Dinkes Kabupaten/Kota

Lakukan rujukan pemeriksaan  Pengambilan Sampel

Kultur darah, Darah lengkap,


Serum darah Darah, Serum
Serum, Urine, RDT Hapusan darah, RDT

HEPATITIS
LEPTOSPIROSIS DEMAM DENGUE MALARIA
A, B, C, D, E

Ikuti Algoritma Diagnosis dan Respon KLB masing-masing

Lakukan Respon KLB


ALGORITMA RESPON KLB HEPATITIS

Respon tatalaksana kasus: Respon sistem Respon Kesehatan Masyarakat


Hepatitis A dan E: pelaporan: • Penyelidikan Epidemiologi:
• Tidak ada pengobatan spesifik, W1 • Pastikan diagnosis kasus
kecuali pengobatan supportif, upaya Hasil pemeriksaan • Tentukan sifat penyebaran menurut waktu,
meningkatkan stamina dan menjaga penunjang/lab tempat, dan orang termasuk temukan kasus
keseimbangan gizi, termasuk makan kontak
  • Adakah kasus kematian
makanan rendah lemak   • Tentukan kurva epidemi
• Istirahat yang cukup
• Identifikasi sumber dan cara penularan
• Hindari pemakaian tempat makanan
Hepatitis A dan E :
dan minuman bersama dengan • Meningkatkan budaya PHBS (Perilaku Hidup
orang lain Bersih dan Sehat), seperti hygiene perorangan,
• Budayakan cuci tangan dengan dan kebiasaan cuci tangan.
sabun • Pengendalian limbah cair
• Hygiene perorangan • Sumber air bersih
  • Menghindari makanan laut yang
Hepatitis B, C, dan D: terkontaminasi
• Pengobatan sesuai penyebabnya. • Sanitasi makanan
• Hindari pemakaian barang pribadi • Sanitasi lingkungan
seperti alat mandi (sikat gigi, alat Hepatitis B, C, dan D :
• Melakukan praktek secara steril di puskesmas
cukur, sisir, handuk) bersama dengan
• Sterilisasi alat dan bahan
orang lain. • Promosi Kondom, terutama bagi kalangan
• Selalu gunakan alat pelindung diri berisiko tinggi
saat melakukan tindakan medis • Mencegah penggunaan alat pribadi orang lain
(sarung tangan, kacamata goggle, secara bersama seperti sikat gigi, maupun alat
dan sebagainya). cukur.
• Gunakan kondom. • Skrining darah donor
ALGORITMA TERSANGKA LEPTOSPIROSIS
YA IKTERUS TIDAK

DD/ - Leptospirosis Berat DD/ - Leptospirosis Ringan


- Hepatitis - Viral hemoraghic fever (dengue,
- Malaria (berat) chikungunya, hantaan)
Faktor Risiko (lingkungan, pekerjaan, Faktor Risiko (lingkungan, pekerjaan,
olahraga/aktivitas lain, riwayat bepergian) olahraga/aktivitas lain, riwayat bepergian)
Daerah endemis leptospirosis Daerah endemis leptospirosis

LAPOR KE DINKES KAB/KOTA dan BERIKAN TATA LAKSANA KASUS DI PUSKESMAS

RUJUK KE RUMAH SAKIT


Ambil Spesimen Darah:
Pemeriksaan Lab Rutin
Pemeriksaan Lab Rutin Pemeriksaan Serologi dengan Leptotek / Dridot
Pemeriksaan Kimia Klinis
Pemeriksaan Serologi dengan Leptotek / Dridot
KASUS PROBABLE LEPTOSPIROSIS
KIRIM SAMPEL KE BALITVET BOGOR

MAT (PAIR SERA) dan ISOLASI (+) LEPTOSPIRA

KASUS KONFIRMASI LEPTOSPIROSIS


ALGORITMA RESPON KLB LEPTOSPIROSIS

Lakukan Respon KLB :


 Penyelidikan epidemiologi : Pencarian kasus tersangka
leptospirosis lainnya
 Pengobatan selektif
 Pengambilan spesimen serum darah tersangka
 Penyuluhan kepada masyarakat tentang sumber dan
pencegahan, dan lain-lain
 Hindari kontak kulit dengan air banjir, mencuci semua
makanan dengan bersih.
 Pengendalian tikus
 APD bagi pekerja berisiko
6.

TERSANGKA ANTRAKS
DEFINISI OPERASIONAL
 Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
 Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari
vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik,
ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar (patognomonik), demam,
sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe regional
 Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
 Rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam,
konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis,
pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras,
asites dan oedem scrotum, melena.
DEFINISI OPERASIONAL
 Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
 Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis.
Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan gangguan
respirasi berat, demam, sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan,
detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya
terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.
 Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)
 Komplikasi bentuk antraks yang lain, dengan gambaran klinis mirip
dengan kasus meningitis purulenta akut.
ALGORITMA TERSANGKA ANTRAKS
Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota

Ambil spesimen untuk diperiksa :


Antraks Kulit :
Antraks Sal. Cerna: Antraks Paru-paru : Antraks Meningitis :
swab lesi di kulit, atau
Tinja darah Sputum LCS
apirasi cairan pus

Lakukan Respon KLB


ALGORITMA RESPON KLB ANTRAKS

Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kes. Masyarakat:


kasus: pelaporan: • Dan mencegah pencemaran
• Pengambilan sample • W1 lingkungan oleh spora antraks
(jaringan mati, tinja) • Hasil pemeriksaan • Penyelidikan Epidemiologi dan
• Kirim sample ke penunjang/lab koordinasi dengan dinas peternakan
• Surveilans Intensif dan membawa
laboratorium
penderita kasus baru ke RS terdekat
• Lakukan pengobatan • Penyuluhan masyarakat tentang
terhadap pasien Antraks dan upaya
• Lakukan tatalaksana penanggulangannya, meliputi
pencegahan dengan • Konsultasi dengan petugas
memutuskan rantai kesehatan bila memandikan tubuh
penularan hewan /tanah penderita yang meninggal
• Hewan harus disembelih di rumah
tercemar ke manusia
potong hewan
• Rujuk pasien ke RS
• Tidak boleh memotong dan
apabila diperlukan mengkonsumsi daging hewan yang
penanganan lebih lanjut. sakit
7.

KASUS GIGITAN HEWAN


PENULAR RABIES
DEFINISI OPERASIONAL
Kasus gigitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat
menularkan rabies pada manusia
ATAU
Kasus dengan gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau
kasus dengan gejala Stadium Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai
kesemutan pada tempat bekas luka, cemas dan reaksi berlebihan terhadap
ransangan sensorik).
ALGORITMA KASUS GHPR

Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota

Lakukan Respon KLB


ALGORITMA RESPON KASUS GHPR

Respons tatalaksana kasus: Respons sistem Respons Kes. Masyarakat:


• Lakukan pencucian dgn pelaporan: • Penyelidikan
• W1 Epidemiologi
menggunakan sabun dgn air
mengalir selama 10-15 menit • Koordinasi dengan Dinas
• Lakukan vaksinasi anti rabies Peternakan
segera setelah gigitan atau • KIE (Komunikasi,
pemberian serum anti rabies Edukasi dan Informasi)
tergantung lokasi dan tingkat • Penyuluhan pentingnya
resiko tinggi vaksinasi hewan
• Obsevasi hewannya 10-14 peliharaan.
hari untuk memastikan hewan • Memberikan vaksinasi
rabies atau tidak. Jika pada hewan peliharaan.
hewannya mati maka kuat • Mengkandangkan hewan
diduga hewan rabies peliharaan
8.

TERSANGKA HFMD (HAND, FOOT, AND


MOUTH DISEASE)
DEFINISI OPERASIONAL
• Demam 38 - 39°C dalam 3-7 hari, nyeri telan, nafsu makan turun, muncul
vesikel di rongga mulut dan atau ruam di telapak tangan, kaki dan bokong.
Biasanya terjadi pada anak dibawah 10 tahun.
• Penyakit ini disebabkan oleh virus EV-71
• Tidak ada pengobatan spesifik karena bersifat “self limiting disease”, yaitu
dapat sembuh dengan sendirinya dalam 7-10 hari.
ALGORITMA TERSANGKA HFMD

Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota

Lakukan rujukan pemeriksaan

Isolasi Virus dan Uji serologi:


Spesimen feses, usap tenggorok, darah, cairan
vesikel, LCS, apusan mukosa

Preparat dikirim ke
Media Transport : VTM atau Hanks PBTDK
Balitbangkes

Lakukan Respon KLB


ALGORITMA RESPON KLB HFMD

Respons tatalaksana kasus: Respons sistem Respons Kes. Masyarakat:


• Istirahat yang cukup pelaporan: • Penyelidikan Epidemiologi
• Pengobatan simptomatik • W1 • KIE (Komunikasi, Edukasi
sesuai gejala : • Hasil pemeriksaan dan Informasi)
• Antiseptik di daerah mulut rujukan/lab • PHBS
• Analgesik/antipiretik seperti
parasetamol
• Pengobatan supportif seperti
asupan gizi, vitamin, dll.
• Pemberian cairan yang cukup
untuk menghindari dehidrasi
karena sulit minum dan
demam
8.

KLUSTER PENYAKIT
YANG TIDAK LAZIM
DEFINISI OPERASIONAL
• Didapatkan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sama di dalam
satu kelompok masyarakat/ desa dalam satu periode waktu yang sama
(lebih kurang 7 hari), yang tidak dapat dimasukan ke dalam definisi kasus
penyakit yang lain.
• Dibutuhkan kerjasama yang erat antara dokter/petugas medis dengan
petugas surveilans dalam melacak kasus ini
• Pastikan dokter/petugas pemeriksa benar-benar sudah melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap untuk menyingkirkan jenis
penyakit yang sudah diketahui (dalam EWARS).
ALGORITMA KLUSTER PENYAKIT TIDAK LAZIM
Lakukan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik lengkap
 Tidak memenuhi DO penyakit manapun

• Catat dan laporkan dalam EWARS


• Observasi klinis dan sarankan agar pasien
berkunjung kembali setelah 3 hari belum
sembuh

Pasien datang di kunjungan berikutnya Pasien tidak datang di kunjungan berikutnya

Lakukan pemeriksaan penunjang sesuai Lakukan kunjungan rumah, edukasi, observasi


gejala yang dominan muncul sejak onset ulang, ambil spesimen bila perlu

Lakukan Respon KLB sesuai SOP


ALGORITMA RESPON KLUSTER TAK LAZIM

Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kes. Masyarakat:


kasus: pelaporan: • Penyelidikan Epidemiologi (gunakan
• Lakukan identifikasi • W1 format PE Umum)
• Hasil pemeriksaan • Melakukan kerjasama dengan unit
gejala atau sindrom yang
penunjang/lab pelayanan kesehatan (Puskesmas,
terjadi
Rumah Sakit, Laboratorium)
• Lakukan identifikasi terhadap kemungkinan
periode awal timbulnya ditemukannya kasus dengan gejala
gejala sampai yang sama dengan penyakit yang
menimbulkan kematian sedang dihadapi
untuk mengetahui • Melakukan penyuluhan kepada
perkiraan masa inkubasi masyarakat tentang bagaimana
dari suatu penyakit menyikapi apabila ada keluarga
atau masyarakat yang mengalami
• Lakukan pengambilan
gejala penyakit yang sama dengan
sample dan pemeriksaan yang dialami oleh sekelompok
laboratorium masyarakat
berdasarkan gejala yang • Melakukan penyuluhan tentang
terjadi upaya pencegahan yang harus
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai