Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus Puskesmas

Demam Thypoid

Oleh
dr. Vivi Arviandini

Pembimbing
dr. Rosaria Asna Yunani
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 114 tahun
Alamat : Jatirembe
Tanggal Periksa : 01-12-2021
ANAMNESA
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam, demam dirasakan sejak 4 hari yang lalu. D emam dirasakan
tiba-tiba setelah pulang sekolah, awalnya sumer-sumer kemudian semakin tinggi terutama pada
malam hari. Pasien sudah minum obat paracetamol namun belum membaik. Keluhan disertai
dengan nyeri kepala dan pasien mengeluh badan sakit semua. Pasien juga mengeluhkan lemas (+)
nyeri perut (+), kembung (+) mual (+), muntah (+), batuk (+), pilek (+), mimisan (-), sesak (-).
Nafsu makan menurun.
Belum BAB sejak 3 hari yang lalu
BAK dalam batas normal.
•Pasien mengatakan merasakan keluhan setelah pasien makan cilok dengan saus pedas saat pulang
sekolah yang dijual di penjual sekitar jalan sekolah.
Riwayat Lingkungan sosial:
Pasien mengaku sering jajan pedas dan makanan pinggir jalan .
Riwayat penyakit Dahulu:
Thypoid (-) DBD (-) Asma (-)
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat Alergi : -
Riwayat Komsumsi Obat : Paracetamol
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Sakit sedang SpO2 : 98%
GCS E4M6V5
TD: 110/70 mmHg N: 83 x/m reguler kuat RR: 20 x/m Tax 37,9oC
Kepala Konjungtiva anemis (-) , ikteric (-), cyanosis (-), dyspnea (-)Pupil Isokor
Mulut Mukosa bibir kemerahan, gusi berdarah (-), thyfoid tounge (+), faring hiperemi (-), pembesaran
tonsil (-)
Leher JVP dalam batas normal, pembesaran KGB(-), Thyroid dalam batas normal
Thorax Simetris, retraction (-)
Paru-Paru Sonor | Sonor Vesicular | Vesicular Rhonkhi : - | - Wheezing : -|-
Sonor | Sonor Vesicular | Vesicular
-| - -|-
Sonor | Sonor Vesicular | Vesicular
-| - - |-
Jantung Ictus tidak terlihat ,dapat dipalpasi pada MCL (S) ICS V
S1 S2 tunggal, regular, murmur (-) gallop (-)

Abdomen cembung, soefl, Bising Usus (+) normal, shifting dullness (-)
Liver/ tidak teraba, nyeri tekan(+)
Lien/ Traube space timpani
Extremities Edema (-), pucat (-), akral hangat ++/++
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
HEMATOLOGI HASIL NORMAL
> Hemoglobin 11 mg/dl 12-14 mg/dl
> Leukosit 7,030 rb 4,3-11,5 rb
> Trombosit 287 rb 150-400 rb
> Hematokrit 35,5% 20-40%

WIDAL HASIL

Salmonella typhi O Positif 1/160

Salmonella typhi H Positif 1/80

Salmonella paratyphi A Positif 1/60

Salmonella paratyphi B Positif 1/80


Assesment

Diagnosis :
Thypoid Fever

KIE
Planing Terapi
Farmakologi: •Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien
R/ Calortusin No.XV tentang kondisi pemeriksaan dan penatalaksanaan
S 3dd1
R/ Thiamphenicol No. XV yg akan diberikan kepada pasien.
S 3 dd1 •Menjelaskan kepada pasien bahwa kondisi pasien
R/ Antasida Doen No.XV
S 3dd1 a.c adalah kondisi yang disebabkan oleh infeksi
R/ Domperidon No.XV bakteri
S 3dd1 a.c
R/ Vitamin B complex No.X •Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa
S 1dd1 pasien harus menjaga higine makanan
•Diet gizi seimbang konsistensi lunak
•Tirah Baring/Istirahat
Prognosis

O Ad vitam : dubia ad bonam


O Ad sanationam : dubia ad bonam
O Ad fungsionam : dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
• Demam tifoid merupakan penyakit demam sistemik
Definisi akut dan menyeluruh yang disebabkan oleh
Salmonella enterica subspesies enterica serotipe
Typhi.

• Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang


penting terutama di negara berkembang, termasuk
Indonesia.
• Demam tifoid di Indonesia masih merupakan
penyakit endemik, mulai dari usia balita, anak-anak
dan dewasa.
• Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan
O Epidemiologi anak perempuan lebih sering terserang.
• Peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah
5 tahun.
• Penyebab yang tersering mungkin atau makanan
yang terkontaminasi oleh karier manusia.
• Karier menahun umumnya berusia lebih dari 50
tahun, lebih sering pada perempuan, dan sering
menderita batu empedu.
Etiologi

Gambar 1 : Salmonella Thypi

• Merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil


(batang)
• Bakteri ini berukuran ± 0,4 - 0,6 μm
• Bergerak
• Salmonella tidak membentuk spora
• Tidak memiliki kapsul
• Penularan S. typhi terjadi paling sering melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh tinja pasien atau karier
demam tifoid yang asimptomatik.
• Makanan dan minuman ini juga dapat terkontaminasi urin
Transmisi pasien.
• Transmisi dari tangan ke mulut, seperti seseorang
menggunakan toilet yang terkontaminasi dan mengabaikan
higiene tangan setelahnya.
• Transmisi secara seksual dengan sesama pasangan lelaki.
• Pekerja kesehatan terkadang tertular setelah terpapar dengan
pasien yang terinfeksi atau selama mengolah spesimen klinis
dan kultur dari bakteri tersebut.

• Adanya penderita demam tifoid baru di dalam rumah


O Faktor Risiko • Tidak ada sabun untuk mencuci tangan
Demam Tifoid • Berbagi makanan dengan piring yang sama
• Tidak ada toilet di dalam rumah.
Patogenesis
Diagnosa

• Demam
• Gangguan Saluran Pencernaan
Manifestasi Klinis • Gangguan Kesadaran
• Hepatosplenomegali
• Bradikardia Relatif dan Gejala Lain

• DL
Pemeriksaan Penunjang • Widal
Pencegahan
O Di Indonesia, terdapat 3 strategi besar yang menjadi program
pencegahan demam tifoid, yakni:
O 1. Mengidentifikasi dan mengobati secara sempurna pasien
demam tifoid asimtomatik, karier dan akut.
O 2. Mencegah penularan secara langsung dari pasien terinfeksi S.
typhi dan mengatasi faktor yang berperan terhadap rantai
penularan.
O 3. Proteksi dini pada orang yang berisiko tinggi tertular dan
terinfeksi.

Menurut WHO (2003) :


1. Air Bersih
2. Keamanan Makanan
3. Pendidikan Kesehatan
Penatalaksanaan

• Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di


rumah dengan tirah baring, isolasi yang memadai,
pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian
antibiotik.
• untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar
pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi di samping
observasi kemungkinan timbul penyulit dapat
dilakukan dengan seksama.
Komplikasi

• Perforasi usus.
• Ensefalopati toksik, trombosis serebral, ataksia
serebelar akut, neuritis optik, afasia, ketulian, serta
kolesistitis akut.
• Pneumonia.
Daftar Pustaka

1. Widoyono, 2011. Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,


dan Pemberantasannya. Edisi kedua. Erlangga : Jakarta

2. Soedarmo, Sumarmo, 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi
kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia

3. Isselbacher, Kurt, 2010. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 13.


Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
4. Rubenstein, David, 2006. Kedokteran Klinis. Edisi keenam. Erlangga :
Jakarta
O  

Anda mungkin juga menyukai