Indonesia
Diah Pudjiastuti, S.H., M.H.
Pengertian Budaya Politik
Sidney Verba
Budaya politik adalah sistem kepercayaan empirik, simbol-
simbol eksresif, dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasi di
mana tindakan politik dilakukan
Komponen objek politik pada budaya Politik
(Parsons dan Shils)
1. Orientasi kognitif: berupa pengetahuan tentang kepercayaan pada politik, peranan,
dan segala kewajiban serta input dan outputnya;
2. Orientasi afektif: berupa perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor,
dan penampilannya;
3. Orientasi evaluatif: berupa keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik yang
secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria informasi dan perasaan.
Berdasarkan Orientasi
Politiknya
• Budaya politik apatis
• Budaya politik mobilisasi
• Budaya politik partisipatif
Sosialisasi Politik
Civil society, yaitu suatu masyarakat yang mandiri, yang mampu mengisi ruang publik,
sehingga mampu membatasi kekuasaan negara yang berlebih-lebihan
Alasan utama mengapa pendidikan politik di Indonesia tidak memberikan peluang yang
cukup untuk memunculkan civil society
Bagi masyarakat Jawa kekuasaan itu pada dasarnya bersifat konkret, besarannya konstan,
sumbernya homogen, dan tidak berkaitan dengan persoalan legitimasi.
Stratifikasi sosial tidak didasarkan atas atribut sosial yang bersifat materialistik, tetapi
lebih pada akses kekuasaan.
Lima proposisi tentang perubahan politik dan budaya politik yang berlangsung
sejak reformasi 1998 (Ignas Kleden):
1. orientasi terhadap kekuasaan
2. P0litik mikro versus politik makro
3. Menyangkut kepentingan negara vis a vis kepentingan masyarakat
4. Berkenaan dengan bebas dari kemiskinan dan kebebasan beragama
5. mengenai desentralisasi politik
Unsur-unsur Komunikasi
Politik
● Komunikasi Massa
● Pesan
● Media
● Khalayak Komunikasi Politik
● Efek (Umpan Balik)
Era reformasi tidak membawa
perubahan yang signifikan terhadap
budaya politik.
Budaya politik Indonesia masih tetap
diwarnai oleh paternalisme,
parokialisme, mempunyai orientasi
yang kuat terhadap kekuasaan,
dan patrimonialisme yang masih
berkembang dengan sangat kuat.
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto,
adopsi sistem politik hanya menyentuh
pada dimensi struktur dan fungsifungsi
politiknya (yang biasanya diwujudkan
dalam konstitusi),
bukan pada semangat budaya yang
melingkupi pendirian sistem politik
tersebut.
Reformasi kurang memberikan
perubahan terhadap konfigurasi
secara bermakna terhadap sistem politik
meskipun amandemen
konstitusi telah membuka jalan terhadap
demokratisasi po litik.
Reformasi hanya mengganti personel
yang masuk ke panggung
kekuasaan..
Reformasi kurang memberikan perubahan
terhadap konfigurasi secara bermakna
terhadap sistem politik meskipun
amandemen konstitusi telah membuka
jalan terhadap demokratisasi politik.