Anda di halaman 1dari 5

HADIS DI TINJAU DARI

PERAWI

OLEH:
DIAN SRI RAHAYU(12170521414)
EGA MEIRIKA WIJAYA(12170523257)
• HADIS MUTAWATIR

Mutawatir menurut bahasa adalah, mutatabi yakni


sesuatu yang datang berikut dengan kita atau yang
beriringan antara satu dengan lainnya tanpa ada
jaraknya. Sedangkan hadits mutawatir menurut
istilah terdapat beberapa formulasi definisi, antara
lain sebagai berikut:
Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang
menurut adat mustahil mereka bersepakat terlebih
dahulu untuk berdusta.
• SYARAT DAN PEMBAGIAN HADIS MUTAWATIR

1.      Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut


harus berdasarkan tanggapan panca indra. Yakni warta yang
mereka sampaikan itu benar-benar hasil penglihatan atau
pendengaran sendiri.
2.      Jumlah rowi-rowinya harus mencapai suatu ketentuan
yang tidak memungkinkan mereka bersepakat untuk
berbohong.

Pembagiannya:
Hadits mutawatir
Hadits mutawatir
• HADIST AHAD
Hadits ahad adalah khobar yang jumlah perowinya tidak sebanyak
jumlah perowi hadits mutawatir, baik perowi itu satu, dua, tiga, empat,
lima dan seterusnya yang memberikan pengertian bahwa jumlah perawi
tersebut tidak mencapai pada jumlah perawi mutawatir Ada juga ulama’
yang mendefinisikan hadits ahad secara singkat yaitu: hadits yang tidak
memenuhi syarat-syarat hadits mutawatir.Muhammad Abu Zarhah
mendefinisikan hadis ahad yaitu tiap-tiap khobar yang yang diriwayatkan
oleh satu,dua orang atau lebih yang diterima oleh Rosulullah dan tidak
memenuhi hadist mutawatir. Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan hadits
ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu, dua, atau sejumlah orang
tetapi jumlahnya tersebut tidak mencapai jumlah perawi hadits
mutawatir. Keadaan perawi seperti ini terjadi sejak perawi pertama
sampai perawi terakhir.
HADIS MASYHUR

Adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga rowi atau lebih dan tidak
sampai pada batasan mutawatir. Ibnu Hajar mendefinisikan hadits masyhur
secara ringkas, yaitu hadits yang mempunyai jalan terhingga, tetapi lebih
dari dua jalan dan tidak sampai kepada batas hadits mutawatir. Hadits ini
dinamakan masyhur karena telah tersebar luas dikalangan masyarakat. Ada
ulama’ yang memasukkan seluruh hadits yang popular dalam masyarakat,
sekali pun tidak mempunyai sanad, baik berstatus shohih atau dhi’if ke
dalam hadits masyhur. Ulama’ Hanafiah mengatakan bahwa hadits
masyhur menghasilkan ketenangan hati, kedekatan pada keyakinan dan
kwajiban untuk diamalkan, tetapi bagi yang menolaknya tidak dikatakan
kafir.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai