Anda di halaman 1dari 8

Spesialite Obat Gangguan Pencernaan

• Obat yang bekerja pada sistem pencernaan


adalah obat yang bekerja pada sistem
gastrointestinal dan hepatobiliar. Obat sistem
pencernaan meliputi antitukak, antasida,
antipasmodik, antiemetik, antikolinergik,
laksatif, antidiare, hepatoprotektor, dan
prokinetik.
A. OBAT UNTUK TERAPI ULCER
• Ulcer atau tukak pada lambung dan usus penyebabnya belum
sepenuhnya diketahui.
• Beberapa faktor yang diduga sebagai pencetusnya adalah
infeksi H. Pilory, peningkatan asam lambung, kerentanan
mukosa, dan efek samping beberapa obat.
• Efektivitas antasida sangat dipengaruhi oleh waktu minum
obat di mana antasida harus diminum pada saat lambung
kosong (2 jam setelah makan dan 1 jam sebelum makan),
agar obat bereaksi dengan asam yang ada di dalam lambung
sehingga membuat kondisi lambung menjadi netral.
• Kemampuan antasida menetralisir asam lambung disebut
kapasitas penetralan. Hal yang sama dilakukan untuk obat
pelindung mukosa.
Pemilihan obat untuk terapi tukak sangat
tergantung pada penyebabnya. Pilihan obat
sesuai peruntukannya yaitu:
• Penghambat sekresi asam: ranitidin, simetidin,
famotidin, nizatidin, omeprazol, lansoprazol,
pantoprazol.
• Anti hiperasiditas: antasida (kombinasi senyawa
organik Al-hidroksida, Mg-trisilikat, dan senyawa
lainnya).
• Pelindung mukosa: sukralfat, bismut subsalisilat.
• Analog prostaglandin: misoprostol (tidak banyak
dipakai karena efek samping oksitosik).
B. ANTIEMETIK (ANTI MUNTAH)

• Mual merupakan sensasi yang sangat tidak enak pada


perut yang biasanya terjadi sebelum keinginan untuk
muntah. Muntah adalah aksi dari mengosongkan
lambung secara paksa dan merupakan suatu cara
perlindungan alamiah dari tubuh. Perangsangan pada
pusat muntah (chemoreceptor triger zone/CTZ) dapat
menyebabkan kontraksi lambung dan disusul dengan
pengeluaran isi lambung. Obat anti muntah umumnya
bekerja menghambat rangsangan CTZ.
Antiemetik yang digunakan adalah:
• Golongan fenotiazin: prometazin, piratiazin.
• Antagonis reseptor H1: dimenhidrinat,
meklizin, cisaprid, domperidon.
• Antagonis reseptor serotonin: ondansetron,
ganisetron, ramosetron, palonosetron.
C. ANTIDIARE

 Diare adalah buang air besar encer atau lembek lebih dari 3
kali sehari. Secara klinis disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, parasit) dan noninfeksi (malabsorpsi, defisiensi,
keracunan, dll).

Obat untuk terapi diare antara lain:


• Pengganti cairan elektrolit: oralit.
• Penghambat motilitas: loperamid, defenoksilat.
• Adsorben: kaolin, pektin, norit (arang aktif).
• Antisekretori: bismut subsalisilat.
• Antibakteri: kotrimoksazol, eritromisin, sefalosporin,
klindamisin.
D. LAKSATIF

 Konstipasi ialah kesulitan defekasi karena feses yang


mengeras, otot polos yang lumpuh, dan gangguan refleks
defekasi; sedangkan obstipasi ialah kesulitan defekasi
karena obstruksi lumen (intra atau ekstra) usus.
Obat obat laksatif:
• Pencahar perangsang: minyak jarak, fenolftalein, bisakodil.
• Pencahar osmotik: magnesium sulfat, natrium fosfat,
laktulosa
• Pencahar pembentuk masa: metilselulosa, CMC-Na, agar-
agar
• Pencahar emolien/pelunak: parafin cair, Na-dioktil
sulfosuksinat
E. ANTISPASMODIK

• Spasmus atau kejang pada otot polos saluran


pencernaan menyebabkan nyeri karena
kontraksi yang berlebihan. Antispasmodik
digunakan untuk gangguan tersebut.
• Obat yang digunakan adalah ekstrak beladon,
atropin sulfat, propantalin bromida, dan
hiosin butil bromida.

Anda mungkin juga menyukai