Pasien
Nama : An. A Orang Tua (Nenek)
Umur : 13 th 4 Bln Nama : Ny. S
Jenis kel : Laki-laki Umur : 59 Tahun
Alamat : Wongsorejo Jenis kel : Perempuan
Pekerjaan : Siswa Alamat : Wongsorejo
Pendidikan: SMP Pekerjaan : IRT
Suku : Madura Suku : Madura
Agama : Islam Agama : Islam
Tgl MRS : 30-03-2022 Status : Menikah
No RM : 07-75-**
Anamnesis Keluhan Utama
Bengkak pada jari tangan, jari kaki dan kedua telinga
Riwayat Penyakit Sekarang
An. A dibawa oleh neneknya datang ke poli Anak
RSUD Blambangan dengan keluhan bengkak di jari
tangan, jari kaki, dan telinga sejak kurang lebih 2 tahun
yang lalu. Bengkak dirasa hilang timbul dan tidak terasa
sakit. Tidak ada hal yang memperberat dan
meringankan keluhan. Ketika diberikan rangsangan
seperti sentuhan atau goresan pada daerah yang
bengkak, pasien masih bisa merasakannya, tetapi
pasien mengatakan kadang terasa mati rasa dan sedikit
susah digerakkan. Pasien mengatakan pertama kali
bengkak pada kelas 5 SD.
Riwayat Penyakit Dahulu
2 tahun yang lalu, sebelum pasien mengalami bengkak
Anamnesis pada jari-jari dan telinga, terdapat benjolan di lengan kiri
dengan diameter sekitar 3 cm yang berisi air seperti
melepuh, kemudian keluar nanah. Benjolan tersebut
kemudian hilang sendiri, dan setelah itu pasien semakin
kurus. Selain itu, pasien juga pernah terdapat bercak-
bercak putih tidak terasa gatal dengan permukaan halus
dan mengkilap yang hampir memenuhi punggungnya.
Bercak-bercak putih tersebut kemudian hilang setelah
diberikan rebusan daun jarak dan air hangat setiap hari
secara rutin.
Riwayat Pengobatan
Neneknya membawa pasien berobat ke Puskesmas
Bajulmati. Pasien diberikan obat namun tidak mengetahui
nama obatnya. Keluhan yang dirasakan tidak membaik.
Sempat dilakukan pemeriksaan BTA kusta pada 19
Februari 2022 dan hasilnya negatif.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal Riwayat Perinatal : Lahir secara
Riwayat sosial ekonomi : Lingkungan spontan, cukup bulan
rumah padat penduduk, pemukiman kumuh, Riwayat Imunisasi : tidak ada data
dan lingkungan kurang bersih. Pasien berasal
Riwayat Tumbuh Kembang :
dari keluarga yang tidak mampu. Pasien
Pertumbuhan dan Perkembangan
tinggal bersama kakek dan neneknya, karena
sesuai usia
kedua orang tua bercerai.
Riwayat Gizi dan Nutrisi : Makan 3
Riwayat Kebiasaan : Sering konsumsi
minuman sachet dan jarang menjaga kali sehari dengan lauk pauk tahu dan
kebersihan. tempe tanpa sayur.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala-Leher
Normocephal, anemis (+/+), ikterik (-), cyanosis (-), dyspnea (-), pembesaran KGB
(-), mata cowong (-/-), oedem di auricular (+/+), rambut jagung (+), saddle nose (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
Normochest, simetris, retraksi subcostal (-)/suprasternal(-)/intercostal(-), iga gambang
(+)
Cor : S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikular (+/+), rhonki basah kasar (+/+) (minimal), wheezing (-/-)
Abdomen : Soefl, bising usus (+) normal, pembesaran hepar (-).
Lien membesar ringan : Schuffner I.
Ginjal Nyeri ketok ginjal (-/-), Ballotement (+/+)
Ektremitas : Akral hangat, oedem digiti manus dan pedis.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
DL
1.1. LEUKOSIT 12.9 x 10^3 /µL 3.8 – 10.6
1.1.1. LYM 29.6 % 20 – 40
1.1.2. MIX 9.9 % 0.8 - 10.8
1.1.3. NEU 60.5 % 73.7 - 89.7
1.1.4. ALC 3.8 x 10^3 /µL 0.8 – 4
1.2. ERITROSIT 4.22 x 10^6 /µL 4.4 - 5.9
PEMERIKSAAN 1.2.1. MCV 75.1 fL 80 – 100
1.2.2. MCH 23.5 Pg 26 – 34
PENUNJANG 1.2.3. MCHC 31.2 g/dL 32 – 36
1.3 HEMOGLOBIN 9.9 g/dL 13.2-18
Darah lengkap 30 Maret 2022 (15.04) 1.4 HEMATOKRIT/PCV 31.7 % 40-52
1 .5 TROMBOSIT 262 x 10³ /µL 150 – 440
KIMIA KLINIK
GDA 80 mg/dL 70 - 125
COVID 19
Negatif Negative
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Warna/Kekeruhan Urin Kuning
Jernih
pH Urine 6,0 4,8-7,8
Berat Jenis 1.010 1.003 – 1.03
- Splenomegaly ringan
Penebalan di daerah hilus, - Edematous parenkim ginjal kanan kiri curiga gambaran
mengarah ke gambaran Bronkitis. Glomerulonefritis.
- Hepar/GB/Pancreas/Buli tak tampak kelainan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Anti PGL-1 IgM = 44584 u/ml Cut off IgM : 605 u/ml
(ELISA) IgG = 181 u/ml Cut off IgG : 630 u/ml
DIAGNOSIS
• Leprae
• Edema e.c Glomerulonefritis
Akut
• Gizi Buruk (Marasmus)
• Bronkitis
PLANNING TERAPI
• IVFD D5 ¼ NS 8 tpm
• Inj. Ceftriaxon 2 x1 gr IV
• Inj. Ranitidine 2 x ½ amp IV PROGNOSIS
• Nebul dengan PZ 3 cc
• PO. Furosemide 1 x 20 mg
• PO. Kalium L-Aspartate (Aspar K) 1 x 0,5 tab Quo ad vitam : dubia ad bonam
• PO. Vit. A 1 x 5000 IU Quo ad functionam : dubia ad bonam
• PO. Vit. D 1 x 1000 IU Quo ad sanationam : dubia ad bonam
• Diet TKTP, Rendah garam Rendah Lemak
• Susu Entrasol 3 x 200 cc
• Monitor Tensi dan Produksi Urin
• Planning Diagnostik : Cek PGL-1, ASTO, TCM
KOMUNIKASI DAN EDUKASI
• Individu dan keluarga diberikan penjelasan tentang lepra, terutama cara penularan dan
pengobatannya.
• Dari keluraga diminta untuk membantu memonitor pengobatan pasien sehingga dapat
tuntas sesuai waktu pengobatannya.
• Apabila terdapat tanda dan gejala serupa pada anggota keluarga lainnya, perlu dibawa
dan diperiksakan ke pelayanan kesehatan.
• Diet rendah garam, gula, dan lemak
• Kontrol rutin ke fasilitas kesehatan untuk memantau tekanan darah dan progresi
penyakit, serta untuk menilai fungsi ginjal dan kadar protein pada urin
• Lakukan gaya hidup sehat, termasuk olahraga rutin, tidak merokok, dan menjaga
kebersihan diri
• Pengobatan glomerulonefritis terkadang membutuhkan waktu yang panjang, terutama
pada pasien yang memerlukan terapi kortikosteroid dan imunosupresif. Kepatuhan
terhadap terapi sangat penting agar prognosis pasien membaik.
Pembahasan
Morbus hansen (MH) atau biasa disebut dengan lepra atau kusta adalah
Definisi penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium leprae.
Risiko
Kontak lama dengan pasien yang
terdiagnosa lepra
2 tahun yg lalu
timbul bercak-bercak putih
tidak gatal dengan permukaan benjolan di lengan kiri
halus dan mengkilap yang dengan diameter sekitar
hampir memenuhi punggung, 3 cm yang berisi air
dan pasien masih bisa seperti melepuh,
merasakan sentuhan ketika kemudian keluar nanah.
punggung digosok
ATROPOMETRI
Riwayat sosial ekonomi
Riwayat Gizi dan Nutrisi
Lingkungan tempat tinggal
Makan 3 kali sehari dengan
kotor. Pasien berasal dari
lauk pauk tahu dan tempe
keluarga yang tidak mampu. Z-Score < -3 SD
saja tanpa sayur.
Pasien tinggal bersama kakek (Gizi Buruk)
dan neneknya, karena kedua
orang tua bercerai.
Faktor kekebalan tubuh berperan pada terjangkitnya MH, sehingga pada kondisi
keadaan sosial ekonomi manusia dengan kekebalan tubuh yang rendah akan mudah terinfeksi. Kekebalan
yang rendah juga tubuh yang rendah dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologis seperti pubertas,
menjadi faktor resiko menopause, kehamilan, serta faktor infeksi dan malnutrisi (PMK, 2019)
terjadinya MH
(PMK, 2019).
pejamu yang mempunyai kekebalan tubuh rendah terhadap kuman
Myobacterium leprae, jika menderita Kusta biasanya merupakan tipe
Multibasiler (MB).
Tipe Pausibasiler
Tipe Multibasiler
- Makula
hipopigmentasi di
hampir seluruh
bagian punggung,
permukaan halus
- Bisa merasakan
goresan
- Nodus seperti
lepuh di lengan
tangan
PMX.FISIK
Pemberian satu
blister untuk 28
hari sehingga
dibutuhkan 6
blister yang dapat
diminum selama
6–9 bulan.
Tabel pemberian MDT
tipe MB berdasarkan
golongan umur
1. Secara klinik diagnosis GNAPS dapat ditegakkan bila dijumpai dengan gejala-gejala
hematuria, hipertensi, edema, oliguria yang merupakan gejala- gejala khas GNAPS.
2. Untuk menunjang diagnosis klinik, dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa ASTO
(meningkat) & C3 (menurun) dan pemeriksaan lain berupa adanya torak eritrosit,
hematuria & proteinuria.
3. Diagnosis dapat ditegakkan bila biakan positif untuk grup A β-hemolytic streptococci
(GABHS).
Pada GNAPS asimtomatik, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan atas kelainan
sedimen urin (hematuria mikroskopik), proteinuria dan adanya epidemi/kontak dengan
penderita GNAPS. (Arsid, R. et al. 2019)
Gambaran klinis (Pardede S, 2005) : Urinalisa dalam batas
• Kelainan urin (proteinuria, normal
hematuria, silinder eritrosit)
• Penurunan LFG
• Oliguria Rumus GFR Schwartz :
96,84
LFG = 0,413 x T/Cr
• Hipertensi mL/menit/1,73 m2
(T : 136, Cr : 0,58)
• Edema
Urin tampung
h.2 : 3000cc
h.3 : 2150cc
h.4 : 2250cc
h.5 : 1830cc
Edema auricular dextra
et sinistra, digiti
manus et pedis. Tekanan darah
h.1 : 90/60 mmHg
h.2 : 110/70 mmHg
h.3 : 100/60 mmHg
h.4 : 110/70 mmHg
h.5 : 110/70 mmHg
h.6 : 100/70 mmHg
Untuk menunjang Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
diagnose klinik,
ASTO 531.08 IU/ml Dewasa : < 200
dilakukan pemeriksaan
(kuantitatif) Anak < 5th : < 100
penunjang :
• ASTO Infeksi streptokokus pada GNA menyebabkan reaksi serologis terhadap produk-
• C3 produk ekstraselular streptokokus, sehingga timbul antibodi yang titernya dapat
diukur, seperti antistreptolisin O (ASO), antihialuronidase (AH Ase) dan
antideoksiribonuklease (AD Nase-B). Titer ASO merupakan reaksi serologis yang
paling sering diperiksa, karena mudah dititrasi.
C3 tidak diperiksa.
Hubungan yang konsisten antara bentuk lepromatosus, eritem nodosum dan penyakit
ginjal telah dijelaskan dalam beberapa penelitian. Faktor resiko untuk terjadinya
cedera ginjal salah satunya adalah morbus hansen tipe multibasiler (Bezerra, 2015).
TATALAKSANA
Menurut Konsesnsus glomerulonefritis akut pasca streptokokus
yang dibuat oleh Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia :
Antibiotik
Cairan
Terapi medikamentosa
Jumlah harus seimbang
golongan penisilin diberikan
antara yang masuk dan
untuk eradikasi kuman, yaitu
yang dikeluarkan, berarti :
Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi
Jumlah urin + insensible
dalam 3 dosis selama 10 hari.
water loss (20-25
Jika terdapat alergi terhadap
ml/kgbb/hari) + jumlah
golongan penisilin, dapat
keperluan cairan tiap
diberi eritromisin dosis 30
kenaikan suhu dari normal
mg/kgbb/hari. (Arsid, R. et al.
(10 ml/kgBB/hari)
2019)
TATALAKSANA
Menurut Konsesnsus glomerulonefritis akut pasca streptokokus
yang dibuat oleh Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia :
Edema
Agen diuretic
seperti
furosemide 1-3 Hipertensi
mg/kgBB/hari.
Jika tidak
membaik dapat
dilakukan
Peritoneal
Dialysis (PD).
TERIMAKASIH