Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

Penyakit Leprae dengan


Glomerulonefritis Akut
Oleh :
Avicenna Shafhan Arfi (22004101024)
Astri Ocvitasari (22004101028)

Pembimbing Klinik : dr. Sri Redjeki, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2022
Laporan Kasus
IDENTITAS

Pasien
 Nama : An. A Orang Tua (Nenek)
 Umur : 13 th 4 Bln  Nama : Ny. S
 Jenis kel : Laki-laki  Umur : 59 Tahun
 Alamat : Wongsorejo  Jenis kel : Perempuan
 Pekerjaan : Siswa  Alamat : Wongsorejo
 Pendidikan: SMP  Pekerjaan : IRT
 Suku : Madura  Suku : Madura
 Agama : Islam  Agama : Islam
 Tgl MRS : 30-03-2022  Status : Menikah
 No RM : 07-75-**
Anamnesis Keluhan Utama
Bengkak pada jari tangan, jari kaki dan kedua telinga
Riwayat Penyakit Sekarang
An. A dibawa oleh neneknya datang ke poli Anak
RSUD Blambangan dengan keluhan bengkak di jari
tangan, jari kaki, dan telinga sejak kurang lebih 2 tahun
yang lalu. Bengkak dirasa hilang timbul dan tidak terasa
sakit. Tidak ada hal yang memperberat dan
meringankan keluhan. Ketika diberikan rangsangan
seperti sentuhan atau goresan pada daerah yang
bengkak, pasien masih bisa merasakannya, tetapi
pasien mengatakan kadang terasa mati rasa dan sedikit
susah digerakkan. Pasien mengatakan pertama kali
bengkak pada kelas 5 SD.
Riwayat Penyakit Dahulu
2 tahun yang lalu, sebelum pasien mengalami bengkak
Anamnesis pada jari-jari dan telinga, terdapat benjolan di lengan kiri
dengan diameter sekitar 3 cm yang berisi air seperti
melepuh, kemudian keluar nanah. Benjolan tersebut
kemudian hilang sendiri, dan setelah itu pasien semakin
kurus. Selain itu, pasien juga pernah terdapat bercak-
bercak putih tidak terasa gatal dengan permukaan halus
dan mengkilap yang hampir memenuhi punggungnya.
Bercak-bercak putih tersebut kemudian hilang setelah
diberikan rebusan daun jarak dan air hangat setiap hari
secara rutin.

Riwayat Pengobatan
Neneknya membawa pasien berobat ke Puskesmas
Bajulmati. Pasien diberikan obat namun tidak mengetahui
nama obatnya. Keluhan yang dirasakan tidak membaik.
Sempat dilakukan pemeriksaan BTA kusta pada 19
Februari 2022 dan hasilnya negatif.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal Riwayat Perinatal : Lahir secara
Riwayat sosial ekonomi : Lingkungan spontan, cukup bulan
rumah padat penduduk, pemukiman kumuh, Riwayat Imunisasi : tidak ada data
dan lingkungan kurang bersih. Pasien berasal
Riwayat Tumbuh Kembang :
dari keluarga yang tidak mampu. Pasien
Pertumbuhan dan Perkembangan
tinggal bersama kakek dan neneknya, karena
sesuai usia
kedua orang tua bercerai.
Riwayat Gizi dan Nutrisi : Makan 3
Riwayat Kebiasaan : Sering konsumsi
minuman sachet dan jarang menjaga kali sehari dengan lauk pauk tahu dan
kebersihan. tempe tanpa sayur.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, status gizi


kesan gizi buruk.
Kesadaran : Compos Mentis (GCS:E4M5V6)
Tanda Vital
 Tensi : 100/70 mmHg
 Nadi : 80 x / menit
 Pernafasan : 20 x /menit
 Suhu : 37oC
Antropometri
 Berat Badan : 23,5 kg
 Tinggi Badan : 136 cm
 IMT : 12,7 kg/m2
ANTROPOMETRI
ANTROPOMETRI
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala-Leher
Normocephal, anemis (+/+), ikterik (-), cyanosis (-), dyspnea (-), pembesaran KGB
(-), mata cowong (-/-), oedem di auricular (+/+), rambut jagung (+), saddle nose (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
Normochest, simetris, retraksi subcostal (-)/suprasternal(-)/intercostal(-), iga gambang
(+)
Cor : S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikular (+/+), rhonki basah kasar (+/+) (minimal), wheezing (-/-)
Abdomen : Soefl, bising usus (+) normal, pembesaran hepar (-).
Lien membesar ringan : Schuffner I.
Ginjal Nyeri ketok ginjal (-/-), Ballotement (+/+)
Ektremitas : Akral hangat, oedem digiti manus dan pedis.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
DL      
1.1. LEUKOSIT 12.9 x 10^3 /µL 3.8 – 10.6
1.1.1. LYM 29.6 % 20 – 40
1.1.2. MIX 9.9 % 0.8 - 10.8
1.1.3. NEU 60.5 % 73.7 - 89.7
1.1.4. ALC 3.8 x 10^3 /µL 0.8 – 4
1.2. ERITROSIT 4.22 x 10^6 /µL 4.4 - 5.9
PEMERIKSAAN 1.2.1. MCV 75.1 fL 80 – 100
1.2.2. MCH 23.5 Pg 26 – 34
PENUNJANG 1.2.3. MCHC 31.2 g/dL 32 – 36
1.3 HEMOGLOBIN 9.9 g/dL 13.2-18
Darah lengkap 30 Maret 2022 (15.04) 1.4 HEMATOKRIT/PCV 31.7 % 40-52
1 .5 TROMBOSIT 262 x 10³ /µL 150 – 440

 KIMIA KLINIK      
GDA 80 mg/dL 70 - 125

Kolesterol total 146 mg/dL <200

BUN 7.85 mg/dL 8-25

Creatinin 0.58 mg/dL 0.6-1.4

Albumin 4.59 gr/dL 3.6-4.8

Bilirubin Direk 0,45 mg/dL <0.2

Bilirubin Total 1.22 mg/dL 0.3-1.2

SGOT 42.2 µ/L <50

SGPT 15.1 µ/L <50

COVID 19      
Negatif   Negative
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Warna/Kekeruhan Urin Kuning    
Jernih
pH Urine 6,0   4,8-7,8
Berat Jenis 1.010   1.003 – 1.03

PEMERIKSAAN Protein Urine Negative mg/dL Negative

PENUNJANG Reduksi Urine Negative mg/dL Negative


Keton/aseton Negative   Negative
Urinalisa 30 Maret 2022 (18.56)
Bilirubin Negative   Negative
Urobilinogen Negative mg/dL Negative
Sedimen Urine      
Leukosit Urine 0-2 Sel/LPB <5
Eritrosit Urine 0-2 Sel/LPB <1
Epitel Urine 0-2 Sel/LPK <1
Kristal Negative /LPB  
Silinder Negative /LPB Negative
Lain-lain Negative mg/dL Negative
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Serum Elektrolit 31 Maret 2022 (06.43)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Natrium 133.2 mmol/L 135-145
Kalium 4.07 mmol/L 3.3-5.5
Klorida 105.4 mmol/L 98-108
Calcium Ion 2.38 mg/dL 2.15-2.5
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Foto Thorax
30-03-2022 (11.07) USG Abdomen
30-03-2022 (12.24)

- Splenomegaly ringan
Penebalan di daerah hilus, - Edematous parenkim ginjal kanan kiri curiga gambaran
mengarah ke gambaran Bronkitis. Glomerulonefritis.
- Hepar/GB/Pancreas/Buli tak tampak kelainan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

ASTO test (Kuantitatif) 4 April 2022

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

ASTO 531.08 IU/ml Dewasa : < 200


(kuantitatif) Anak < 5th : < 100

Imunoserologi PGL-1 8 April 2022

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Anti PGL-1 IgM = 44584 u/ml Cut off IgM : 605 u/ml
(ELISA) IgG = 181 u/ml Cut off IgG : 630 u/ml
DIAGNOSIS

• Leprae
• Edema e.c Glomerulonefritis
Akut
• Gizi Buruk (Marasmus)
• Bronkitis
PLANNING TERAPI

• IVFD D5 ¼ NS 8 tpm
• Inj. Ceftriaxon 2 x1 gr IV
• Inj. Ranitidine 2 x ½ amp IV PROGNOSIS
• Nebul dengan PZ 3 cc
• PO. Furosemide 1 x 20 mg
• PO. Kalium L-Aspartate (Aspar K) 1 x 0,5 tab Quo ad vitam : dubia ad bonam
• PO. Vit. A 1 x 5000 IU Quo ad functionam : dubia ad bonam
• PO. Vit. D 1 x 1000 IU Quo ad sanationam : dubia ad bonam
• Diet TKTP, Rendah garam Rendah Lemak
• Susu Entrasol 3 x 200 cc
• Monitor Tensi dan Produksi Urin
• Planning Diagnostik : Cek PGL-1, ASTO, TCM
KOMUNIKASI DAN EDUKASI

• Individu dan keluarga diberikan penjelasan tentang lepra, terutama cara penularan dan
pengobatannya.
• Dari keluraga diminta untuk membantu memonitor pengobatan pasien sehingga dapat
tuntas sesuai waktu pengobatannya.
• Apabila terdapat tanda dan gejala serupa pada anggota keluarga lainnya, perlu dibawa
dan diperiksakan ke pelayanan kesehatan.
• Diet rendah garam, gula, dan lemak
• Kontrol rutin ke fasilitas kesehatan untuk memantau tekanan darah dan progresi
penyakit, serta untuk menilai fungsi ginjal dan kadar protein pada urin
• Lakukan gaya hidup sehat, termasuk olahraga rutin, tidak merokok, dan menjaga
kebersihan diri
• Pengobatan glomerulonefritis terkadang membutuhkan waktu yang panjang, terutama
pada pasien yang memerlukan terapi kortikosteroid dan imunosupresif. Kepatuhan
terhadap terapi sangat penting agar prognosis pasien membaik.
Pembahasan
Morbus hansen (MH) atau biasa disebut dengan lepra atau kusta adalah
Definisi penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium leprae.

Faktor Sosial ekonomi rendah

Risiko
Kontak lama dengan pasien yang
terdiagnosa lepra

Tinggal di endemik lepra

Memiliki penyakit yang menyebabkan


immunocompromise seperti HIV/AIDS atau
Diabetes Mellitus
Patofisiologi MH
KLASIFIKASI
ANAMNESA

2 tahun yg lalu
timbul bercak-bercak putih
tidak gatal dengan permukaan benjolan di lengan kiri
halus dan mengkilap yang dengan diameter sekitar
hampir memenuhi punggung, 3 cm yang berisi air
dan pasien masih bisa seperti melepuh,
merasakan sentuhan ketika kemudian keluar nanah.
punggung digosok

Gambaran klinis tipe MB


kulit terdapat nodul, juga
dapat mengalami lepuh
yang tidak disertai keluhan
nyeri (PERDOSKI, 2017)
ANAMNESA

ATROPOMETRI
Riwayat sosial ekonomi
Riwayat Gizi dan Nutrisi
Lingkungan tempat tinggal
Makan 3 kali sehari dengan
kotor. Pasien berasal dari
lauk pauk tahu dan tempe
keluarga yang tidak mampu. Z-Score < -3 SD
saja tanpa sayur.
Pasien tinggal bersama kakek (Gizi Buruk)
dan neneknya, karena kedua
orang tua bercerai.

Faktor kekebalan tubuh berperan pada terjangkitnya MH, sehingga pada kondisi
keadaan sosial ekonomi manusia dengan kekebalan tubuh yang rendah akan mudah terinfeksi. Kekebalan
yang rendah juga tubuh yang rendah dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologis seperti pubertas,
menjadi faktor resiko menopause, kehamilan, serta faktor infeksi dan malnutrisi (PMK, 2019)
terjadinya MH
(PMK, 2019).
pejamu yang mempunyai kekebalan tubuh rendah terhadap kuman
Myobacterium leprae, jika menderita Kusta biasanya merupakan tipe
Multibasiler (MB).
Tipe Pausibasiler
Tipe Multibasiler

- Makula
hipopigmentasi di
hampir seluruh
bagian punggung,
permukaan halus
- Bisa merasakan
goresan
- Nodus seperti
lepuh di lengan
tangan
PMX.FISIK

Hidung pelana Oedem auricula Oedem ekstremitas


(saddle nose) dex et sin (seluruh jari)

Hidung pelana merupakan ciri bengkak atau penebalan Oedem pada


khas dari gambaran klinis pada wajah dan cuping ekstremitas
morbus hansen tipe MB.
Biasanya juga disertai madarosis
telinga merupakan salah satu merupakan tanda
tanda suspek MH (PMK, reaksi kusta tipe 1
dan wajah singa (facies leonina)
2019) (PERDOSKI, 2017)
(PERDOSKI, 2017)
Reaksi morbus hansen

Reaksi Morbus Hansen atau reaksi kusta


merupakan suatu episode akut pada
perjalanan penyakit yang kronis, yang dibagi
dua tipe berdasarkan reaksi imunologiknya,
yaitu reaksi tipe 1 atau disebut juga reaksi
reversal, dan tipe 2 yang disebut sebagai reaksi
ENL (Eritema Nodosum Leprosum).
Pasien kusta tipe MB

keadaan umum pasien baik


tanpa demam

Bercak kulit yang meradang,


bengkak, berkilat, hangat, sempat
terjadi 2 tahun yang lalu

pasien mengalami oedem pada


ekstremitas khususnya pada seluruh jari

Terjadi peradangan organ ginjal (GNA)


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pmx. Imunoserologi anti PGL-1

IgM 44.584 u/ml,


(N < 605 u/ml)

Kegunaan pemeriksaan Pemeriksaan ini didasarkan dari


serologik ialah dapat terbentuknya antibodi pada tubuh
membantu diagnosis kusta seseorang yang terinfeksi oleh M.
yang meragukan, karena leprae. Antibodi yang terbentuk dapat
tanda klinis dan bersifat spesifik terhadap M. leprae,
bakteriologik tidak jelas. yaitu antibodi anti phenolic
glycolipid-1 (PGL-1) (WHO, 2017).
Tatalaksana
Tabel pemberian MDT Tipe PB berdasarkan Golongan Umur

Pemberian satu
blister untuk 28
hari sehingga
dibutuhkan 6
blister yang dapat
diminum selama
6–9 bulan.
Tabel pemberian MDT
tipe MB berdasarkan
golongan umur

Pemberian satu blister


untuk 28 hari sehingga
dibutuhkan 12 blister
yang dapat diminum
selama 12-18 bulan.
Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan inflamasi pada glomerulus
akibat suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu yang ditandai dengan poliferasi sel-sel glomerulus dengan onset
mendadak. (Arsid et al., 2019)

Diperkirakan saat ini sudah terjadi


lebih dari 450.000 kasus per tahun,
dengan sebagian besar kasus terjadi Di Indonesia, GNA lebih banyak ditemukan
pada anak. Insidensi tahunan GNA pada golongan sosial ekonomi rendah, yakni
yang dilaporkan di negara sebanyak 68,9%. (Tatipang et al ., 2017).
berkembang diperkirakan 9,3 kasus
per 100.000 orang (Tatipang et al.,
2017).
Salah satu bentuk glomerulonefritis akut (GNA) yang banyak dijumpai pada anak
adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS). Penelitian multisenter
di Indonesia melaporkan bahwa GNAPS paling sering terjadi pada usia rentan 6-15
tahun.

GNAPS adalah suatu bentuk peradangan glomerulus


yang secara histopatologi menunjukkan proliferasi &
Inflamasi glomeruli yang didahului oleh infeksi group
A β-hemolytic streptococci (GABHS) dan ditandai
dengan gejala nefritik seperti hematuria, edema,
hipertensi, oliguria yang terjadi secara akut.
Menurut Konsesnsus glomerulonefritis akut pasca streptokokus
yang dibuat oleh Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia umumnya kriteria yang digunakan adalah
sebagai berikut:

1. Secara klinik diagnosis GNAPS dapat ditegakkan bila dijumpai dengan gejala-gejala
hematuria, hipertensi, edema, oliguria yang merupakan gejala- gejala khas GNAPS.
2. Untuk menunjang diagnosis klinik, dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa ASTO
(meningkat) & C3 (menurun) dan pemeriksaan lain berupa adanya torak eritrosit,
hematuria & proteinuria.
3. Diagnosis dapat ditegakkan bila biakan positif untuk grup A β-hemolytic streptococci
(GABHS).
Pada GNAPS asimtomatik, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan atas kelainan
sedimen urin (hematuria mikroskopik), proteinuria dan adanya epidemi/kontak dengan
penderita GNAPS. (Arsid, R. et al. 2019)
Gambaran klinis (Pardede S, 2005) : Urinalisa dalam batas
• Kelainan urin (proteinuria, normal
hematuria, silinder eritrosit)
• Penurunan LFG
• Oliguria Rumus GFR Schwartz :
96,84
LFG = 0,413 x T/Cr
• Hipertensi mL/menit/1,73 m2
(T : 136, Cr : 0,58)
• Edema

Urin tampung
h.2 : 3000cc
h.3 : 2150cc
h.4 : 2250cc
h.5 : 1830cc
Edema auricular dextra
et sinistra, digiti
manus et pedis. Tekanan darah
h.1 : 90/60 mmHg
h.2 : 110/70 mmHg
h.3 : 100/60 mmHg
h.4 : 110/70 mmHg
h.5 : 110/70 mmHg
h.6 : 100/70 mmHg
Untuk menunjang Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
diagnose klinik,
ASTO 531.08 IU/ml Dewasa : < 200
dilakukan pemeriksaan
(kuantitatif) Anak < 5th : < 100
penunjang :
• ASTO Infeksi streptokokus pada GNA menyebabkan reaksi serologis terhadap produk-
• C3 produk ekstraselular streptokokus, sehingga timbul antibodi yang titernya dapat
diukur, seperti antistreptolisin O (ASO), antihialuronidase (AH Ase) dan
antideoksiribonuklease (AD Nase-B). Titer ASO merupakan reaksi serologis yang
paling sering diperiksa, karena mudah dititrasi.

C3 tidak diperiksa.

Komplemen serum hampir selalu menurun pada GNAPS, karena turut


serta berperan dalam proses antigen-antibodi sesudah terjadi infeksi
streptokokus yang nefritogenik. Beberapa penelitian melaporkan 80- 92%
kasus GNAPS dengan kadar C3 menurun.
GNAPS PATHWAY
Glomerulonefritis e.c. Morbus hansen
Mekanisme pasti mengenai glomerulonefritis pada kusta tidak sepenuhnya
dipahami. Berdasarkan beberapa penelitian, M.leprae dapat menjadi penyebab
secara langsung terhadap terjadinya cedera ginjal yang telah terdeteksi pada
glomeruli pasien yang terinfeksi.

Penurunan komplemen dan


pengendapan reaksi imun Lesi glomerular
M.Leprae kompleks di membran
menginfeksi kulit basement glomerular,
subendothelial dan ruang Glomerulonefritis
subepitel

Hubungan yang konsisten antara bentuk lepromatosus, eritem nodosum dan penyakit
ginjal telah dijelaskan dalam beberapa penelitian. Faktor resiko untuk terjadinya
cedera ginjal salah satunya adalah morbus hansen tipe multibasiler (Bezerra, 2015).
TATALAKSANA
Menurut Konsesnsus glomerulonefritis akut pasca streptokokus
yang dibuat oleh Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia :

Bed Rest Diet

• Bila edema berat :


tanpa garam
• Bila edema ringan :
batasi 0,5-1 g/hari
• Batasi protein bila
ureum tinggi, yaitu
0,5-1 g/kgBb/hari
TATALAKSANA
Menurut Konsesnsus glomerulonefritis akut pasca streptokokus
yang dibuat oleh Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia :

Antibiotik
Cairan

Terapi medikamentosa
Jumlah harus seimbang
golongan penisilin diberikan
antara yang masuk dan
untuk eradikasi kuman, yaitu
yang dikeluarkan, berarti :
Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi
Jumlah urin + insensible
dalam 3 dosis selama 10 hari.
water loss (20-25
Jika terdapat alergi terhadap
ml/kgbb/hari) + jumlah
golongan penisilin, dapat
keperluan cairan tiap
diberi eritromisin dosis 30
kenaikan suhu dari normal
mg/kgbb/hari. (Arsid, R. et al.
(10 ml/kgBB/hari)
2019)
TATALAKSANA
Menurut Konsesnsus glomerulonefritis akut pasca streptokokus
yang dibuat oleh Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia :

Edema

Agen diuretic
seperti
furosemide 1-3 Hipertensi
mg/kgBB/hari.
Jika tidak
membaik dapat
dilakukan
Peritoneal
Dialysis (PD).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai