S POST
CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG) DI
UNIT INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSJPDHK
Kelompok D
Ns. Doresmanto, S.Kep
Ns. Utami Dwi Yusli, S.Kep
Ns. Muhimmatun Nisa, S.Kep
Ns. Siti Ropiah, S.Kep
Ns. Claudia Talenta, S.Kep
Outline
• LATAR BELAKANG
• TEORI CABG
• KASUS CABG
• PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG
Data WHO menyebutkan, lebih dari 17 juta orang
di dunia meninggal akibat penyakit jantung
koroner
Vena Savena
PATOFISIOLOGI
ASUHAN
KEPERAWATAN
POST OP CABG
ASUHAN KEPERAWATAN POST OP CABG
PENGKAJIAN
• Nama : Tn. S
• Usia : 61 tahun
• Tanggal lahir : 19 September 1953
• No registrasi : 03 - 10 - 1961
• Jenis kelamin : Laki-Laki
• Agama : Islam
• Pendidikan : SMA/Sederajat
• Status perkawinan : Menikah
• Tanggal Masuk RS : 11 Juni 2023 (di GP 2 lt. IV)
• Tanggalpengkajian : 12 Juni 2023 jam 12.00 (di ICU Dewasa)
• DiagnosaMedis : CAD 3VD Riw. PPCI RCA (30 Des 2021) EF 36%, TMT high risk CHF fc II ec CAD
3VD, HT, Dislipidemia, Fistula LAD ke PA, MR Mild-Mod, TR Mild
• Tindakan operasi : Off-Pump CABG 2 graft (LIMA - LAD), (SVG - OM) & Ligasi Fistula
ASUHAN KEPERAWATAN POST OP CABG
• Prosedur Bedah :
• Off pump CABG ff-Pump CABG 2 graft (Lima - LAD), Obat-obatan yang digunakan:
(SVG - OM) & Ligasi Fistula • Dobutamine 2 mcg/kgbb/menit
• TB/BB : 168 cm, 75,5 kg • Vascon 0,05 mcg/kgbb/menit
• Respirasi : • NTG 0,5 mcg/menit
Ventilator yang diminta ASVFiO2 100% PEEP 5 • Cefazolin 1,5 gram (jam 08.00)
• Monitoring :
Artery Line di arteri radialis sinistra, kateter CVP di vena • Tiba di ICU : 12.40
subclavia sinistra, kateter side-port di jugularis dextra
ASUHAN KEPERAWATAN POST OP CABG
PENGKAJIAN KOMPREHENSIF
ASUHAN KEPERAWATAN POST OP CABG
PENGKAJIAN KOMPREHENSIF
Status Sensori
Nyeri berdasarkan Behavioral Pain Scale
(BPS) dengan nilai 6/12 (Sedang)
ASUHAN KEPERAWATAN POST OP CABG
ON GOING ASSESSMENT
ASUHAN KEPERAWATAN POST OP CABG
ON GOING ASSESSMENT
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RONTGEN TORAKS AP
Menurut Hillis, D., et all (2011) pembuluh darah yang digunakan pada operasi CABG adalah pembuluh darah
vena : vena saphena (SVG) umumnya digunakan pada pasien yang menjalani CABG, Arteri Mammaria Internal
(AMI) biasanya paten selama bertahun-tahun paska operasi, arteri radial, gastroepiploic, dan epigastric inferior.
Pasien Tn. S pada kasus Post operasi CABG tergolong ke dalam kriteria ICU pada prioritas 2, yakni kondisi
pasien yang memerlukan observasi intensif secara ekslusif yang dapat menimbulkan ancaman pada sistem
organ, yakni pasien dengan pemantauan alat – alat canggih pasca bedah mayor, seperti Arteri Line di Arteri
Radialis Sinistra, Vena Perifer di Vena Dorso-manus dextra, CVP di Vena Subclavia sinistra, Side port line di
Vena jugularis Interna Dextra, Drain Intrapleura sinistra dan substernal, Dower kateter urine, dan Ventilator
mekanik (Lesieur, Quenot , Solal , & David, 2021).
ANALISA GANGGUAN VENTILASI
Gangguan ventilasi spontan merupakan ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pernapasan
mandiri yang memadai kehidupan (Herdman & Kamitsuru, 2018).
Pasien menggunakan mode ASV FiO2 100 % PEEP 5, Tidal volume 475 ml, Saturasi 100%, RR 12 x/mnt.
Adaptive Support Ventilation (ASV) adalah mode ventilasi yang memilih dan secara terus-menerus
mengadaptasi laju pernapasan, volume tidal, dan waktu inspirasi tergantung pada mekanisme dan upaya
paru-paru pasien.
Perawat berperan penting dalam pemantauan hemodinamik, monitor penggunaan setting ventilator,
efektifitas, kenyamanan dan keamanan hingga efek samping penggunaan ventilator.
ANALISA NYERI
Monitoring nyeri penting dilakukan oleh perawat, instrument pengkajian nyeri telah berkembang. Instrumen-
instrumen yang telah berkembang untuk digunakan dalam beberapa situasi perawatan meliputi Behavioral
Pain Scale (BPS) dan the Critical-Care Pain Observational Tool. (Chou R, 2016).
Penilaian nyeri sebaiknya bersifat menyeluruh, untuk dapat melihat kualitas, onset, hal yang
memperingan dan memperburuk, serta apakah nyeri tersebut timbul sebagai komplikasi dari operasi
ataupun kondisi lainnya. Chou R, dkk. merekomendasikan beberapa elemen yang harus dievaluasi pasca
operasi (Chous dkk, 2016).
ANALISA RISIKO PENURUNAN CURAH
JANTUNG
Pada pasien Tn. S kami menemukan diagnosa keperawatan risiko penurunan curah jantung yang ditandai
dengan Tekanan Darah 110/59 mmHg dan terapi inotropik Dobutamin 2 mcg/kgbb/mnt, yang bersifat beta
untuk meningkatkan kontraktilitas dan denyut nadi, menurunkan tahanan sistemik, serta memperbaiki
mikrosirkulasi. Berdasarkan Turkish Society of Cardiology (2022), pemberian dobutamine yang merupakan
agen inodilator memilik efek vasodilatasi pada sistemik, pulmonal, dan relaksasi miokard.
ANALISA RISIKO PENURUNAN CURAH
JANTUNG
Pemberian Dobutamin disertai dengan norepinephrine 0,05 mcg/kgbb/mnt yang dapat membantu pembuluh
darah dalam melakukan vasokontriksi. Dalam Turkish Society of Cardiology (2022), norepinefrin bekerja
sebagai vasopressor yang baik ditandai dengan lebih sedikit terjadi komplikasi aritmia dan mortalitas
dibandingkan dopamin. Norpeinefrin dapat meningkatkan cardiac output dengan peningkatan aliran balik
vena jika preload jantung berespon atau menurunkan cardiac output jika terjadi peningkatan afterload (Aslan
& Yildizdas, 2022).
THANK
YOU