Anda di halaman 1dari 22

ANESTESI PADA

LAPAROSKOPI

Oleh
Dewa Agung

Pembimbing
Prof. dr. Husni Tanra, Ph.D, Sp.An-KIC

BAGIANANESTESI, PERAWATAN INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
makassar
PENDAHULUAN

 Awal  prosedur singkat , pasien muda &


sehat
 Sekarang  berbagai prosedur, pasien usia
tua dengan penyakit penyerta
 Keunggulan  insisi kecil, nyeri ↓, mobilisasi
cepat ,rawat inap singkat  laparoskopi ↑
 Minimal invasif  perubahan fisiologis yang
signifikan perlu pemahaman dari ahli bedah
& anestesi
EFEK FISIOLOGIS LAPAROSKOPI

 Efek kardiovaskular
 Efek respirasi
Efek kardiovaskular

 Faktor yang mempengaruhi respon


hemodinamik
1. Faktor penderita
2. Tekanan intraabdomen
3. Posisi pasien
4. Absorbsi sistemik gas CO2
5. Respon neurohumoral
Efek kardiovaskular

1. Faktor penderita
 Status kardiorespirasi
 Kondisi intravaskular
2. Tekanan intra abdomen
 Pneumoperitoneum
 Efek sistemik dari absorbsi CO2
 Peningkatan reflek tonus vagal

aritmia
Efek kardiovaskular
3. Efek dari posisi pasien
Efek kardiovaskular

4. Efek absorbsi sistemik gas CO2


 Hiperkapnea / Hiperkarbi & Asidosis
5. Respon neurohumoral
 Katekolamin
 vasopressin
Efek respirasi

 Efek mekanik
 Efek pertukaran gas –
absorbsi CO2
Efek respirasi

 Efek mekanik
 Terdapat 4 komplikasi respirasi :
 emfisema subkutis, pneumothoraks,
intubasi endobronkial, emboli gas
 Penurunan volume paru ( tidal volume,
minute ventilation, functional respiratory
capacity), penurunan komplians paru,
peningkatan tekanan jalan nafas, resiko
barotrauma.
Efek respirasi
 Efek pertukaran gas – absorbsi CO2
 CO2  tidak mudah terbakar, resiko emboli

 Difusi CO2 tinggi PaCO2 ↑
 Causa PaCO2 ↑ :
 Absorbsi CO2 pada ruang peritoneum
 Ggn. Ventilasi dan perfusi
 Depresi ventilasi oleh anestetik agent
 Peningkatan metabolisme
 Kejadian yang tdk diinginkan (emfisema
subkutis)
Efek pada sistem lain

 Gastrointestinal
 Resiko aspirasi asam lambung
 Sirkulasi mesenterik ↓
 kompresi mekanis organ-organ abdominal,
posisi reverse Trendelenberg, vasopressin
 Sirkulasi hepatoportal
 IAP > 20 mmHg ↓60% pada aliran darah
vena portadisfungsi hepar
Efek pada sistem lain

 Fungsi ginjal
 Obstruksi v. renalis, ↑simpatis, ↑ADH, ↑renin
angiotensin ↑resistensi vaskular
ginjal↓filtrasi & produksi urine
 Tekanan intrakranial dan intraokuler
 ↑IAPtekan vena cava inferior↑tek. Spinal
lumbal ↑tek intrakranial & intraokular
 Hiperkapnia vasodilatasi sistem syaraf
pusat ↑tek intrakranial
Anestesi pada laparoskopi

 Evaluasi pasien preoperasi dan premedikasi


 Kontraindikasi  relatif
 Status jantung dan paru harus diperiksa
secara seksama
 Inform consent kemungkinan laparotomi
 Premedikasi : anxiolitik, preemtive
analgesia, anti emetik, H2 reseptor
antagonis, DVT profilaksis.
Teknik anestesi

 Anestesi lokal
 Prosedur ginekologi singkat
 Anestesi regional
 Keuntungan : vasodilatasi, tidak ada
ventilasi tekanan positif
 Kerugian : blok simpatis, sedatifhipoksia,
nyeri alih.
Teknik anestesi

 Anestesi umum
 Rekomendasi : GETA + kontrol ventilasi
 alasan : relaksasi, kontrol hiperkarbia,
adanya resiko regurgitasi, optimal
analgesia, kebutuhan tekanan inspirasi
tinggi, mencegah pergerakan pasien.
 Induksi : propofol non emetogenik,
pemulihan baik.
 Analgetik : opioid, lokal anaestesi
Teknik anestesi

 Pelumpuh otot tergantung dari lama


pembedahan dan jenis pembedahan
 Anestesi inhalasi :
 Halotan : bersifat aritmogenik
 Desfluran & sevofluran  pemulihan cepat
 Nitrous Oxide (N2O)  kontroversi
 PONV  masalah yang penting
 multimodal : droperidol,
ondansetron, dexamethason
monitoring

 Standar monitoring : pulse rate,


continous ECG, intermiten NIBP,
SpO2, Capnography (EtCO2),
temperatur, intraabdominal pressure,
pulmonary airway pressure.
komplikasi

 Trauma vascular
 Trauma gastrointestinal
 Aritmia jantung
 Emfisema subcutis
 Pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumoperikardium
 Emboli gas CO2
Pemulihan dan pemantauan
pasca operasi
 Disfungsi paru dan diafragma  24 jam post
laparoskopi
 PaO2 rendah  berikan oksigen
 Frek. nafas dan PETCO2 pd pasien nafas
spontan ↑ dibanding dengan operasi terbuka
 Pneumoperitoneum resiko DVT ↑
 PONV  pasang NGT & profilaksis
medikamentosa
simpulan

 Keuntungan laparoskopi : ↓trauma bedah,


↓nyeri, ↓disfungsi paru, penyembuhan lebih
cepat & rawat inap pendek
 Pneumoperitoneum  perubahan ventilasi &
respirasi, terjadi ↑PaCO2  perlu adanya
kapnografi.
 Insuflasi peritoneum  perubahan
hemodinamik ( ↓ cardiac output, ↑ tekanan
arterial, ↑ SVR & paru )
simpulan

 Anestesi umum dengan ventilasi terkontrol


 aman untuk laparoskopi
 Pengetahuan tentang laparoskopi harus terus
ditingkatkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai