Anda di halaman 1dari 19

Penatalaksanaan

Anestesi pada Operasi


Laparoskopi
Oleh:
I Gusti Ngurah Krishna P. (1202006157)
Pembimbing:
dr. Cynthia Dewi Sinardja, Sp.An, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


UDAYANA
PENDAHULUAN
LAPAROSKOPI
metode invasif yang minimal yang
digunakan dalam diagnosis kelainan intra-
abdominal melalui inspeksi langsung
organ organ intra-abdominal
Pada laparoskopi digunakan sebuah
laparoscope, yang dimasukkan melalui
trocar atau cannula. Abdomen akan
dinsuflasi atau dikembungkan dulu
dengan gas CO2 (pneumoperitoneum)
Pneumoperitoneum tekanan
intrabdomen (IAP) (< 12mmHg)
Sumber:http://soheilaarefi.com/en/services/before-and-after-
laparoscopy-procedure/
Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi Kontraindikasi

Ileus, peritonitis,obstruksi usus, distensi abdomen


acute abdominal pain yang belum bisa terdiagnosis Hernia diagframatik
mengevaluasi pasien trauma Trauma dgn hemodinamik tidak stabil
staging dari kanker kanker intrabdominal Koagulopati
bedside diagnostic laparoscopy di ICU peningkatan tekanan intrakranial, hipovolemia, kehamilan
(relatif)
Keuntungan dan kekurangan

Keuntungan Kekurangan

singkatnya waktu pemulihan setelah pemebedahan mahalnya instrumen dan alat bedah yang diperlukan operasi
laparoskopi,
intake enteral dapat diberikan lebih segera
diperlukannya latihan khusus untuk dokter bedah
laparoskopi hanya memerlukan insisi kecil
trauma dan komplikasi khusus yang muncul akibat operasi
Pasien obese dan pasien dengan penyakit pernafasan laparoskopi
Resiko
Trendelenbu
rg
Resiko pembedahan
Insersi trocar tanpa
visualisasi langsung
(trauma dan emboli)
Resiko posisi
Pneumperitoneum
Trendelenburg dan reverse
trendelenburg
Reverse
Edema cerebral, edema Trendelenbu
saluran pernafasan atas rg
Sumber : http://stormanesthesia.com/anesthesia-material/care-
Pergerakan cephalad paru plans/positioning

Berkurangnya venous
PERUBAHAN FISIOLOGIS

Pneumoperitonium Sistem
(peningkatan IAP) Kardiovaskuler
perubahan posisi Sistem Respirasi
pasien
efek absorpsi Splanchic
sistemik CO2 Sistem neurologis
peningkatan tonus
vagus
Efek pada Kardiovaskuler
Kompresi aorta abdominal, vena cava, faktor neurohumoral SVR
COP venous return
Faktor pasien : penyakit jantung, penyakit pernafasan, hipovolemik
Faktor posisi
Trendelenburg (head down) : peningkatan tekanan vena sentral (preload),
peningkatan TIK dan TIO
Reverse trendelenburg (head up) : penurunan preload, COP dan MAP, resiko
tromboemboli
Efek absorsbsi CO2
Hiperkapnia dan asidosis dilatasi arteriol, rangsangan simpatis (HR, BP )
Respon neurohumoral
Vasopressin, katekolamin, RAAS meningkatkan afterload
Efek pada Sistem Respirasi
Peningkatan IAP dan posisi trendelenburg pergerakan
diafrgama terbatas, sehingga mengakibatkan
meningkatnya tekanan intra thoraks, berkurangnya
compliance paru, dan berkurangnya Functional Residual
Capacity
Posisi trendelenburg pergeseran trakea ke atas,
sehingga pipa endotrakea bermigrasi ke dalam bronkus
utama kanan
Insuflasi CO2 yang diabsorbsi pCO2 meningkat
Efek pada Sistem Splanchnic dan
Ginjal
Peningkatan IAP mengurangi perfusi ke hati, ginjal,
dan mukosa mesentrik
Penurunan GFR akibat penurunan aliran afferen dan
efferen ginjal
Efek Neurologis
Drainase vena cerebral yang terganggu akibat
peningkatan IAP dan vasodilatasi akibat hiperkapnia
Naiknya tekanan intrakranial (resiko edema)
Peningkatan IAP juga akan menekan vena cava inferior
dan menurunkan drainase dari pleksus lumbalis yang
menyebabkan peningkatan TIK dan TIO
PELAKSANAAN ANESTESIA
Evaluasi Pasien Preoperasi Dan Premedikasi
Kontraindikasi pneumperitoneum pada pasien dengan
peningkatan TIK, hipovolemia
Pasien dengan penyakit sistemik
Profilaksis terjadinya DVT dengan heparin dan stocking
Klonidin dan deksmedetomidin menurunkan respon stress
intraoperasi dan mempertahankan stabilitas hemodinamik.
Pemberian NSAID dan opioid untuk nyeri pasca operasi
Konversi ke pembedahan terbuka
PELAKSANAAN ANESTESIA
Manajemen Jalan Napas
cuffed oral tracheal tube (COTT), relaksasi neuromuskular dan
positive pressure ventilation aspirasi gastrik berkurang,
kadar CO2 dapat dikendalikan
Ventilasi dengan mask dan bag sebelum intubasi diminimalisir
untuk menghindari distensi lambung
Ventilasi
Volume controlled atau pressure controlled
Volume tidal yang besar dihindari karena menyebabkan
pergerakan/perpindahan lapangan operasi
PEEP
PELAKSANAAN ANESTESIA
Pelumpuh otot
Lamanya operasi dan profil efek samping obat
Reverse pelumpuh otot dengan neostigmin meningkatkan
risiko mual-muntsh pasca operasi (PONV)
Nitrous Oxide (N2O)
Kontroversial
Berdifusi ke dalam lumen usus yang menyebabkan distensi,
gangguan lapangan pembedahan, dan meningkatkan mual
muntah pasca operasi
Obat induksi
Propofol (non-ematogenik dan pemulihan baik)
PELAKSANAAN ANESTESIA
Pelumpuh otot
Lamanya operasi dan profil efek samping obat
Reverse pelumpuh otot dengan neostigmin meningkatkan
risiko mual-muntsh pasca operasi (PONV)
Nitrous Oxide (N2O)
Kontroversial
Berdifusi ke dalam lumen usus yang menyebabkan distensi,
gangguan lapangan pembedahan, dan meningkatkan mual
muntah pasca operasi
Obat induksi
Propofol (non-ematogenik dan pemulihan baik)
PELAKSANAAN ANESTESIA
Anti-emetik
Laparoskopi mempunyai insiden mual-muntah pasca-operasi
(PONV) yang tinggi
Regimen multi-modal seperti ondansteron 4 mg, cyclizine 50
mg, dan dexamethasone 4-8 mg
Mengempiskan lambung, penggunaan dosis minimal opioid
Monitoring
Pulse rate, ECG, NIBP, Pulse oximetry (SpO2), Capnography
(ETCO2), tekanan intraabdominal, pulmonary airway pressure
KOMPLIKASI INTRAOPERASI
Trauma vaskular dan gastrointestinal
Insersi Veress needle dan trocar
Aritmia jantung
Hiperkapnea akibat insuflasi, peningkatan reflek tonus vagus dan manipulasi
organ visceral
Emfisema subkutis
Ujung jarum ditempatkan di subkutan saat insuflasi.
Pneumothoraks, Pneumomediastinum dan Pneumoperikardium
Ruptur ruang pleura dan ruptur dari bulla paru akibat insuflasi
Emboli gas CO2
Penempatan veress needle intravena yang tidak disengaja, aliran CO 2 ke dalam
pembuluh darah selamainsuflasi
Manajemen Pasca-Operasi
Rasa nyeri dirasakan paling kuat selama 2 jam setelah
pasca-operasi
Suplemen oksigen untuk mengurangi efek dari
pneumoperitoneum terhadap sistem respirasi dan
memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat
Mual dan muntah pasca operasi
Pencegahan DVT dengan stocking dan ambulasi awal
KESIMPULAN
Proporsi kasus bedah yang ditangani dengan
laparoskopi akan terus bertambah
Diperlukan pemahaman dari perubahan fisiologis yang
terjadi, resiko, dan kesulitan kesulitan yang mungkin
ditemukan dalam pelaksanaan laparoskopi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai