Anda di halaman 1dari 62

LAPSUS ANESTESI

Nama : Sdr. A
Usia : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Gurit RT 1 RW 1
Drujugurit Ngimbang Lamongan
No RM : 72.24.63
Tanggal Masuk :2/15/2017
KU: Nyeri pada kaki kanan
RPS : Nyeri pada kaki kanan dan
tangan kanan post KLL 2 jam
SMRS, nyeri dirasakan terus
menerus, mual dan muntah
ketika kejadian.
RPD : DM DAN HT disangkal
RPK : -
Rpsos : -
Primary Survey
Airway : bebas, gargling (-), snoring (-), potensi
obstruksi (+), potensial obstruksi (-)
Breathing : nafas spontan, RR 20x/menit,
vesikuler/vesikuler, ronchi -/-,wheezing -/-, SaO2
99% dengan nasal 02 support
Circulation : Akral hangat kering merah, CRT < 2
detik, N 92x/menit, TD 110/59 mmHg
Dissability : GCS 446, lateralisasi -, Pupil bulat
ishokor 3mm/3mm, reflek cahaya +/+
Exposure : 36, 5 C
Secondary survey

Kepala dan leher : anemis +, ikterik -, sianosis -, dyspnea


Thorax :
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, ret -/-
Auskultasi :
P: ves/ves; rh -/-, wh -/-
C: S1S2 tunggal, murmur (-) , gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, meteorismus -
Auskultasi : bising usus + normal
Palpasi : nyeri (-) , hepar lien tak teraba perbesaran
Perkusi : dbn
Extrimitas
Akral hangat kering merah
CRT < 2
Pulsasi dbn
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi (Darah Lengkap)

GDA: 128 Hct: 40.8


Metode 1 : Non reaktif
MCV: 80.8 (87.0-100)
HbsAg : Negatif
PT : 13.90 (10.3-16.3)
MCH: 26.5 (28.00-
APTT : 20.80 (24.2-38.2) 36.00)
Leukosit : 20.9 (4.0-11.0) MCHC: 32.80 (31.00-
Neutrofil: 86.0 (49.0-67.0)
37.00)
Limfosit: 6.9 (25.0-33.0)
Monosit: 4.5 (3.0-7.0)
RDW: 11 (10-16.5)
Eosinofil: 1.3 (0.0-1.0) Trombosit: 363 (150-
Basofil: 1.3 (0.0-1.0)
450)
Eritrosit: 5.05 (3.80-5.30)
MPV: 3 (5-10)
Hb: 13.4
LED 1: 10
LED 2: 25
Assessment Planning Terapi
O2 NRM 3 lpm
Details :
Asering loading 2000cc
Cf. Acetabulum TD 122/63 nadi 92
Cf Humerus maintenance assering
Cf. Antebrachii 1500 cc/24 jam
Ceftriaxone 2x1 gr pre
Cf. Femur 1/3 medial op
Cf. Metatarsal Gentamisin 3x80 mg
Santagesic 3x1 gr
Ketorolac 1 ampul extra
IGD
Konsultasi
Sp. OT dan Sp. An
Injsantagesic : untuk
menguragi rasa nyeri
pada pasien ( cox 1
selektif )
Ceftriaxone (sefalosforin
gol 3) : untuk
menghindari terjadinya
infeksi pada pasien kll,
dikarenakan ada vulnus
laceratum yang
kemungkinan pada vulnus
tersebut ada kontak
dengan udara bebas
ataupun bedan yang
mengandung bakteri
Laporan Observasi
Tanggal Maintenance :
Obeservasi ICU : O2, Regivell
15/02/2017
Diagnosis Pra
Izin Operasi : +
Bedah : Multiple
Premedikasi :
fraktur
miloz 5 mg
Diagnosis Pasca
fentanyl 200 mg
bedah : Multiple
Induksi :
fraktur
Regivell 0,5 % 150
mg Jenis Operasi
Jenis Anastesi : GA :ORIF
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien datang dengan
keluhan utama nyeri pada kaki kanan,
setelah pasien mengalami kecelakaan lalu
lintas. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
lengkap, pemeriksaan laboratorium dan
dan pemeriksaan radiologi diketahui pasien
mengalami multiple fraktur dan dianjurkan
dokter untuk dilakukan tindakan Open
Reduction Internal Fixation. Dan diketahui
bahwa kondisi pasien cukup baik dan
memenuhi persyaratan operasi
Berdasarkan status fisik pasien tersebut, jenis
anestesi yang paling baik digunakan dalam operasi
ORIF adalah general anestesi. Teknik anestesi umum
adalah dengan LMA. Pada anestesi umum harus
memenuhi beberapa hal ini yaitu, hipnotik analgesi
dan relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi
tegangnya tinus otot sehingga akan mempermudah
tindakan , pembedahan stabilisasi otonom
Untuk menjamin jalan nafas pasien selama tidak
sadar,maka dilakukan pemasangan LMA karena
dinilai lebih aman dan lebih tidak invansifdibanding
dengan pemasangan ETT
Keuntungan LMA : tidak invasif, mudah penggunaan,
minimal trauma pada gigi dan laring, efek
laringospasme dan bronkospasme minimal
Pada pasien ini diberi
premedikasi midazolam 5 mg
dan fentanyl 200 mcg.
Induksi dengan propofol 150
mcg.
Pemeliharaan : O, propofol
Management ABC
(Airway).
Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan
besar dalam keadaan adekuat.
Obstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita yang tidak
sadar, yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan,
jatuhnya pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah.
Usaha untuk membebaskan jalan napas harus melindungi
vertebra servikalis (cervical spinecontrol), yaitu tidak boleh
melakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari
leher. chin liftataujaw thrustsambil merasakan hembusan
napas yang keluar melalui hidung.
Bila ada sumbatan dihilangkan dengan cara membersihkan
dengan jari atausuctionjika tersedia.
Untuk menjaga patensi jalan napas selanjutnya pemasangan
pipa orofaring. Bila hembusan napas tidak adekuat, perlu
bantuan napas. Bantuan napas dari mulut ke mulut akan
sangat bermanfaat
(Breathing).
Apabila tersedia, O2 dapat
diberikan dalam jumlah yang
memadai.
Pada penderita dengan cedera
kepala berat atau jika
penguasaan jalan napas belum
dapat memberikan oksigenasi
yang adekuat, bila
memungkinkan sebaiknya
Status sirkulasi dapat dinilai
secara cepat dengan memeriksa
tingkat kesadaran dan denyut
nadi (circulation).
Tindakan lain yang dapat
dilakukan adalah mencari ada
tidaknya perdarahan eksternal,
menilai warna serta temperatur
kulit, dan mengukur tekanan
darah
Bila ada perdarahan eksterna, segera hentikan
dengan penekanan pada luka.
Cairan resusitasi yang dipakai adalah Ringer Laktat
atau NaCl 0,9%, sebaiknya dengan dua jalur intra
vena.
Pemberian cairan jangan ragu-ragu, karena cedera
sekunder akibat hipotensi lebih berbahaya terhadap
cedera otak dibandingkan keadaan edema otak
akibat pemberian cairan yang berlebihan.
Posisi tidur yang baik adalah kepala dalam posisi
datar, cegahhead down(kepala lebih rendah dari
leher) karena dapat menyebabkan bendungan vena
di kepala dan menaikkan tekanan intrakranial.
Perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan umur
Perubahan anatomi-fisiologi
Perubahan farmakologi
Perubahan Anatomi-
Fisiologis
Sisterm karvas
Peningkatan tonus vagal dan
penurunan sensitifitas dari
reseptor adrenergik Fungsi ginjal
penurunan dari nadi
Aliran darah ke ginjal dan
sebesar 1denyut/menit/tahun
massa ginjal menurun
Respon kurang peka karena Kreatinin serum tidak
penurunan fungsi otonom berubah, BUN meningkat
dan sensitivitas baroreseptor Ekskresi obat menurun
Penurunan kapasitas
Sistem respirasi menangani cairan dan
Elastisitas jaringan paru menurunoverdistensi
elektrolit menurun butuh
alveoli, dan kolaps jalan napaspenanganan
kecil cairan yang
Ventilasi menggunakan masker tepat
sulitdan monitoring
pada pasien ketat
yang tidak bergigi
Peumonia aspiratif ok penurunan progresif reflek
Perubahan Anatomi-
Fisiologis
Sistem GIT
Heparaliran darah dan
massa hepa menurun
Penurunan kec.
Iotransformasi, prod.
Albumin dan sintesi kolin Sistem saraf
esterase plasma Aliran darah ke otak dan
Lambungpengosongan massa otakmenurun
melambat, kadar asam Degenerasi neuronal
meningkat Sintesis neurotransmitter
menurun
Kulit mengalami atrofi
Muskuloskeletal
Vena rapuh dan mudah pecah karena
pemasangan infus
Peradangan sendi mempengaruhi teknik
pemberian anasesi regional
PERUBAHAN
FARMAKOLOGIS Vol. Distribusi-waktu
paruh eliminasi- dosis
kebutuhan anastesi
Anestesi inhalasi
Agen anestesi nonvolatile
Muscle relaxant

Volume distribusi-waktu paruh eliminasi


Vol.distribusieliminasi memanjang
Geriatri jumlah air menurun,akumulasi
lemak meningkat
Clearancedipeng. Fungsi hepar dan ginjal,
penurunan fungsi seiring dgn pertambahan
umur
Ikatan plasma(Albumin)pertambahan
umur kadar menurun
PERUBAHAN
FARMAKOLOGIS
Vol. Distribusi-waktu paruh eliminasi-
dosis kebutuhan anastesi
Anestesi inhalasi
Agen anestesi nonvolatile
Muscle relaxant

Anestesi inhalasi
Onset kerja lebih cepat jika cardiac output menurun
Onset tertunda jika didapatkan gangguan
perfusi/ventilasi
Penggunaan anestetik volatileefek depresi
miokard berlebihan, pemulihan memanjang
Penggunaan anestetik
isofluran/enfluranmenurunkan cardiac output dan
heart rate (efek samping takikardi ditumpulkan)
Vol. Distribusi-waktu
paruh eliminasi- dosis
PERUBAHAN kebutuhan anastesi
Anestesi inhalasi
FARMAKOLOGIS Agen anestesi
nonvolatile
Muscle relaxant

Agen anestesi nonvolatile


Secara umum menurunkan dosis kebutuhan anestesi
Agonis opiatpeningkatan sensitivitas otak, pemanjangan
waktu eliminasi
Barbituratdistribusi lambat, penurunan kadar obat
lambat
Benzodiazepinakumulasi di lemak-vol distribusi
meningkat,efek kebingungan meningkat
PERUBAHAN
FARMAKOLOGIS
Vol. Distribusi-waktu paruh
eliminasi- dosis kebutuhan
anastesi
Anestesi inhalasi
Agen anestesi nonvolatile
Muscle relaxant

Muscle relaxant
Pemanjangan 2x lipat dalam onset dan durasi
Dipengaruhi olehcardiac output, aliran darah
otot dan site clearence masing2 obat
Pemulihan memanjang akibat ekskresi obat
pada renal dan hepar dapat tertunda akibat
penurunan fungsi maupun degenerasi organ
(berkurangnya massa hepar)
Persiapan pre operatif
Riwayat penyakit dan penilaian klinis
ECG
Foto thorakspasien2 yg diketahui mengidap
keganasan atau TB
tingkat kognitif pasien dan lingkungan sosial
pasien
pasien frakturaktif dicari penyebab
tersembunyi penurunan kondisi (aritmia,
infark miokard, TIA, CVE, emboli pulmoner,
dan perdarahan GIT)
Dokumentasi kemampuan fungsional dasar
Lanjutan...
Penjelasan rinci perioperatif: pemasangan
kateter, NG tube, CVCpasien dapat
menghadapinya ketika bangun.
Catat nilai ASApenilaian outcome
Resusitasi dan optimalisasi pre-operatif
persiapkan tambahan oksigenasi, cairan
hingga cadangan darah (WB)
Pertimbangkan bedah satu
hariberkurangnya kebingungan,
mobilisasi lebih dini, dan berkurangnya
kemungkinan infeksi nosokomial
Operasi luas dapat membahayakan pasien.
Perawatan perioperatif
Induksi anestesi :
Dosis agen menurun drastis
Titrasikan obat,injeksikan ke dalam infus yang masih berjalan
Pemeliharaan anestesi : isofluran, halotan, eter
Suhu tubuh: ggn termoregulasi dan BMI menurun
Penatalaksanaan cairanperlu pengawasan ketat; tanda2
dehidrasi tidak terlalu nampak, gangguan ginjal resiko overload cairan
Daerah tekananluka akibat penekanan/decubitus (muncul
>24jam) pada pasien dengan perfusi jelek, operasi lama
anestesi regional atau umumgeriatri sering mengalami
hipotensi t.u pada anestesiepidural/spinal
Perawatan postoperatif
Terapi oksigenpemberian
oksigen tambahan menggunakan
Fasilatas perawatan tingkat tinggi
Analgesia
Penatalaksaan cairan
Pertimbangan lain
Miloz 5 mg
Miloz mengandung Midazolam
injeksi
Manfaat
menurunkan rasa cemas
memberi rasa kantuk hingga efek
anastesia yang bermanfaat
Digunakan pada pasien tertentu
yang membutuhkan efek sedasi dan
anestesi lebih panjang
Intra muskular Medikasi Pra Operasi :
Dosis lazim : 5 mg, Dewasa 0.07-0.1 mg/Kg
BB. Lanjut usia dan pasien dalam kondisi
lemah 0.025-0.05 mg/Kg BB.

Intra Vena Induksi anastesi dan sedasi : 10


mg.
Dosis pemeliharaan pada anastesi umum
bersifat individual, biasanya tidak melebihi
25% dari dosis induksi. Sedasi basal awal : 2.5
mg 5-20 menit sebelum Operasi. Pemberian
sesudah itu dapat dilakukan bila perlu.
Maksimal 5 mg
Manifestasi overdosis :
Sedasi
Somnolen
Kebingungan
koordinasi terganggu
refleks menurun
Koma
tanda vital pasien.
Fentanyl 200 mg
Jenis
obat : analgesic (opiat)
Manfaat :
meredakan rasa sakit kronis dan parah
Pereda nyeri saat pembedahan
Bentuk : larutan injeksi 0,05 mg/ml
Dosis dan Indikasi
Untuk Premedikasi bedah
50-100 mcg / IM atau IV secara
lambat 30-60 menit sebelum
operasi
Tambahan untuk anestesi
regional: 25-100 mcg / dosis IV
lambat selama 1-2 menit
Untuk Anestesi Umum
Prosedurbedah minor (operasi kecil): 0,5-2
mcg / kg / dosis IV
Operasi besar: 2-20 mcg / kg / dosis
awalnya; 1-2 mcg / kg / jam perawatan infus
IV; hentikan infus 30-60 menit sebelum
mengakhiri operasi; batasi jumlah dosis
fentanil 10-15 mcg / kg untuk pelacakan
cepat dan awal ekstubasi
Tambahan untuk anestesi umum (jarang
digunakan): 20-50 mcg / kg / dosis IV
Untuk Analgesia
Analgesia: 1-2 mcg / kg IV bolus atau 25-100 mcg /
dosis jika perlu atau 1-2 mcg / kg / jam dengan infus
IV kontinu atau 25-200 mcg / jam
Nyeri berat: 50-100 mcg / dosis IV / IM setiap 1-2 jam
jika perlu (pasien dengan paparan opioid sebelum
dapat mentolerir dosis awal yang lebih tinggi)
Pasien dibawah pengaruh anestesi (PCA): 10 mcg /
mL IV (konsentrasi biasa); permintaan dosis 20 mcg
dengan interval waktu dan laju dasar 5-10 menit dari
50mcg / jam
Efek samping
Frekuensi Tidak tentu Apnea
Depresi
Kelemahan
Diare
Kebingungan
Sembelit Pusing
Mulut kering Pencernaan yg
Mual terganggu
berkeringat Nafas yg sulit
muntah
Euphoria
Sakitperut
Kelelahan
Anorexia
Kegelisahan
Halusinasi
Sakit kepala
Infeksi saluran pernapasan Dysphoria
atas Flushing/sensasi terbakar
Retensi urin
Pingsan
Koordinasi berpikir dan gaya
Demam
berjalan yang abnormal
Perut kembung
Agitasi
Amnesia
Cegukan

Kejang jantung Gangguan mental

Reaksi pada area pemberian Gangguan berkemih


fentanyl Infark miokard (MI)
Sakit punggung Oliguria
Bradikardia Reaksi paranoid
Bronkitis paresthesia
Gagal jantung Perpanjangan interval QT
Koma Ruam
Henti pernapasan elevasi ST-segmen
depresi pada pada gambaran EKG
berkeringat
pernapasan /
keadaan sinkop
peredaran darah
Tremor
rhinitis
Retensi urin
Sedasi
takikardia ventrikel
kejang
gangguan visual
aritmia jantung
Hangat wajah / leher /
parah dada bagian atas,
syok Sinusitis urtikaria
gangguan bicara Kelemahan
Hemoptisis
Hipoventilasi
Gejala seperti
influenza
Gugup
Sakit Tekak
Pruritus
Regivell (Bupivacaine anhydrous)
Farmakologi:
Bupivacaine adalah anestetik lokal jenis amide
kerja panjang. Bupivacaine spinal heavy memiliki
onset yang cepat dan lama kerja yang panjang.
Durasi analgesia pada ruas T10-T12 adalah 2-3 jam.
Bupivacaine spinal heavy menghasilkan relaksasi
otot derajat sedang (moderate) pada ekstremitas
bawah selama 2-2,5 jam. Efek blokade motorik
pada otot abdominal menyebabkan larutan ini
sesuai untuk digunakan pada bedah abdominal
selama 45-60 menit. Durasi blokade motorik tidak
melebihi durasi analgesia.
Bupivacaine spinal heavy bersifat
hiperbarik, dan saat awal
penyebarannya pada ruang
subarachnoid sangat dipengaruhi oleh
gravitasi. Selain itu, bupivacaine
spinal heavy menyebar lebih luas ke
arah cephalic bila dibandingkan
dengan larutan yang bersifat isobarik,
bahkan pada posisi horizontal
sekalipun, ketika efek gravitasi
minimal.
Sehubungan dengan distribusi
intratekal yang lebih besar dan
sebagai akibat dari konsentrasi rata-
rata yang lebih rendah, durasi
anestesia cenderung lebih pendek.
Sehingga larutan tanpa penambahan
dekstrosa menghasilkan block pada
level yang lebih rendah, tapi berdurasi
lebih lama daripada larutan
hiperbarik.
Bupivacaine, seperti anestetik lokal
lainnya, menyebabkan blokade yang
bersifat reversibel pada perambatan
impuls sepanjang serabut saraf
dengan cara mencegah pergerakan ke
dalam dari ion-ion natrium melalui
membran saraf. Anestesi lokal jenis
amide diduga bekerja dalam saluran
natrium pada membran saraf.
Indikasi
Anestesi intratekal
(subarachnoid, spinal) untuk
pembedahan.
Pembedahan abdominal selama
45-60 menit (termasuk operasi
Caesar).
Bedah urologi dan ekstremitas
bawah selama 2-3 jam (termasuk
operasi panggul).
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap anestesi lokal jenis
amide.
Penyakit aktif akut pada sistem saraf pusat,
seperti meningitis, poliomielitis, perdarahan
intrakranial, dan demyelinating, peningkatan
tekanan intrakranial serta tumor otak dan
spinal.
Stenosis spinal dan penyakit aktif
(spondilitis, tumor) atau trauma baru (patah
tulang) pada kolumna vertebralis.
Tuberkulosis pada tulang belakang.
Infeksi
pirogenik pada kulit di atau berbatasan
dengan lokasi pungsi lumbal.
Septicaemia.

Anemia pernisiosa dengan degenerasi kombinasi


sub-akut pada medula spinalis.
Gangguan koagulasi atau terapi antikoagulan
secara berkesinambungan.
Hipotensiyang tidak dikoreksi, syok kardiogenik
atau hipovolemik.
Obstetric paracervical block, anestesi regional
intravena (Bier's block) dan semua infus intravena.
Dosis dan cara
pemberian:
Dewasa:
Anestesi spinal untuk pembedahan: 1,5-3 ml
(7,5-15 mg bupivacaine hydrochloride).
Ketika diinjeksikan pada ruas intervertebral
L3.L4, dengan posisi pasien duduk, 3 ml
bupivacaine spinal heavy menyebar pada ruas
spinal T7-T10. Pada pasien yang diinjeksi dengan
posisi horizontal dan kemudian diposisikan
terlentang, blokade menyebar pada ruas spinal
T4-T7. Harus dipahami bahwa tingkat anestesi
spinal yang dicapai oleh anestesi lokal tidak
dapat diperkirakan pada pasien.
Bupivacaine spinal heavy dapat digunakan pada pasien
anak. Salah satu perbedaan antara anak-anak dan orang
dewasa adalah volume cairan serebrospinal yang relatif
tinggi pada bayi dan neonatus, yang membutuhkan
dosis/kg relatif lebih besar untuk menghasilkan block pada
level yang sama bila dibandingkan orang dewasa.
Dosis untuk anak-anak yang direkomendasikan adalah
sebagai berikut:
0,40 - 0,50 mg/kg untuk bayi dengan berat badan sampai 5 kg.
0,30 - 0,40 mg/kg untuk anak-anak dengan berat badan antara 5 dan
15 kg.
0,25 - 0,30 mg/kg untuk anak-anak dengan berat badan lebih dari 15
kg.
-
Injeksi spinal hanya dapat diberikan setelah
ruang subarachnoid terindentifikasi secara
jelas oleh pungsi lumbal.
Tidak ada obat yang dapat diinjeksikan
hingga cairan serebrospinal jernih terlihat
menetes dari jarum spinal atau terdeteksi
oleh aspirasi.
Larutan harus digunakan segera setelah
ampul dibuka. Larutan yang tersisa harus
dibuang.
Efek samping
Hipotensi

bradikardia

sakit kepala setelah pungsi dural.


Blokade spinal total akan mengakibatkan
depresi kardiovaskular dan pernafasan. Depresi
kardiovaskular disebabkan oleh blokade saraf simpatis
yang luas, yang dapat mengakibatkan hipotensi dan
bradikardia yang nyata, atau bahkan henti jantung.
Depresi pernafasan disebabkan oleh blokade
persarafan dari otot pernafasan, termasuk diafragma.
Reaksi neurologi.
anestesi regional dan khususnya spinal. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya cedera
langsung medula spinalis atau saraf spinal, sindrom
arteri spinalis anterior, injeksi zat yang bersifat iritan,
injeksi larutan yang tidak steril atau adanya space
occupying lession (hematoma atau abses) dalam kanal
spinal. Hal ini mengakibatkan terjadinya parestesia atau
anestesia, kelemahan motorik, hilangnya kontrol sfingter
pada paraplegia, pada area yang terbatas (terlokalisir).
Adakalanya reaksi tersebut bersifat permanen.
Komplikasi neurologi jenis ini telah dilaporkan pada
penggunaan semua anestetik lokal untuk anestesi spinal.
Reaksi alergi.
dermatitis alergi, bronkospasme atau
anafilaksis.
Toksisitas sistemik akut.
Manifestasi pertama drowsiness
(mengantuk) hingga ketidaksadaran dan henti
nafas.
Reaksi kardiovaskular
hipotensi, depresi miokardial, bradikardia, dan
kemungkinan henti jantung.
Efek samping sistemik
mati rasa pada lidah, light-headedness,
dizziness dan tremor yang diikuti dengan
Ketorolac
Indikasi
Untuk penatalaksanaan nyeri
akut yang berat jangka pendek
(< 5 hari).
Dosis dan cara pemberian
Injeksi
bolus intravena diberikan dalam waktu
minimal 15 detik.
Pemberian intramuskular dilakukan dalam dan
perlahan.
Intramuskular jangka pendek, diberikan dosis
30-60 mg, dan kemudian dengan dosis 15-30
mg/6 jam, jika diperlukan.
Dosis maksimum sehari adalah 120 mg.
Pasca-operasi dosis 30 mg dan dosis 90
mg dapat diberikan untuk pasien dengan
nyeri berat.
Durasi maksimum pengobatan dengan
Efek samping
Ulkus, perdarahan saluran cerna
dan perforasi, hemoragis pasca
bedah, gagal ginjal akut, reaksi
anafilaktoid, dan gagal hati.
Komposisi
KETOROLAC 10 mg
Tiap ampul (1 ml) mengandung
ketorolac tromethamine 10 mg
KETOROLAC 30 mg
Tiap ampul (1 ml) mengandung
ketorolac tromethamine 30 mg
Kemasan
KETOROLAC 10 mg. Kotak, 10
ampul 10 mg/ml @ 1 ml.
KETOROLAC 30 mg. Kotak, 10
ampul 30 mg/ml @ 1 ml.
Morfin
Dosis: 0,5-1 mg/kgBB
Secara umum morfin adalah
pilihan obat opioid yang bagus
untuk pasien dengan nyeri yang
signifikan
Indikasi
Morfin sering diperlukan untuk nyeri
yang menyertai
Infark miokard
Neoplasma
Kolik renal atau kolik empedu
Oklusi pembuluh dasarh perifer,
pulmonal atau koroner
Perikarditis akut, pneumothorak spontan
Nyeri akibat trauma, misalnya luka
bakar, fraktur, dan nyeri pasca bedah

Anda mungkin juga menyukai