Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

RADIKALISME, TERORIS, BELA NEGARA DAN CINTA


TANAH AIR DALAM PANDANGAN ISLAM

Disusun Oleh :

Kelompok 4 Kelas C

Syakir Alhasni_531423052
Muhammad Zulfikar Pratama Hasan_531423056
Afrilya Saleh_531423051
Moh.AfdalDjenaan_53142348
Yulia Rahmawaty Abdul Gani_53142361
Raya Rizali Mutawakkil Mantau_531423054
AlifLutfi Ikshanul Fikri_531419041
Faturrahman Pohontu_531423060
Ratna Panigoro_531423057
Mohamad Arifin Ilham Bumulo_531423046
La Ode Ferdi_531423053

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah memberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Rdikalisme,
Teroris, Bela Negara dan Cinta Tanah Air dalam Pandangan Islam. tak lupa pula
kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Kami
menyadari dalam penulisan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu,kami menerima kritik dan saran untuk dapat menjadi bahan pelajaran
bagi kami.

Gorontalo,2 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB
I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................1

1.3. Tujuan ...........................................................................................................1

1.4. Manfaat .........................................................................................................1

BAB II .....................................................................................................................3

PEMBAHASAN .....................................................................................................3
2.1. Tokoh-Tokoh Pemikir Islam Yang Membahas Isu Radikalisme dan
Terorisme .................................................................................................................3

2.2. Prinsip Dasar Islam Yang Menentang Radikalisme dan Rerorisme .............3

2.3. Dimana Upaya Radikalisasi dan Rekrutmen Terjadi ....................................6

2.4. Kapan Isu Radikalisme dan Terorisme Yang Membawa Nama Islam
Pertama Kali Disorot................................................................................................7

2.5. Mengapa Beberapa Individu Menginterpretasikan Islam Dengan Cara


Membenarkan Atau Mendukung Tindakan Terorisme ............................................9

2.6. Bagaimana Upaya Negara Islam dan Organisasi Islam Menghadapi


Ancaman Terorisme ...............................................................................................10

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................13
3.1. Kesimpulan .................................................................................................13

3.2. Saran............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14


ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Radikalisme dan terorisme telah menjadi perhatian global yang sangat


signifikan di dunia saat ini. Mengetahui dan memahami pandangan islam
terhadap isu isu radikalisme dan terorime dan hubungannya
dengan pertahanan negara sangat penting danwajib dipelajari.

1.2. Rumusan Masalah

. Siapatokoh dan peimikir islam kunci yang membahas isu isu radikalisme
danterorisme dalam islam?

. Apa prinsip prinsip dasar islam yang menentang radikalisme dan


terorisme?

. Dimana biasanya upaya radikalisasi dan rekrutmen terjadi dalam dunia


islam?

. Kapan isu radikalisme dan terorisme dalam islam pertama kali menjadi
sorotan?
. Mengapa beberapa individu menginterpretasikan islam dengan cara yang
membenarkan atau mendukung tindakanterorisme?

. Bagaimana negara negara islam dan organisasi menghadapi ancaman


terorisme di dalambatas wilayah mereka?

1.3. Tujuan

. Menyelidiki pandangan islam terhadap radikalisme danterorisme.


. Menganalisis konsep cinta tanah air dan bela negara dalam islam.

1.4. Manfaat

. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang isu isu tersebut dalam
konteks islam.

1
. Mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya cinta
tanah air dan bela negara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tokoh-Tokoh Pemikir Islam Yang Membahas Isu Radikalisme dan


Terorisme

. Sheikh Muhammad bin abdul wahhab


Beliau berasal dari keluarga yang dikenal sebagai keluarga para
ulama pada abad ke XI Hijriyah, Ulama paling terkenal yang ada di
Najed adalah kakek beliau, yaitu Sulaimân bin ‘Alî yang menjabat
sebagai Qâdhî (hakim agama) di Raudhah Sudair. Setelah berhenti,
beliau pindah ke ‘Uyainah dan menjabat sebagai Qâdhî pula serta
menjadi syaikh (guru ilmu-ilmu syar’i) bagi sejumlah penuntut ilmu.
. Muhammad abduh
Muhammad Abduh Ibn Hasan Khair Allah, dilahirkan pada tahun
1849 M di Mahallat al-Nasr daerah kawasan Sibrakhait Provinsi al-
Bukhairoh Mesir. Ayahnya Hasan Khairullah berasal dari Turki. Ibunya
bernama Junainah berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai ke
sukubangsayang sama dengan Umar bin Khattab.
. Sheikh yusuf al-Qaradawi
Syekh Prof. Dr. Yusuf al-Qaradawi adalah seorang ulama Islam
Mesir ]Internasional. Ia mendapat pengaruh termasuk dari Ibnu
Taimiyah, Ibnu Qayyim, Sayyid Rasyid Ridha, Hassan al-Banna, Abul
Hasan Ali HasaniNadwi, Abul A'la Maududi dan Naeem Siddiqui.

2.2. Prinsip Dasar Islam Yang Menentang Radikalisme dan Rerorisme

Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan ajaran Islam dan


menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik yang akan menjadi saksi atas
umat yang lain, seperti dijelaskan dalam firman Allâh Azzawa Jalla.

3
‫َﻛ ََﻠﺬَﻙ‬ ‫َََﻡََﻙ ََْﻛ َﻊ َْ ًََّﺓُﻡ َﻁُْﺱ ََ ََِﻝ َ َُﺫ َََِﻭ ﻟ َََﻪ َﺀ َﻛ ﻊ َﻯ َﻥ ْ ﺫﻝ َﻧَِﻮ َﻱ َََِﻃَﺮ ﻟﺬَّﻝ َﻛَﻜَﻮَﻉ َﻯ َُﻛﻞ ََ َﺀ‬

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikankamu (umat Islam),umat


yang adil (terbaik) dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
[Al-Baqarah/2:143].

Dari kalimat ummatan wasathan (umat yang adil atau pertengahan)


tampak jelas bahwa umat Islam dilarang melampaui batasan yang telah
ditetapkan syariat, baik dalam keyakinan maupun amalan. Sikap melampaui
batas tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam semua urusan, apalagi
dalam urusan agama. Bahkan syariat melarang sikap ini dalam beberapa ayat
al-Qur`ân, diantaranya firman Allâh Subhanahuwa Ta’ala :

َْ‫ًََْﻥ َﻟ َﻪَ َُْْ ﻟَﺬَﻭ َﺍََُﺍَِﻛ ﻞ َﻳﻒ ََﻧَﻮ َﻉ‬

Wahai ahli Kitab, janganlah kalian bertindak melewati batas (ghuluw)


dalamagama kalian [An-Nisâ’/4: 171].

Al-Hâfidz Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam kitab


Tafsirnya, “Allâh Subhanahu wa Ta’ala melarang ahlul kitab melampaui
batas dalam beragama. Ini banyak dilakukan oleh kaum Nashara karena
mereka melampaui batas dalam kewajiban mengimani Nabi Isa Alaihissallam
sampai-sampai mereka mengangkatnya melebihi kedudukan yang berikan
kepadanya Alaihissallam. Mereka memindahkannya dari derajat kenabian
menjadi tuhan selain Allâh Azza wa Jalla . Mereka menyembahnya
sebagaimana mereka menyembah Allâh Subhanahu wa Ta’ala , bahkan
mereka juga melampaui batas dalam menyikapi para pengikut Nabi Isa
Alalihissallam yang dianggap masih berada di atas ajaran Nabi Isa
Alaihissallam. Mereka meyakini para pengikut beliau Alaihissallam itu
ma’sum dan lalu mereka mengikuti setiap apa yang mereka katakan,
baik

4
perkataan mereka itu haq maupun batil, sesat maupun petunjuk, benar
maupun dusta. Oleh karena itu, Allâh Azzawa Jallaberfirman :

‫ًَُْﺭ‬
‫ﻝَّﺍَﺫ ََﻟﻞ َﻟَﻊ َْﻫ ًََﺎَﻡ ﻉَ ََََِّﺀ َﻟَْﻪ َﺍ ََ َْﺭ َﺍ َﺓ َﻥ ََْ َﻱ‬
‫َﺳ َﻤ ﻜ َﺎ ﻟ َﺬ ََ ﻟَﺮَﻥ َﻧَﻊ َﺓَﻝ‬
َ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan para rahib mereka sebagai
Tuhan selain Allâh dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masîh putera
Maryam, (At-Taubah/9:31)”, [Tafsîr IbnuKatsir, 1/589].

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

َْ ‫َّْﻧَﻜ َﻊ‬ ‫ََُﻙ َِّ ﻟَﺬ ََ َﻳ ﻊ ﻟ ََْﺬ َﻧ َﻦ َﻳَََّﻢ َﺱ ًََْﻟَﻜ َﻚ َﺓَﻥ َْﻛ ََْﻲ َﻫَﻜ َﻮ ََُﻉََِْْﻙ َﺫ َﺭ َﻳﻊ ﻟََْﺬ َﻧَﻦ‬

Hindarilah oleh kalian tindakan melampaui batas (ghuluw) dalam


beragama sebab sungguh ghuluw dalam beragama telah menghancurkan
orang sebelumkalian. [HR. An-Nasâ’i dan Ibnu Mâjah].

Diantara bentuk sikap melampaui batas adalah bersikap radikal


dengan segala bentuknya yang menyelisihi syariat. Dalam bahasa Arab kata

(َُ ‫ )َﻙ ِْ ﻟَﺬ‬yang berarti radikal, kekerasan dan kekakuan kembali kepada sebuah
kalimat yang bermakna sesuatu yang berlebih-lebihan dan melampaui batas
dan ukuran. Sebagaimana yang dikatakan ibnu Fâris rahimahullah dalam
kitabnyaMu’jammaqâyis Lughah.

Berlebih-lebihan dalam agama adalah dengan melakukan sesuatu yang


melampaui batas dengan kekerasan dan kekakuan, sebagaimana disebutkan
oleh Ibnu Manzhûr rahimahullah dalam kitab Lisânul Arab.

Radikalisme dalam sejarah terjadi tidak hanya pada umat Islam,


bahkan Allâh Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan ahli kitab akan sikap

5
melampaui batas ini, sebelum umat Islam. Sejarahpun mencatat banyak
tindakan-tindakan radikal dilakukan selain umat Islam baik dizaman dahulu
hingga sekarang. Namun mengapahanyaumat Islam sajayang disudutkan?

Ironisnya banyak orang Islam ikut-ikutan bicara radikalisme tanpa


dasar dan ilmu yang membuat semakin keruh dan rusak serta tidak
memberikan solusi sama sekali.

Tidak dipungkiri, radikalisme memiliki multi sebab, mulai dari


pemahaman yang parsial, salah memahami ajaran Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam tanpa merujuk kepada pemahaman yang benar yang telah
difahami oleh as-salaf ash-shalih termasuk juga masalah politik berupa
penindasan dan penjajahan menjadi pemicu tindakan radikal. Semua sebab-
sebab ini membuahkan hasil yang sangat berbahaya bagikemajuan peradaban
manusia dan kesejahteraan mereka di dunia.

2.3. Dimana Upaya Radikalisasi dan Rekrutmen Terjadi

Upaya radikalisasi dan rekrutmen teroris dapat terjadi di berbagai


tempat dan melibatkan berbagai faktor. Meskipun mereka tidak terbatas pada
wilayah geografis tertentu, beberapa area di dunia Islam cenderung memiliki
tingkat radikalisasi dan rekrutmen yang lebih tinggi Contohnya : Jaringan
teroris di Indonesia lebihmemilih perekrutan secara langsung atautatapmuka
(offline) daripada melalui media sosial (online). Media sosial
hanya dimanfaatkan untuk menyebarkan paham radikalisme. Pengamat
teroris Universitas Indonesia, Solahudin, mengatakan perekrutan jaringan
teroris di Indonesia memang berbeda dengan di beberapa negara seperti di
kawasan Eropa dan Malaysia yang lebih menggunakan jalur online.

"Di negara lain rekrutmen lewat media sosial. Di Eropa misalnya,


orang yang enggak pernah ikut pengajian tiba-tiba hilang dan muncul di
Suriah. Di Indonesia, radikalisasi betul lewat sosial media. Tapi untuk proses
rekrutmen mayoritas lebih banyak terjadi secara offline, tatap muka. Jadi

6
tidak lewat dunia maya terutama dalamproses rekrutmennya," kata Solahudin
di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rabu, 16 Mei 2018.

Menurut dia, kelompok-kelompok ekstremis di Indonesia tak terlalu


percaya dengan pola perekrutan online. Sebab, biasanya pengguna media
sosial menggunakan identitas palsu. Misalnya, ada yang fotonya perempuan,
tapiternyata laki-laki dan sebaliknya.

Dia mengatakan, dari 75 narapidana teroris yang diteliti dan


diwawancaranya, hanya 9 persen atau tujuh kasus yang menyatakan
bergabung dengan kelompok ekstremis via media sosial. "Sisanya, 91
persen mengatakan mereka direkrut kelompok ekstremis melalui offline.
Artinya tatapmuka dan melalui forum-forum keagamaan," ujar Solahudin.

Forum keagamaan yang dimaksud adalah pengajian-pengajian yang


materinya berkaitan dengan ekstremisme. Hal ini mudah dilakukan karena
kebebasan berekspresi dan berorganisasi di Indonesia. "Jadi mudah ditemui
pengajian-pengajian radikal," kata Solahudin.

Beberapa tahun lalu, media asing meliput masjid-masjid yang


dijadikan tempat propaganda pengajian kelompok ISIS. Namun, itu tak bisa
dihentikan karena adanya UU yang melindungi kebebasan berekspresi. Pada
UU Terorisme yang berlaku saat ini juga tak ada pasal untuk menjerat pihak-
pihak yang mengajarkanterorisme.

2.4. Kapan Isu Radikalisme dan Terorisme Yang Membawa Nama Islam
Pertama Kali Disorot

Dalam catatan sejarah bahwa sepeninggal Nabi Muhammad saw.


posisi sebagai kepala pemerintahan di Madinah diambil alih oleh empat
sahabat terdekat Nabi Muhammad saw., yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Periode empat sahabat dekat
Nabi Muhammad tersebut dikenal dengan sebutan Khulafa’ al-Rasyidin
yang

7
berarti para khalifah yang mendapat petunjuk dari Allah. Meskipun keempat
Khulafa’ al-Rasyidin tersebut memiliki karakteristik yang berbedabeda, tetapi
corak kepemimpinannya tetap konsisten terhadap apa yang dicontohkan Nabi
Muhammad saw.

terutama dalam sistem pemerintahan mendasarkan pada prinsip


musyawarah dalam pengambilan keputusan penting yang terkait dengan
kepentingan publik serta dalam hal memaknai jabatan kholifah sebagai
amanah dari Allah dan pemilihannya bersifat terbuka dan tidak
absolut.Khulafa’ al-Rasyidin memulai amanah yang diembannya dalam
pemerintahan dengan sistem baiat. Baiat merupakan pernyataan dan
pengakuan dari rakyat untuk berjanji setia serta mengikuti kholifah yang
terpilih. Baiat tersebut dilakukan setelah adanya aqd atau semacam transaksi
sosial antara rakyat dan khalifah. Khalifah berjanji akan menjalankan
amanahnya dengan baik sesuai perintah Allah dan rasulnya dan rakyat
akan memberikan dukungan penuh pada khalifah selama khalifah berada di
jalur yang benar.

Dalam perjalanan memegang roda pemerintahan, dari khalifah


pertama sampai ketiga relatif stabil, meskipun sedikit muncul semenjak
khalifah keempat, yaitu masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi
Thalib, mulai muncul pergolakan-pergolakan yang sulit diselesaikan,
dimulai dari pemberontakan yang dilakukan Thalhah, Zubair dan Aisyah
yang berakhir dengan peperangan yang dikenal dengan Perang Jamal.
Selain itu juga muncul pemberontakan dilakukan oleh Muawiyyah bin
Abu Sufyan untuk perdamaian yang disebut dengan tahkim. Dalam tahkim
tersebut disepakati untuk tidak melanjutkan peperangan, tetapi kedua belah
pihak dapat kembali pada posisi masing-masing. Setelah adanya forum
tahkim tersebut gejolak mulai timbul lagi dengan mnculnya kelompok pro
dan kontra yang berakhir pada munculnya perpecahan di kalangan umat
Islam menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pendukung Ali (Golongan
Syi’ah), kelompok pendukung

8
Muawiyyah dan kelompok yang tidak mendukung keduanya (Golongan
Khawarij).

2.5. Mengapa Beberapa Individu Menginterpretasikan Islam Dengan Cara


Membenarkan Atau Mendukung Tindakan Terorisme

Beberapa individu mungkin menginterpretasikan Islam dengan cara


membenarkan atau mendukung tindakan terorisme karena beberapa faktor,
termasuk:

. Asumsi dan penilaian yang belum teruji: Penalaran atau penilaian atas
sebuah realitas umumnya dimulai dengan asumsi, yaitu dugaan individu
yang belum teruji kebenarannya Dalam konteks ini, individu yang
membenarkan atau mendukung tindakan terorisme mungkin memiliki
asumsi ataupenilaianyang salah tentang ajaran Islam.

. Pengaruh interpretasi agama, budaya organisasi, dan individualisme:


Studi telah menunjukkan bahwa pengaruh interpretasi agama (Islam),
budaya organisasi, dan individualisme dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku individu.

. Dalambeberapa kasus, interpretasi agama yang salah atau ekstremis dapat


menyebabkan individu membenarkan atau mendukung tindakan
terorisme. Konteks politik dan sosial: Konteks politik dan sosial juga
dapat mempengaruhi cara individu menginterpretasikan agama mereka

. Dalam beberapa kasus, ketegangan politik atau konflik sosial dapat


mendorong individu untuk mengadopsi interpretasi agama yang ekstremis
atau membenarkan tindakan terorisme.Liberalisme dan keprogresifan
dalam Islam: Beberapa aliran pemikiran Islam yang liberal atau progresif
telah muncul sebagai respons terhadap perkembangan globalisasi dan
tohmahanterhadap Islam.

. Meskipun tidak semua individu yang berfikiran liberal membenarkan atau


mendukung tindakan terorisme, beberapa dari mereka mungkin memiliki

9
interpretasi agama yang berbeda dan tidak sesuai dengan ajaran Islam
yang lebih tradisional.

2.6. Bagaimana Upaya Negara Islam dan Organisasi Islam Menghadapi


Ancaman Terorisme

Sekitar dua belas organisasi Islam di Indonesia mengeluarkan


pernyataan bersama menolak berbagai bentuk ekstremisme dan radikalisme
yang mengatasnamakan agama. Pernyataan ini dibacakan Ketua Umum
PBNU KH Said Aqil Siradj di kantor PBNU, Jakarta."Kami akan menghadapi
segala bentuk ekstremisme dan radikalisme yang menggunakan nama
agama," kata Said membacakan poin pertama kesepakatan 12 ormas
di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (15/8/2010).12 Ormas yang menyatakan
sikap bersama antara lain Nahdlatul Ulama (NU), AlIrsyad Al-Islamiyah,
Persis, Ar Robithoh Al Alawiyah, Al Ittihadiyah, Syarikat Islam Indonesia,
Ikatan Dai Indonesia, Dewan Dakwah, Matlaul Anwar, Badan Kontak
Majelis Taklim (BKMT), Persatuan Islam Tioghoa Indonesia (PITI), dan
Perti.

Dalam pernyataan bersama itu juga diungkapkan soal penggunaan


kekerasan atas nama agama sangat mencemaskan masyarakat. Selain itu cara-
cara kelompok yang merusak atas nama agama ini juga merisaukan kalangan
pimpinan organisasi-organisasi Islam.

"Ormas Islam yang warganya tidak terlibat dalam kekerasan, telah


terkena imbasnya karena penggunaan nama Islam untuk melakukan
kekerasan," terang Said.12 Ormas ini menilai jika fenomena kekerasan oleh
kelompok kecil masyarakat ini dibiarkan, aksi-aksi mereka akan semakin
mengancam eksistensi ormas Islam yang bersangkutan.

Stabilitas keamanan dan meresahkan negara-negara muslim maka


dibentuklah koalisi negara-negara Islam anti terorisme yaitu Islamic Military
counter to Terrorism (IMCTC). IMCTC adalah sebuah aliansi antar negara
Islam yang bersatu melakukan intervensi militer melawan terorisme. IMCTC
10
bertujuan untuk fokus mengkoordinasikan dan mendukung operasi militer
menghadapi terorisme dalam hal keamanan militer dan aspek intelelektual.
Selain itu aliansi ini berkewajiban untuk melindungi negara Islam dari
kejahatan kelompok dan organisasi terorisme. IMCTC tentunya memiliki visi
dan misi yang sudah diputuskan bersama-sama, serta memiliki beberapa
strategi ide-ide dalam menangani isu terorisme dengan mengkoordinasikan
dan menyatukan upaya-upaya negara-negara anggota dalam ideologi,
komunikasi, pembiayaan anti-terorisme, dan militer untuk memerangi semua
bentuk terorisme dan ekstremisme secara efektif diantaranya adalah:

. Perdamaian global dan melengkapi upaya dalam penanggulangan


terorisme internasional.

. Memperkuat solidaritas dan kolaborasi di antara negara-negara Anggota


koalisi untuk membentuk persatuan melawan organisasi-organisasi teroris
dan upaya mereka untuk menghancurkan keamanan dan mengubah citra
Islam dan Muslim.

. Mengubah presepsi ideologi radikal di negara-negara anggota koalisi


melalui kampanye komunikasi strategi untuk membantah narasi dan
propaganda radikal dan ekstrimis.

. Menegaskan kembali nilai-nilai moderat Islam dan prinsip-prinsip


perdamaian,toleransi dankasih sayang.

. Memerangi adanya pendanaan terorisme dengan bekerjasama dengan


anggota koalisi dan otoritas Counter Terrorist Financing (CTF),

. Membangun kemitraan strategi antara negara-negara anggota, negara-


negara pendukung dan organisasi internasional untuk berbagi informasi
dankeahlian anti terorisme.
Dari beberapa poin strategis tersebut terlihat jelas bahwa ada
keinginan IMCTC dalam mengembalikan citra Islam yang memburuk pasca
beberapa aksi terorisme diantaranya; Mengubah presepsi ideologi radikal di
negara-negara anggota koalisi melalui kampanye komunikasi strategi,
tujuannya adalah untuk membantah narasi dan propaganda radikal
dan

11
ekstrimis, menegaskan kembali nilai-nilai moderat Islam dan prinsip-prinsip
perdamaian, toleransi dan kasih sayang. Selain visi koalisi ini memiliki
beberapa poin strategi dalam upaya menangani isu terorisme berikut ini 4
domain yang menjadi fokus dalam penanganan isuterorismeyaitu:

. Pertama, domain ideologi dengan misi meluncurkan dan mempertahankan


untuk membangun generasi yang lebih baik dimasa akan
datang, menegaskan kembali pada prinsip-prinsip Islam tentang
toleransi dan kasih sayang, dan melawan narasi ideologi
ekstremis dengan menghadirkan sifat sejati Islam dan mendukung
ideologi, reformasi psikologis, dan sosial.

. Kedua, domain Kontra Pendanaan Terorisme, bekerja sama dan


berkoordinasi dengan otoritas yang kompeten di negara anggota koalisi.
Hal ini untuk mempromosikan praktik terbaik, kemajuan
hukum, peraturan, dan kerangka kerja operasional, dan memfasilitasi
berbagi informasi untuk mendukung operasi pencegahan, deteksi, dan
penyitaan dana teroris.

. Ketiga, domain komunikasi untuk mengembangkan, memproduksi, dan


menyebarkan konten faktual, ilmiah, dan menarik di platform dan saluran
media dan komunikasi milik Koalisi atau pihak ketiga, dengan tujuan
untuk menangani tindakan ekstremisme, menanamkan harapan dan
optimisme, dan mengukur dampak padapolapikir dan perilaku.

. Keempat, domain Militer yang selalu ada ketika dibutuhkan,


mengkoordinasikan sumber daya dan perencanaan operasi militer negara
anggota, memfasilitasi pembagian informasi militer yang aman, dan
mendorong peningkatan kapasitas dan kemampuan penanggulangan teror
untuk mencegah agresi dan kekerasan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Beberapa pemikir Islam, seperti Syekh Muhammad bin Abdul


Wahhab, Muhammad Abduh, dan Syekh Yusuf al-Qaradawi, turut
berkontribusi dalam diskusi mengenai isu ekstremisme dan terorisme. Prinsip
dasar Islam melawan ekstremisme meliputi toleransi, keadilan, perdamaian,
dan penolakan terhadap ekstremisme. Upaya radikalisasi dan perekrutan
terjadi di banyak tempat, termasuk masjid, media sosial, pendidikan informal,
penjara, dan melalui perluasan kelompok ekstremis. Isu ekstremisme Islam
menjadi perhatian global setelah serangan teroris 11 September, menyoroti
pentingnya memahami dan memperbaikimasalah ini.

3.2. Saran

Oleh karena itu Kami berharap,bahwa makalah ini dapat memberikan


pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana cara kita menghadapi
ekstremisme Islam dengan Seksama. Jadi, upaya yang harus dilakukan yakni
bersifat menyeluruh, teliti,dan meliputi banyak hal yang melibatkan berbagai
aspek masyarakat. Pemahaman yangbenar tentang Islam dan penekanan pada
nilai-nilai moderat Islam dapat membantu mengatasi ancaman ekstremisme
danterorisme.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Muhammad. 2010. Syarah kitab tauhid. Bogor: darull ilmi

Abduh, Muhammad. 1898. Theology of unity. Mesir

Al qardhawi, yusuf. 1995. The lawful and probhibited in islam. Kuala lumpur:
Islamic book trust

https://www.govinfo.gov/app/details/GPO-911REPOR, diakses pada tanggal (02


September 2023).

Inayatul ulya. 2016. Radikalisme atas nama agama : tafsir historis kepemimpinan
nabi Muhammad di Madina. Patih, Jawatengah

https://almanhaj.or.id/4484-islam-dan-radikalisme.html, (15 September 2023).

14

Anda mungkin juga menyukai