Anda di halaman 1dari 19

PERANG MALUKU

Kelompok:
Kelompok:
05 07 08
Ayudya Devina A. Eka Agustina Fera Vebiolla

14 19
Khalisa Laili N. M. Farhad Ihtada

08 28
Nafa Nur S. Rafif Ananda K.P.
Pembahasan

Latar Belakang Alur Perlawanan

Faktor Penyebab Akhir Perlawanan


01
Latar Belakang
Latar Belakang
Maluku merupakan satu – satunya daerah penghasil cengkih dan pala di dunia
pada saat itu. Di antara keuntungan besar para pengusaha asing tersebut,
keuntungan tersebut merupakan alat perantara antar wilayah Maluku dan pulau
– pulau bagian barat, Afrika Utara dan Eropa. Mahalnya harga cengkeh serta
pala di pasar dunia bukan karna biaya pembuatan yang besar, namun sebab
panjangnya jalur perdagangan yang diangkut dari timur ke barat, perdagangan
masing – masing pelabuhan berpindah tangan, impor tinggi, transit, pajak
ekspor dan pendapatan diperoleh oleh pedagang perantara.
Latar Belakang

Pada tahun 1511, Alfonso de Albuquerque


mengirim Antonia agrow dan Fransisco serrao
untuk memimpin armadanya untuk mencari jalan
ke tempat asal rempah-rempah di Maluku.
Sepanjang perjalanan mereka singgah di
Madura, Bali dan Lombok, dengan
menggunakan nakoda-nahkoda Jawa. Armada
itu tiba di Kepulauan Banda terus menuju
Maluku utara sampai tiba di Ternate pada tahun
1512.
Latar Belakang

● Pada pada tahun 1513 setelah menjalin


persahabatan dengan penduduk dan raja-raja
setempat di Pulau Ternate, Portugis diberi izin
untuk mendirikan benteng di caul dan mamala di
pulau Ambon. Awalnya kedatangan Portugis di
Maluku hanya sebatas perdagangan terutama
rempah-rempah tetapi lambat laun Portugis
menjadi serakah dan melakukan hal-hal yang
membuat rakyat Ternate maupun Maluku
sengsara.
02
Faktor Penyebab
Faktor-faktor Penyebab
Menerapkan monopoli perdagangan

Melakukan penyebaran agama khatolik secara


paksa

Melarang penduduk ber dagang rempah-


rempahke bangsa lain

Melarang penduduk ber dagang rempah-


rempahke bangsa lain
04
Alur Peperangan
Alur Peperangan
Di antara rakyat Maluku, masyarakat Hitu menjadi yang pertama melakukan peperangan
menghadapi Portugis. Perlawanan rakyat Hitu mulai dilancarkan pada 1520 dan berlanjut
pada 1525, di mana pihak Portugis menderita kekalahan. Delapan tahun berikutnya,
Portugis mencoba memengaruhi Hatiwe di Hitu bagian selatan, untuk menyerang Hitu.
Namun, sebelum rencana itu terlaksana, pasukan Hitu bersama pasukan bantuan dari
Jepara menyerang Hatiwe terlebih dulu. Dalam pertempuran ini, pihak Portugis kembali
menderita kekalahan di mana pasukannya banyak yang tewas dan senjatanya dirampas
oleh pejuang Hitu. Pada 1537 dan 1570, pasukan Hitu dan Portugis kembali terlibat dalam
pertempuran sengit. Setelah sempat terdesak oleh kekuatan Portugis, Hitu akhirnya
mampu mengusir Portugis pada 1574, dibantu oleh pasukan dari Seram Barat
Alur Peperangan
Pada awalnya, Ternate bekerjasama dengan bangsa Portugis untuk
memerangi Tidore. Namun, koalisi ini akhirnya mengalami perpecahan.
Peperangan mulai dilancarkan oleh rakyat Ternate pada 1530-an, ketika
sultan-sultan mereka dilanggar kedaulatannya oleh Portugis. Salah satu
pejabat Portugis yang paling diburu adalah Tristoa de Altaida, yang kerap
bertindak kasar terhadap sultan. Pada titik ini, Tidore telah bergabung
dengan Ternate untuk bersama-sama mengusir Portugis. Bahkan pasukan
dari Papua dan Jawa dikerahkan untuk memburu Tristoa.
Alur Peperangan
Merasa kedudukannya terancam, Tristoa meminta bantuan Antonio
Galvao yang berada di Malaka. Armada Galvao yang tiba di Maluku
pada 1556 pun mampu memukul mundur pasukan Tidore. Di Ternate,
salah satu tokoh perlawanan yang paling terkenal adalah Sultan
Khairun, yang mulai melakukan serangan pada 1565. Sultan Khairun
terus menggempur benteng-benteng Portugis hingga membuat
kedudukannya terdesak. Menghadapi situasi itu, Portugis menangkap
dan mengasingkan Sultan Khairun di sebuah benteng.
Alur Peperangan
Penangkapan Sultan Khairun membuat kebencian rakyat terhadap
Portugis semakin meluas hingga timbul kekacauan. Pada akhirnya,
Sultan Khairun dibebaskan dan Portugis mengaku ingin mengadakan
pertemuan untuk berunding. Kemarahan luar biasa dari masyarakat
Maluku Utara terhadap bangsa Portugis terjadi saat Sultan Khairun
dikhianati. Pada 1570, Sultan Khairun ditipu dan dengan diam-diam
dibunuh di Benteng Sao Paolo dengan dalih untuk berunding.
Alur Peperangan
Pembunuhan ini memicu perlawanan
lanjutan yang lebih besar dari rakyat
Maluku di bawah pimpinan Sultan
Baabullah, putra Sultan Khairun. Sultan
Baabullah segera mengepung Benteng
Sao Paolo dan mengirimkan armadanya
ke Ambon untuk memburu Portugis.
05
Akhir Perlawanan
Akhir Perlawanan
Perlawanan di bawah pimpinan Sultan Baabullah Putra Sultan Hairun mulai
tahun 1571, perlawanan dilakukan dengan menghancurkan benteng-benteng
pertahanan dan pos-pos perdagangan milik Portugis di Maluku. Perlawanan
terakhir yang dilakukan rakyat Maluku adalah dengan mengepung benteng Sao
Paulo dengan menutup jalan dan akses makanan, pengepungan ini berlangsung
selama 5 tahun. Selama 5 tahun itu bangsa Portugis yang tinggal di dalam
benteng merasakan penderitaan dengan segala keterbatasannya akhirnya pada
tahun 1575 Portugis berhasil diusir dari Ternate, orang-orang Portugis kemudian
melarikan diri dan menetap di Ambon.
Akhir Perlawanan

Perlawanan Maluku terhadap Portugis dimanfaatkan oleh Belanda untuk


menjajakan kakinya di Maluku sehingga pada tahun 1605 Belanda berhasil
memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven
van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelis Sebastian. Portugis pun diusir dan
kemudian menetap di Timor Timur.
Terima Kasih!
Ada yang ingin ditanyakan ^-^

Anda mungkin juga menyukai