Anda di halaman 1dari 121

GANGGUAN

HEPATOBILIER

Dr.dr. Yusri Dianne Jurnalis, Sp,A(K)

DIVISI GASTROHEPATOLOGI IKA FK


UNAND/RSUP M.DJAMIL
KOLESTASIS

Semua kondisi yang menyebabkan


terganggunya sekresi berbagai substansi
yang seharusnya disekresikan ke dalam
duodenum, sehingga menyebabkan
tertahannya bahan-bahan atau substansi
tersebut di dalam hati dan menimbulkan
kerusakan hepatosit
Parameter klinis yang sering
digunakan

Kadar bilirubin direk serum > 1 mg/dL


bila bilirubin total < 5 mg/dL

Atau

Bilirubin direk > 20% dari bilirubin total


bila kadar bilirubin total > 5 mg/dL
MANIFESTASI KLINIS

Ikterus Tinja Urin


Pucat berwarna
(akolik) kuning
tua
◎ Bila proses berjalan lama, dapat
muncul berbagai manifestasi klinis
lainnya, yaitu pruritus, gagal tumbuh
dan lainnya

◎ Kolestasis bukan merupakan sebuah


diagnosis melainkan suatu sindrom yang
etiologinya bermacam-macam
EPIDEMIOLOGI

Laki-laki : Etiologi Penyebab


genetik/meta tersering
1 dari 2500 perempuan
bolik, infeksi, atresia bilier
neonatus sama mediasi imun, dan
insidennya diopatik cholangipati
ETIOLOGI

Ekstra •

Atresia bilier ekstrahepatik
Kista duktus koledokus

Hepatik Stenosis duktus biliaris



• Sludge dan batu atau kolelitiasis

• Infeksi
• Metabolik
Intra •

Toksik
Genetik / kromosomal

Hepatik •

Penyakit caroli
Hepatitis neonatal idiopatik
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS

Anamnesis P.fisik P.penunjang


Anamnesis
Riwayat obstetri ibu
Riwayat

• Berat badan lahir
kehamilan dan •

Infeksi intrapartum
Morbiditas perinatal
persalinan • Riwayat pemberian nutrisi parenteral

Riwayat • Apakah ada saudara kandung yang mengalami


penyakit yang sama ( kelainan genetik /
keluarga metabolik)

Risiko
• Perlu juga dicari paparan terhadap toksin atau
hepatitis virus obat-obatan
hepatrotropik
Pemeriksaan fisik

• Ditemukan pada sindrom

Fasies alagiel

dismorfik

• Katarak (pada inf TORCH


• Koreoretinitis (pada inf

Mata TORCH)
• Posterior embriotokson (pada
sindrom alagiel)
• Bising jantung (pada sind alagiel,
atresia bilier)

Thoraks

• Hepar (untuk evaluasi apakah sirosis)


• Lien (Pelacakan hipertensi portal)

Abdomen
• Asites (gangguan sintesis albumin)
• Vena kolateral (pelacakan hipertensi
portal)
• Ikterus
Spider angioma
Kulit

• Eritema palmaris
• Edema

• Phimosis (ISK)
Jari tabuh
Lainnya

• Asteriksis
• Foeter hepatikus
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan USG Abdomen
3. Skintigrafi hepatobilier
4. Biopsi hepar
5. Kolangiografi
Pemeriksaan laboratorium

• Transaminase
Tes hati • Gamma-glutamyl transferase (GGT)
• Alkalline phospatase

• Albumin
Tes fungsi hati • Lipid dan lipoprotein
• Faktor koagulasi

Tes untuk • Darah : Darah rutin , kultur (mencari kemungkinan


infeksi); T4 dan FT4 (kemungkinan kelainana
pelacakan metabolik)
etiologi • Urin : Urinalisis, kultur (mencari kemungkinan ISK)
KOMPLIKASI

Hiperlipidemia Sirosis dan


Pruritus
dan xantoma gagal hati
• Sering • Sering pada • Dapat terjadi
• Mekanisme kolestasis pada pasien
terjadinya blm intrahepatal yang
pasti mengalami
keterlambatan
diagnosis
TATA LAKSANA

Kausal • Tergantung pada


penyebabnya

• Medikamentosa
Suportif • Nutrisi
Medikamentosa
Obat Dosis
Asam Ursodeoksikolat 10-20 mg/kgBB/hari
Rifampin 10 mg/kgBB/hari
Phenobarbital 3-10 mg/kgBB/hari
Kolestiramin 0,25-0,5 gr/kgBB/hari
Vitamin A 5.000-25.000 IU /hari
Vitamin D 3-5 mcg/kg/hari
Vitamin E 100-200 IU/hari
Vitamin K 2,5-5 mg/hari
Nutrisi
◎ Sering terjadi kekurangan energi protein
◎ Sering terjadi steatorrhea
◎ Berikan intake kalori dan protein yang cukup
◎ Kebutuhan kalori umumnya 125% dari kebutuhan
bayi normal, kebutuhan protein 2-3
gr/kgBB/hari
◎ Dapat diberikan lemak rantai sedang (karena
tidak memerlukan pelarutan oleh garam empedu
sebelum diserap usus
KOLESTASIS
INTRAHEPATAL
DEFINISI

◎ Sindrom klinik yang timbul akibat


hambatan sekresi dan / atau aliran empedu
yang terjadi didalam hati
◎ Akumulasi bahan yang seharusnya
dikeluarkan tersebut menyebabkan
kerusakan sel hati
FAKTOR PREDISPOSISI
◎ Konsentrasi asam empedu serum basal tinggi
◎ Ambilan asam empedu oleh hepatosit serta
transportasinya belum efisien
◎ Konjugasi, sulfatisasi serta glukuronidasi asam
empedu masih sedikit
◎ Adanya asam empedu abormal (atipik)
◎ Ukuran bile acid pool kecil
◎ Sekresi asam empedu kurang
◎ Konsentrasi asam empedu di lumen usus masih
rendah
◎ Reabsorbsi asam empedu di ileum masih sedikit
PATOGENESIS
◎ Akibat gangguan sintesis dan atau
sekresi asam empedu akibat kelainan
sel hati, saluran biliaris intrahepatik
serta mekanisme transportasinya di
dalam hati
1. Gangguan transporter (Na+K+ATP-ase
dan Na+bile acid co-transporting
protein-NCPT) pada membran
hepatosit  ambilan ambilan asam
empedu berkurang
2. Berkurangnya transport intraseluler
karena perubahan keseimbangan
kalsium atau kelainan mikrotubulus
akbt toksin / penggunaan obat
3. Berkurangnya sekresi asam empedu
primer atau terbentuknya asam
empedu atipik di kanalikulus biliaris
yang berpotensi untuk mengakibatkan
kolestasis dan kerusakan sel hati
4. Meningkatnya permeabelitas jalur
paraseluler  terjadi regurgutasi
bahan empedu
5. Gangguan pada saluran biliaris
intrahepatik
ETIOLOGI

Infeksi Metabolik Toksik

• Bakteri (sepsis, ISK) • Ganggguan metabolisme • Obat-obatan


• Virus (rubela, CMV, karbohidrat • Nutrisi parenteral total
herpes simpleks, virus • Galaktosemia,
hepatotropik) fruktosemia,glycogen
• Parasit (toksoplasmosis) storage disease type
IV
• Gangguan metabolsme
asam amino
• Tirosinemia ,
hipermetioninemia
• Gangguan metabolisme
lipid
• Penyakit Niemann-pick,
Wolman, Gaucher
• Gangguam endokrin
• Hiptiroidisme,
hipopituitarisme
• Gangguan metabilk lain
Genetik / Hepatitis
Penyakit Caroli
kromosomal neonatal idiopatik
• Trisomi 18
• Trisomi 21
Diagnosis difrensial kolestasis intrahepatik pada bayi dan
upaya diagnosisnya
No Penyakit Strategi diagnosis utama

1 Infeksi
• Infeksi koengeniital
- Toksoplasmosis IgM-anti toksoplasmosis
- Rubella IgM antirubella
- Sitomegalovirus Kultur virus urin, IgM anti CMV
- Herpes simplek Mikroskop elektron/ kultur virus vesikel
- Sifilis STS, VDRL, FTA-ABS, Ro tulang panjang
- Human herpes virus-6, herpes zozter Serologi
- Hepatitis B HBsAg, IgM anti HBc, HBV-DNA
- Hepatitis C HCV-RNA (RT-PRC)
- Human imunodefisiensi Anti-HIV, imunoglobulin, CD4
- Parvo virus B19 IgM antibodi
- Syncytial giant cell hepatitis Giant cell hepatitis pada biopsi hati

• Infeksi lain
- Tuberkulosis Mantoux, radiologi thoraks
- Sepsis Kultur darah
- Sepsis virus enterik Serologik, kultur virus cairan likuor
No Penyakit Strategi diagnostik utama
2 Kelainan genetik
- Trisomi 18 (21), cat eye syndrome Kariotip
- Penyakit Byler GGT, tes genetik
3 Kelainan endokrin
- Hipopitutiairisme (displasia sepro- Kortisol menurun, TSH menurun, T4 menurun
optik) TSH meningkat, T4 menurun, free T4 menurun,
- Hipotirodisme T3 menurun
4 Paucity duktus biliaris
- Sindrom alagille Ekokardiogram, embriotokson posterior,
“butterfly vertebrae”
- Paucity duktus non sindromik Paucity pada biopsi
5. Kelainan struktur
Carolli disease USG, kolangigrafi

6. Imunologik
- LE neonatal Antibodi anti-Ro (bayi dan ibu)
- Hepatitis neonatal dengan AHA Coombs’ test, giant cell hepatitis
7. Toksik
- TPN Riwayat TPN
- Obat Obat
No Penyakit Strategi diagnostik utama

8. Kelainan metabolik
- Def. Alfa 1 antitripsin Kadar alfa 1 antitripsin serum, tipe PI
- Fibrosis kistik Sweat chloride, immunoreactive trypsin
- Galaktosemia Galaktose 1-6 phospate eridyltransferase
- Tirosinemia Tirosin serum, methionin, AFP, suksinilaseton urin
Biposi hati: mik,elektron, aktivitas enzim
- Fruktosemia herediter Biopsi hati
- Glycogen storage disease tipe IV Aspirasi sum-sum tulang, spingomielinase
- Niemann-Pick tipe A Storage cells pada aspirasi sum-sum tulang,
- Nieman-Pick tipe C hati ; bipsi rektum
Radiologi kel.adrenal
- Penyakit Wolman As.empedu urin
- Kel.sintesis as.empedu Gambaran very long chain fatty acid
- Sindrom Zellwenger
Diagnosis difrensial kolestasis intrahepatal pada
anak yang lebih besar
• Infeksi virus akut (terutama HVA)
• Kelainan yang diturunkan : Penyakit
Wilson, fibrosis kistik
• Keganasan : leukemia, limfoma, tumor hati
• Bahan toksik : obat, jamur
• Infeksi parasit : leptospirosis,
skistosomiasis
• Idiopatik / lesi sekunder : hepatitis
kronis, kolitis ulserativa, artritis
reumatoid, obesitas
EPIDEMIOLOGI

62% keseluruhan
penderita kolestasis
anak dan bayi

Penyebab tersering
Hepatitis neonatal (1
dari 5.000) kelahiran
hidup
MANIFESTASI KLINIS

1. Berupa ikterik, urin berwarna gelap, tinja mungkin


berwarna lebih pucat atau fluktuatif
2. Beberapa penyebab memberikan kekhususan gejala
Penyebab Gejala Klinik

Infeksi CMV Mikrosefali, kalsifikasi ventrikel, tuli saraf, korioretinitis,


ventrikulomegali
Infeksi Toksoplasmosis Hidrosefalus, mikrosefali, kalsifikasi intrakranial, korioretinitis,
retardasi psikomotor
Infeksi rubela Katarak, ptekie, tuli saraf, mikrosefali, kelainan jantung,
korioretinitis
Infeksi Herpes Rash, keratokonjungtivitis, ensefalitis

Infeksi sifilis Rinitis, Rash, kelainan tulang

Galaktosemia Muntah, FTT, perdarahan kulit

Trisomi 21,18,13 Anomali kongenital multipel

Sindrom alagiel Dismorfik, embriotokson, kelainan jantung, vertebra


DIAGNOSIS

◎ Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinik dan


pemeriksaan penunjang
• Mungkin terdapat riwayat
kolestasis pada saudara kandung
• Riwayat morbiditas selama
kehamilan
• Riwayat kelahiran

Gejala
• Riwayat pemberian nutrisi
parenteral
• Riwayat trasnfusi serta
penggunaan obat hepatotoksik

Klinik
• Adanya gejala muntah dan riwayat
hipoglikemia
• Keadaan umum sakit berat
• Kelainan non hepatik lainnya
(katarak, kalsifikasi intrakranial,
wajah dismorfik, hipotonia)
• Pemeriksaan
laboratirium
rutin dan
Pemeriksaan khusus
penunjang • Pencitraan
• Biopsi hati
Pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus
◎ Kadar bilirubin direk darah meningkat > 1,5
mg/dL tanpa peningkatan bilirubin
indirek / peningkatan 15% bilirubin total
◎ Ditemukan bilirubin urin
◎ Aminotransferase serum meningkat 2-4 kali
normal
◎ Fosfaatase alkali meningkat atau mungkin
normal
◎ Gamma-glutamyl transpeptidase (GGT)
mungkin meningkat
◎ Albumin biasanya masih normal pada awal
penyakit, akan rendah bila sudah lanjut
◎ Massa protrombin biasanya normal
◎ Kolesterol biasanya masih dalam batas
normal pada 4 bulan pertama
◎ Bila ditemukan hipoglikemia, harus
dicurigai adanya kelainan metabolik,
endokrin atau kelainan hati llanjut
◎ Dengan pemeriksaan khusus
(spektrofotometri) urin, dapat dideteksi
kelaianan metabolisme asam empedu (deff
3-B-hidroksisisteroid
dehidrogenase/isomerase)
◎ Sebaiknya dikerjakan pemeriksaan serologi
khusus unutk infeksi TORCH, hepatitis B,
kultur darah dan urin, serta kadar α-1-
antitripsin dan fenotipe
◎ Pemeriksaan khusus lainnya dikerjakan
sesuai indikasi
 Hormon tiroid, as.amino serum dan urin, zat
reduktor di urin, galaktose -1 fosfat uridil
transferase, uji klorida keringat dan pemeriksaan
kromosom
◎ Kelainan oftalmologi berupa
korioretinitis mungkin ditemukan pada
inf CMV, toksoplasmosis dan rubela,
embriotokson posterior pada sindrom
alagiel dan katarak pada galaktosemia
atau cherryed spot pada lipid storage
disease
Pencitraan

• Dilakukan setelah pasien dipuasakan minimal 4


jam dan diulang setelah bayi minum
USG • Pada kolestasis intrahepatal,kandung empedu
terlihat waktu puasa dan mengecil pada
pemeriksaan ulangan setalah bayi minum

Skintigrafi
• Memperlihatkan ambilan kontras oleh hati yang
terlambat tetapi ada ekskresi ke lumen usus
Biopsi Hati
◎ Cara yang paling dapat dipercaya untuk
pembuatan diagnosis kolestasis
intrahepatal
◎ Memperlihatkan gambaran perubahan
arsitektur lobulus yang mencolok,
nekrosis hepatoseluler fokal,
pembentukan pseudorossete, ada giant
cell dengan balloning pada sitoplasma
TATA LAKSANA
Memperbaiki aliran empedu , dengan cara
mengobati etiologi dan menstimulasi aliran
empedu

Nutrisi

Terapi komplikasi

Dukungan psikologis dan edukasi keluarga


Penyebab Tatalaksana spesifik
Infeksi
- Toksoplasmosis Spiramisin
- sitomegalovirus Gansiklovir, bila berat
- Herpes simpleks Acyclovir
- Sifilis Penisilin
- Sepsis / infeksi bakteri lain Antobiotik yang sesuai
- Tuberkulosis OAT (4 jenis tanpa etambutol)
Toksik
- Nutrisi parenteral total Asupan oral, metronidazol,
ursodeoksikolat

Tata laksana spesifik pada beberapa penyebab sindrom


hepatitis neonatal
PROGNOSIS

◎ Tergantung penyakit dasar


◎ Umumnya prognosis baik yaitu 60%
sembuh pada kasus sndrom hepatitis
neonatal yang sporadik
◎ Kasus yang bersifat familial,
prognosisnyab buruk (60% meninggal
dunia)
SINDROM
ALAGILLE
◎ Merupakan penyebab tersering
kolestasis intrahepatal familial yang
diwariskan secara autosomal dominan
◎ Mutasi pada gen Jagged 1 (JAG1) pada
kromosom 20p12
◎ Insidensi 1 : 100.000 kelahiran hidup
◎ Kolstasis terjadi akibat ketiadaan atau
berkurangnya duktus biliaris
intrahepatal (bile duct paucity)
Gambaran klinis

Kolestasis • Ditemukan pada sekitar 91% pasien

kronis

Fasies • Dahi lebar, dagu lancip, saddle nose, mata menjorok ke


dalam, ditemukan pada 95% pasien

yang khas
• Gambaran ini sulit dikenali saat lahir, akan tetapi menjadi
terlihat jelas seiring dengan bertambahnya usia

Anomali • Vertebra bentuk kupu-kupu ditemukan pada 33-87% pasien

Skeletal
• Murmur merupakan manifestasi kelaianan jantung tersering,

Anomali
disebabkan oleh stenosis arteri pulmonal perifer (dapat disertai
kelainan struktural jantung)

kardiovaskular
• Tertralogi of fallot (7-11%) merupakan kelainan kongenital
jantung tersering

(24%)
• Kelainan lainnya dapat berupa trunkus arteriosus, defek septum
ventrikel, koartasio aorta, duktus arteriosus paten dengan atau
tanpa stenosis pulmonal perifer

Abnormalitas • Defek kongenital, berupa terdapatnya cincin schwalbe di tengah


pertemuan antara epitel kornea dengan trabekular meshwork 
mata embriotokson posterior
DIAGNOSIS

◎ Ditegakkan apabila terdapat 3 dari 5


tanda mayor
◎ Dapat disertai gejala lain berupa
kelainan ginjal, retardasi mental,
gangguan pertumbuhan dan
perkembangan serta insufisiensi
pankreas
TATA LAKSANA

◎ Umumnya suportif dengan terapi


nutrisi dan terapi untuk mengatasi
komplikasi kolestasis kronis
◎ Kadang-kadang (21-31% pasien)
diperlukan transplantasi hati
Progressive
familial
intrahepatic
cholestasis (PFIC)
Pembasan kondidi medis penyebab kolestasis intrahepatal
PFIC-1 (Penyakit byler)

◎ Peningkatan kadar bilirubin direk yang


beragam terjadi pada 3-6 bulan
pertama disertai hepatomegali,
retardasi pertumbuhan, diare
persisten, pankreatitis dan tanda
defisiensi berat vitamin yang larut
dalam lemak termasuk ricketsia
◎ Pruritus merupakan salah satu problem
yang mecolok dan refrakter terhadap
sebagian besar pengobatan
◎ Nilai GGT dan kolesterol normal tetapi
konsentrasi total asam empedu serum
meningkat
◎ Biopsi hati memperlihatkan inflamasi
ringan dengan bile plug di kanalikulus
biliaris serta gambaran granuler yang
khas dengan mikroskop elektron
◎ Terjadi mutasi di kromosom 18q21-22
PFIC-2 PFIC-3

◎ Mutasi pada kromosom ◎ Jenis lain dari PFIC yang


2q24 mempunyai nilai GGT yang
◎ Gejala sama dengan meningkat
penyakit Byler, hanya ◎ Kuning kurang mencolok
tidak ada diare serta dibandingkan pruritus
pankreatitis dan sistem biliaris dalam
batas normal pada
pemeriksaan pencitraan

Pada semua tipe PFIC, diversi biliaris dapat menghilangkan pruritus bila dikerjakan sebelum terjadi
fibrosis hati yang bermakna
Injuri (jejas)
Toksik
Penyebab tersering adalah pemberian
total parenteral nutrisi (TPN)

Kolestasi progresif akibat TPN


tertutama timbul pada bayi dalam
kondisi kritis dan lebih sering pada
bayi prematur

Profil asam empedu fetal (asam


litokolat) mungkin menetap, asam
empedu ini bersifat toksik
PATOGENESIS

Mengganggu sirkulasi enterohepatal

Mengurangi sekresi hormon-hormon


intestinal yang diperlukan untuk
fungsi normal hepatobilier

Endotoksin atau
Berkembangnya bakteri tumbuh
mengubah as empedu Kolestasis
lampau
menjadi lebih toksik
Puasa

Translokasi bakteri

Faktor sistemik
(hipoksia/hipoperfusi, infeksi lokal
atau sistemik, obat-obatan)

Defisiensi nutrisi spesifik (tidak


adanya taurin, as lemak esensial,
karnitin, dan antioksidan)
◎ Kolestasis yang terjadi mungkin sangat
hebat  menyerupai obstruksi traktus
biliaris ekstrahepatik dengan tinja
berwarna dempul dan GGT serta
aminotranferase meningkat
◎ Biopsi hati  kolestasis dengan nekrosis
hepatoseluler, lipofusin yang berlebihan,
infiltrasi lemak, transformasi giant cell
ringan, infiltrasi inflamasi daerah portal,
beberapa prolliferasi duktulus biliaris
dengan atau tanpa fibrosis portal
INFEKSI
◎ Dapat berupa :
1. Toksoplamosis, rubella, sitomegalovirus,
herpes simpleks (TORCH)
2. Sifilis
3. Varisela
4. Sepsis virus enterik (echovirus,
caxsackie virus, adenovirus)
5. Infeksi bakteri diluar hati
6. Tuberkulosis
1. TORCH

◎ Memberikan bebrapa gambaran klinis


yang serupa yaitu kuning,
hepatosplenomegali, pneumonitis,
petekie atau purpura dan
kecenderungan untuk prematur atau
pertumbuhan intrauterin yang
terhambat
Toksoplasmosis
◎ Toksoplasmosis kongenital jarang
terjadi
◎ Gambaran klinis lainnya adalah
1. Kelainan SSP berupa hidrosefalus,
mikrosefalus, kalsifikasi intrakranial,
kejang, nistagmus dan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial
2. Kelainan mata berupa korioretinitis
◎ Gambaran biopsi hari menunjukkan
hepatitis nonspesifik atau fibrosis
portal dengan proliferasi duktulus
biliaris
◎ Terapi spiramisin dapat mecegah
progresifitas kelainan hati dan SSP
◎ Prognosis tergantung luasnya kelainan
mata dan neurologis yang terjadi
Rubella

◎ Infeksi kongenital saat ini jarang


terjadi karena adanya imunisasi
◎ Penyakit ini mungkin self limited atau
berlanjut menjadi sirosis
◎ Gambaran histologis hati menunjukkan
hepatitis giant cell yang tipikal
◎ Gejala klinis lainnya berupa :
1. Anemia
2. Trombositopenia
3. Kelainan jantung kongenital (PDA atau
stenosis arteri pulmonal)
4. Katarak
5. Korioretinitis
6. Retardasi mental
7. Tuli neurosensorik
Sitomegalovirus

◎ Penyebab infeksi kongenital terbanyak


◎ Terjadi pada 1-2% neonatus
◎ Sebagian besar asimptomatik
◎ Diagnosis pasti memerlukan pemeriksaan kultur virus
dalam 4 minggu pertama
◎ Pemeriksaan serologis dan klinis dapat menunjang adanya
infeksi sitomegalovirus, namun tidak dapat membedakan
antara infekis kogenital dan infeksi post natal dini
Sitomegalovirus, manifestasi klinis

• Mikrosefali

SSP
• Kalsifikasi intrakranial
• Tuli neurosensorik yang progresif
• Cerebral palsy

Mata • Korioretinitis

Abdomen
• Asites
• Gagal hati akut
◎ Sebagian besar anak yang terinfeksi
gejala klinis ringan dan sembuh
sempurna
◎ Masalah menetap biasanya adalah
kelainan perkembangan neurologis yang
mungkin atau sudah terjadi
Herpes simplek

◎ Pada neonatus, infeksi virus ini (tipe 1


dan 2, terutama tipe 2 ) dapat
menimbulkan kelainan multi sistem
yang sangat berat termasuk gejala
ensefalitis, hepatitis berat atau gagal
hati fulminan
◎ Pada biopsi hati dapat dilihat area
nekrosis dengan inklusi virus dalam sel
hepatosit yang masih utuh
Infeksi sifilis
◎ Gejala yang timbul dapat mengenai multisistem,
yaitu:
1. Retardasi perkembangan intrauterin dan
selanjutnya gagal tumbuh
2. Anemia berat dan trombositopenia
3. Sindrom nefrotik
4. Periostitis
5. Nasal discharge
6. Rash pada kulit
7. Limfadenopati difus
8. Hepatomegali
◎ Kuning mungkin sudah terlihat pada 24
jam pertama
◎ Pada beberapa bayi mungkin sama
sekali tidak kuning, tetapi ada rash
yang khas pada telapak tangan dan kaki
atau hanya ada demam dengan
hepatomegali yang mencolok
◎ Gejala SSP terjadi pada 30% kasus
◎ Pemeriksaan histologis hati
memperlihatkan treponema pada
jaringan hati
◎ Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan serologis termasuk tes
VDRL dan antibodi antitreponema
◎ Pemeriksaan radiologi tulang panjang
mungkin memperlihatkan kelainan
radiologis yang khas dalam 24 jam
pertama
Infeksi varisela

◎ Mungkin terjadi pada neonatus bila ibu


terinfeksi dalam 2 minggu sebelum
melahirkan
◎ Gejala cenderung berat pada bayi
prematur dan ringan pada bayi cukup
bulan yang berusia lebih dari 10 hari
◎ Manifestasi yang timbul dini serta
infeksi yang tejadi selama masa
kehamilan dapat berakibat fatal
◎ Gejala klinis :
1. Kuning
2. Kelainan kulit yang luas
3. Keterlibatan multisistem terutama
pneumonia dan kelainan parenkim hati
pada kasus yang fatal
Sepsis virus enterik

◎ Dapat mengakibatkan infeksi virus


sistemik pada neonatus dengan
gambaran klinis yang mencolok berupa
hapatitis berat dengan gagal hati akut
◎ Transmisi vertikal yang terjadi sesaat
sebelum lahir mengakibatkan gejala
yang lebih berat
◎ Sebagian besar sepsis virus enterik
terjadi pada umur 1-5 minggu
Manifestasi klinis

Letargi

Ikterik

Aminotransferase sangat tinggi

Koagulopati hebat

Meningitis
Infeksi bakteri diluar hati

◎ Gejala ikterik dan meningkatnya kadar


bilirubin direk darah mungkin terjadi
pula pada infeksi lokal diluar hepar,
misyalnya infeksi traktus urinarius
atau sepsis (streptokokus, stafilokokus
atau kuman gram negatif)
Infeksi saluran kemih

◎ Umumnya muncul antara usia 2-8


minggu setelah lahir, jarang disertai
demam atau gejala pada traktus
urinarius
◎ Sering didapatkan riwayat alergi,
iritabilitas, kesulitan makan, serta
pada kondisi tertentu dapat dijumpaii
muntah atau diare
◎ Bayi laki-laki lebih sering terkena
◎ Abnormalitas anatomi traktus urinarius
jarang terjadi
◎ Hepatomegali sering terjadi
◎ Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
adanya hiperbilirubinemia direk, kadar
aminotransferase sedikit meningkat, serta
leukositosis dengan peningkatan sel PMN
◎ Urinalisis menunjukkan adanya piuria,
sedangkan kultur urin menunjukkan adanya
E.coli
◎ Terapi adalah pemberian antibiotik
yang sesuai untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas
◎ Perbaikan ikterus dapat tertunda
walaupun eradikasi bakteri telah
berhasil karena terjadi pembentukan
konjugat bilirubin – protein di serum.
Tuberkulosis
◎ TB kongenital jarang terjadi, namun
pada beberapa tahun terakhir terjadi
peningkatan TB pada bayi, hal ini
disebabkan karena meningkatknya
prevalensi pada ibu usia subur
◎ Neonatus mungkin terinfeksi melalui
cairan amnion atau sekret serviks yang
terinfeksi saat lahir
◎ Diagnosis dibuat bila terdapat salah
satu tanda berikut :
1. Lesi pada minggu pertama kehidupan
2. Kompleks hepatik primer atau
granuloma kaseosa di hati
3. Infeksi tuberkulosis pada plasenta
atau genitalia ibu
4. Tidak ada infeksi post natal
◎ Hepatomegali sering ditemukan, tetapi
ikterik jarang terjadi dan bila ada
merupakan tanda beratnya penyakit
◎ Gejala lainnya yang sering adalah :
1. Distress pernapasan
2. Kesukaran minum
3. Demam
HEPATITIS
NEONATAL
IDIOPATIK
◎ Istilah idiopatik digunakan pad kasus-
kasus yang sembuh sebelum usia 1
tahun.
◎ Merupakan diagnosis terakhir yang
digunakan bila penyebab lain tidak
diketahui
◎ Insidensi 1 : 4.800 – 1: 9.000 kelahiran
hidup
◎ Tatalaksana bersifat suportif
Manifestasi klinis

Biasanya pada bayi laki-laki

Berat lahir rendah

Keadaan umum tampak sakit

Ikterus umumnya muncul pada minggu pertama


kehidupan
Tidak didapatkan feses akolik kecuali pada
kolestasis berat

Hepatomegali dengan konsistensi kenyal

Bilirubin dan transaminase serum sedikit


meningkat

Gambaran patologis khas pada biopsi hati


adalah pembengkakan sel difus, transformasi
giant cell dan nekrosis hepatoseluler fokal
KOLESTASIS
EKSTRAHEPATAL
Atresi
a
Biliaris
• Obstruksi total duktus biliaris ekstrahepatal
ektra
hepati
k

• Dilatasi dari suatu segmen duktus biliaris


ekstrhepatal
Kista
duktus
koledo
kus

• Obstruksi partial duktus biliaris


ekstrahepatal
Stenos
is
duktus
biliaris

Sludge • Adanya suatu penumpukan endapan-endapan


pada duktus biliaris ekstrahepatal
dan
batu
atau
koleliti
asis
ATRESIA BILIER

◎ Definisi :
○ Suatu penyakit yang disebabkan kerusakan
progresif saluran empedu ekstrahepatik dan
akhirnya juga mengenai saluran empedu
intrahepatik sehingga menyebabkan sirosis
hati, gagal hati dan kematian apabila tidak
diterapi
◎ Merupakan penyebab tersering
kolestasis ektrahepatal
◎ Prevalensi sekitar 1: 8.000 – 1:18.000
kelahiran hidup
Etiologi

◎ Belum diketahui pasti


◎ Kemungkinan multifaktorial
◎ Kemungkinan akibat infeksi virus
sebelumnya, kerusakan karena
terpapar toksin, disregulasi imun atau
autoimun dan predisposisi genetik
Klasifikasi
• Pada 65-90% kasus

1. Tipe
• Obstruksi terjadi setelah lahir
• Gejala muncul pada usia 2-4 minggu
• Tidak disertai kelainan kongenitla lain

perinatal

• Pada 10-35% kasus

2. Tipe
• Obstruksi terjadi sejak dalam kandungan
• Gejala muncul segera setelah lahir, tanpa
periode bebas ikterus

embrionik
• Biasanya disertai kelainan kongenital lain
Gambaran Klinis
Trias atresia bilier adalah :
1. Kuning (kolestasis)
2. Tinja pucat (akolik)
3. Urin berwarna gelap
4. Hepatomegali
◎ Perlu dilakukan konfirmasi warna tinja
dengan cara pemeriksaan warna
(membandingkan warna) tinja dari 3
kali defekasi pasien  pemeriksaan
feses 3 porsi
◎ Umumnya bayi cukup bulan, berat
badan normal, bertumbuh baik dan
tampak sehat pada beberapa bulan
pertama kehidupan
◎ Kadar bilirubin direk serum umumnya
3-12 mg/dL saat pertama kali datang
◎ Aminotransferase abnormal
◎ ALT dan AST berkisar antara 80-200
IU/L
◎ Gama GT sering kali meningkat, antara
100-300 IU/L
◎ Kolesterol umumnya meningkat, tapi
trigliserida normal
◎ Kadar albumin dan waktu protrombin
umumnya masih normal pada awal
penyakit dan kemudian menjadi
abnormal pada keadaan lanjut
◎ Pemeriksaan USG hati pada saat puasa
menunjukkan kandung empedu yang
kecil atau tidak ada sama sekali
(sangat meyakinkan bila terlihat
gambaran Triangular cord)
◎ Dapat dilakukan skintigrafi bila USG belum
dapat menegakkan diagnosis  adanya
ekskresi isotop de dalam duodenum
menyingkirkan diagnosis atresia bilier
◎ Apabila masih belum bisa dilakukan
penegakan diagnosis maka dilakukan biopsi
hati
◎ bila masih belum mampu mendiagnosis,
langkah berikutnya adalah dengan
laparatomi eksplorasi dan kolangiografi
intraoperatif
Diagnosis

◎ Baku emas diagnosis adalah


kolangiografi intraoperatif
Kecurigaan pada
bayi yang masih
kuning pada usia
2 minggu

Bayi yang kuning


setelah usia 2
minggu perlu
diperiksa kadar
bilirubin darah

Diagnosis awal atresia bilier


Terapi
◎ Terapi yang diberikan berupa terapi
bedah yaitu hepatoportoenterostomi
(yang paling sering dilakukan adalah
operasi Kasai)
◎ Operasi ini optimal bila dilakukan
sebelum bayi berusia 8 minggu 
sangat penting diagnosis dini
◎ Bila diagnosis terlambat dan tidak bisa
lagi dilakukan operasi kasai, pilihan
terakhir adalah transplantasi hati
Faktor Prognostik

Umur saat Adanya


Pengalaman
dilakukan operator
kerusakan hati
sebelumnya
operasi

Lokasi Frekuensi
Pasien dengan
terjadinya terjadinya
sindrom
kolangitis
atresia
Kista duktus koledokus

◎ Merupakan anomali kongenital yang


ditandai dengan dilatasi kistik dari satu
atau beberapa segmen saluran bilier.
◎ Penyebab dari kondisi ini masih belum
diketahui secara jelas, namun
kemungkinan berhubungan dengan proses
infeksi dan faktor genetik molekular
◎ Prevalensi 1: 15.000 kelahiran hidup
◎ Laki-laki : perempuan = 4:1
KLASIFIKASI

Tipe •

Ia (kistik)
Ib (segmental)

I
• Ic (fusiform)
• Id (multipel ekstra hepatal kistik)

Tipe • Kista membentuk sebuah


divertikulum dari duktus biliaris

II ekstrahepatal
KLASIFIKASI

• Terdapat sebuah dilatasi kistik


Tipe III (choledokal) dari bagian distal duktus
biliaris komunis hingga dinding duodenum

• Merupakan gabungan antara tipe I


Tipe IV bersamaan dengan kista duktus biliaris
intrahepatal

V • Mengarah kepada penyakit Caroli


Manifestasi klinis

◎ Manifestasi klinis yang awal pada


neonatus muncul adalah kolestasis
(ikterik, tinja dempul dan urin pekat)
◎ Manifestasi klinis lainnya :
1. Nyeri perut kolik
2. Massa di perut
3. Demam
Pemeriksaan pencitraan

◎ Rontgen BNO
◎ USG
◎ HIDA (hepatobilier) scan
◎ Magnetic resonance
cholangiopancteatography (MRCP) scan
◎ Endoskopi retrograd
◎ Cholangiopancreatography
Penatalaksanaan

◎ Radikal eksisi adalah pilihan terapi


(dikarenakan adanya resiko
berkembangnya menjadi
adenokarsinoma dan skuamos sel
karsinoma), diikuti dengan anastomosis
Roux-en-Y

Anda mungkin juga menyukai