H U K U M P E R B A N K A N D A N P E R B A N K A N S YA R I A H
P R O D I I L M U H U K U M FA K U LTA S H U K U M
U N I V E R S I TA S A L - A Z H A R I N D O N E S I A
DEWAN PENGAWAS SYARIAH
• Mengeluarkan fatwa yang bersifat mengikat dewan pengawas syariah pada masing-masing lembaga
keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
• Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang seperti Departemen Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Bank Indonesia
• Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai
dewan pengawas syariah pada suatu lembaga keuangan syariah
• Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan ekonomi
syariah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam maupun luar negeri
• Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan penyimpangan dari
fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
• Mengusulkan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan tidak
diindahkan.
MENGAPA DIPERLUKAN PENGAWASAN PERBANKAN
7
KERANGKA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BANK
SYARIAH
• Perangkat yang diperlukan:
Sejumlah perangkat dasar yang diperlukan untuk menciptakan bank syariah yang
sehat dan istiqomah;
1. Sistem pengendalian intern
2. Fungsi manajemen risiko
3. Peraturan peningkatan keterbukaan informasi
4. Sistem akuntansi yang sesuai
5. Mekanisme jaminan keputusan syariah
6. Audit ekstern (kesehatan keuangan & kepatuhan syariah)
TEKNIK PELAPORAN PENGAWASAN
SYARIAH KE BANK INDONESIA
SE NO. 12/13/DPBS/2010
PENDAHULUAN
• Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu komponen organisasi bank syariah adalah adanya
Dewan Pengawas Syariah.
• Hal ini diwajibkan karena adanya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 6/17/PBI /2004 tanggal 1 Juli 2004
tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, PBI No. 6/24/PBI/ 2004 tanggal 14
Oktober 2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 7/35 /PBI/2005 tanggal 29 September 2005 tentang Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan PBI No.8/3/PBl/2006
tanggal 30 Januari 2006 tentang tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi
Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor
Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional.
• Sejak berlakunya UU Nomor 21 tahun 2008 Bank Perkreditan Rakyat Syariah diganti dengan sebutan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
DASAR HUKUM (DPS PERBANKAN)
• PBI No. 6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004; tentang BPRS
• PBI No. 6/24/PBI/2004 tanggal 14 Oktober 2004: tentang BU yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syari’ah sebagaimana telah diubah PBI No. 7/35/PBI/2005 tanggal 29
September 2005: tentang BU yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah
• PBI No. 8/3/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum
Konvensional menjadi Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syari’ah dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan prinsip
Syari’ah oleh BU Konvensional
• PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/23/PBI/2009 TENTANG BANK
PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB DPS
• Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional bank terhadap fatwa yang
dikeluarkan oleh DSN - MUI;
• Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional, dan produk yang dikeluarkan bank;
• Memberikan opini dari aspek syarieh terhadap pelaksanaan operasional bank secara
keseluruhan dalam laporan publikasi bank;
• Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa kepada DSN -
MUI.
• Menyampaikan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan kepada
Direksi, Komisaris, DSN - MUI dan Bank Indonesia/Otoritsas Jasa Keuangan
KEWAJIBAN BANK SYARIAH TERHADAP DPS
• Bank syariah wajib memberikan fasilitas kepada DPS dalam rangka mendukung kinerja
pengawasan syariah dan pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggungjawab selaku DPS,
antara lain:
• Mengakses data dan informasi yang diperlukan terkait dengan pelaksanaan
tugasnya serta mengklarifi-kasikannya kepada manajemen bank;
• Memanggil dan meminta pertanggungjawaban dari segi syariah kepada manajemen bank;
• Memperoleh fasilitas yang memadai untuk melak-sanakan tugas secara efektif;
• Memperoleh imbalan sesuai dengan aturan perseroan.
OBYEK PENGAWASAN SYARIAH
• Hasil pelaksanaan atas kesesuaian produk dan jasa dengan fatwa DSN-MUI.
• Laporan ini memuat pendapat DPS mengenai pelaksanaan produk dan jasa yang sudah dikeluarkan oleh
bank apakah sudah sesuai dengan fatwa DSN–MUI yang berlaku, dan apakah produk dan jasa yang
dikeluarkan oleh bank telah mendapat izin dari Bank Indonesia. Dalam laporan tersebut perlu dijelaskan
produk dan jasa yang dimaksud.
• Opini syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan oleh bank.
• Dalam hal ini DPS harus mengeluarkan pendapat apakah pedoman operasional dan pedoman produk
yang disusun oleh bank telah sesuai dengan fatwa yang berlaku.
• Opini syariah secara keseluruhan atas pelaksanaan operasional bank dalam laporan publikasi bank.
• Dalam hal ini DPS harus mengeluarkan pendapat yang menyatakan apakah secara keseluruhan kegiatan
operasional bank telah sesuai dengan prinsip syariah.
TATA CARA PELAPORAN
(SETELAH TAHUN 2013)
2 Memeriksa fatwa dan/atau akad yang digunakan dalam produk dan aktivitas baru.
Dalam hal produk dan aktivitas baru belum didukung dengan fatwa dan/atau akad dari DSN-MUI, maka DPS
mengusulkan kepada Direksi BPRS untuk meminta fatwa kepada DSN-MUI.
3 Mereview fitur, mekanisme, persyaratan, ketentuan, sistem dan prosedur (SOP) produk dan aktivitas baru
terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah.
4 Memberikan pendapat terkait aspek pemenuhan Prinsip Syariah atas produk dan aktivitas baru yang akan
dikeluarkan
2 Melakukan pemeriksaan secara uji petik (sampling ) paling kurang 3 (tiga) nasabah untuk masing-masing
produk dan/atau akad penghimpunan dana, pembiayaan dan kegiatan jasa BPRS lainnya yang dilakukan oleh
BPRS.
a. Penghimpunan dana
1) Tabungan Wadiah ;
2) Tabungan Mudharabah ;
3) Deposito Mudharabah .
b. Pembiayaan
1) Pembiayaan Murabahah ;
2) Pembiayaan Istishna;
3) Pembiayaan Musyarakah ;
4) Pembiayaan Mudharabah ;
5) Pembiayaan Ijarah ;
6) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit
Tamlik (IMBT);
7) Pembiayaan Musyarakah
Muttanaqisah (MMQ);
8) Pembiayaan Multijasa ;
9) Pembiayaan Qardh ;
10) Lainnya.
c. Kegiatan jasa
d. Restrukturisasi pembiayaan
3 Memeriksa dokumen transaksi dari nasabah yang ditetapkan sebagai sampel untuk
mengetahui pemenuhan Prinsip Syariah, antara lain:
a. pemenuhan syarat dan rukun dalam akad (perjanjian) pembiayaan maupun akad
penghimpunan dana antara BPRS dengan nasabah;
b. kecukupan dan kelengkapan bukti pembelian barang dalam pembiayaan
murabahah ;
c. kecukupan dan kelengkapan bukti laporan hasil usaha nasabah yang dibiayai
sebagai dasar perhitungan bagi hasil untuk pembiayaan mudharabah atau
pembiayaan musyarakah ;
d. penetapan dan pembebanan ujrah ( fee) kepada nasabah untuk produk
pembiayaan qardh beragun emas untuk menyakini bahwa penetapan ujrah (fee )
tidak terkait dengan besarnya pembiayaan qardh .
22