HEPAR
RESPIRASI
- iv, abar (volatil), opioid == tekan nfs
turun rspn thd CO2
- Opioid === turunkan laju nfs
- Abar trikloretilen === naikkan laju nfs
- hiperkapnia/hiperkarbia (PaCO2 arteri naik) == rangs
kemoreseptor aorta/karotis == pst nfs == nfs dalam &
cepat (hiperventilasi)
- hipokapnia/hipokarbia (PaCO2 arteri naik) == hambat
kemoreseptor aorta/karotis == pst nfs == nfs dangkal &
lambat (hipoventilasi)
- induksi anest (+ pelumpuh otot) == pergeseran diafragma
- == turunkan FRC (functional residualcapacity = kapasitas
- sisa fungsional)
-
FRC = ERV + RV
-
||-eksp-||-------------------frc-------------------||
-
||--------||-----------------||-----------------------||
-
tv erv rv
500 1200 2100
-
- tv = tidal volume
- erv = ekspiratory reserve volume
(volume cadangan ekspirasi)
rv = residual volume = volume sisa
-
KARDIOVASKULAR
- Terbanyak nekan kardiovaskular
- Eter, siklopropan, ketamin === naik simp === taki
- Halotan, enfluran ===tekan simp === bradi
vasodilat perif
- Opioid, pelumpuh otot === vasodilat perif
lepas histamin
- Analg subarak/epid === vasodilat
bradi
hipotensi
- Ventilasi buatan === naik tekanan torakal
turun aliran drh vena
- Hiperkapnia === rangs simp === naik CJ
vasodil perif
- Hipokapnia X hiperkapnia
- Tarikan organ, otot mata, visera === bradi
SSP
- Vasodilat p.d. serebr : - gas anestesia
- azetazolamid
- Vasokonstr p.d. serebr : - pentotal -altesin
- etomidat -xantin
GINJAL
Halotan, enfluran, isofluran === turun tahanan vask ginjal
Semua obat anest === ganggu fs ginjal, akibat :
- perub TD sist
- CJ
- lepas hormon ADH
- cairan infus
- sist renin-angiotensin-ald
HEPAR
Halotan === hepatitis
Albumin rendah === dosis obat berlebihan
A N E S T E S I A
- LOKAL
- REGIONAL
- UMUM
LOKAL REGIONAL
- Topikal - Subaraknoid
- Infiltrasi (Intratekal/intradural)
- Blok saraf perifer - Epidural (Ekstradural)
- Intravena
ANALGESIA LOKAL
Blokade konduksi/lorong Na pd dinding saraf secara
sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf
Anestetika lokal sesudah keluar dari saraf :
- Konduksi saraf pulih spontan & lengkap
- Kerusakan struktur saraf --
.
Obat anest lokal 2 gol :
1. Ester (--COOC--) : kokain, benzokain, ametokain,
prokain, tetrakain, klorprokain.
2. Amida (--NHCO--) : lidokain, mepivakain, prilokain,
bupivakain, etidokain, dibukain, ropivakain,
levobupikain.
Di Indonesia tersering lidokain & bupivakain
Perbedaan obat anest lokal golongan ester dan amida
=== GAMBAR===
MEKANISME KERJA
Reseptor spesifik sodium channel (saluran Na) === cegah
naik permeabilitas sel saraf thd ion Na+ dan K+ === depo
larisasi slpt saraf === tdk terjadi konduksi saraf.
Potensi === tgt kelarutan dlm lemak
Mdh larut === poten
ABSORPSI
- Lokasi ~~~ vaskularisasi
iv > trakeal > interkostal > kaudal > paraservikal >
epidural > pleksus brakial > skiatik > subkutan
- Tambah vasokontriktor
Adrenalin 5 ug/ml (1 : 200.000) === vasokonstriksi ===
Perlambat abs 50%
- Karakteristik OA === ikat kuat jar === abs lama
ANATOMI
Tl. punggung (vertebra) tdd servikal 7, torakal 12, lumbal 5,
sakral 5 (menyatu), koksigeal 5 (menyatu)
Grs lurus antara kedua krista iliaka tertinggi memotong me-
dian di vert. L4 atau antara L4 – L5
ANALGESIA SPINAL
( = intratekal, intradural, subdural, subaraknoid )
Yaitu pemberian OA kedalam rgg subaraknoid
Cara sederhana, efektif, mudah
PERSIAPAN
- Daerah tempat tusukan : kelainan anatomis tl punggung,
- Informed consent (izin dari pasien)
- Pemeriksaan fisik
- Laboratorium : Hb, Ht, PT (prothrombine time), PTT
- (partial thromboplastine time)
PERALATAN AS
- Pemantau TD, oksimetri denyut (pulse oximeter), EKG
- Peralatan resusitasi
- Jarum spinal === ujung tajam (Quincke-Babcock)
ujung pinsil (pencil point/Whitacre)
TEKNIK AS
Posisi duduk atau tidur dekubitus lateral
Tersering tusukan pada garis tengah (median)
1. Pasang monitor, pasien tidur dekubitus lateral. Pa-
sang bantal kepala. Pasien bungkuk maksimal
Posisi lain adalad duduk.
==== GAMBAR ===
2. Garis kedua krista iliaka ===> L4 atau L4–5
Tempat tusukan === > L 2-3 atau L 3-4 atau L 4-5
Pada atau > atas L1-2 trama med spin
3. Sterilkan tempat tusukan dg betadin/alkohol
4. Anest lokal tempat tusukan, lidokain 1-2% 2-3 ml
5. Cara tusukan median/paramedian
Sesudah hilang tahanan (ujung jarum masuk rgg sub-
Araknoid) ===> mandrin jarum dicabut ===> cairan
serebrospinal keluar. Semprit berisi obat dipasang,
obat dimasukkan perlahan (0,5 ml/det)
- Respirasi
- Sirkulasi
- Jaringan
- Obat anestetika
- Faktor lain
FAKTOR RESPIRASI
Inspir === > obat anest msk paru (alv) === > tek parsial alv
=== > difusi via membr alv
Tek parsial alv, tgt :
- Konsentrasi obat anest
Konsentrasi naik ---- tek parsial alv naik
- Ventilasi alveoli
Naik (hiperventilasi) --- tek parsial alv naik
FAKTOR SIRKULASI
- Perubahan tek parsial OA dlm alveolus
OA === - sbgn abs jar
- sbgn kembali ke vena
OA jar jenuh --- di vena naik --- di paru naik (tek parsial OA
naik) --- turunnya difusi OA via membr alv
- Koefisien partisi darah/gas OA :
perbandngan konsentr OA dlm darah dg konsentr
OA dlm gas, sesudah seimbang
OA dg koef partisi darah/gas rendah (kurang larut) --- kon-
sentr dlm alv cepat naik --- tek persial dlm darah cepat naik
--- anest cepat dalam ( = OA poten/kuat )
OA dg koef partisi darah/gas rendah : N2O, siklopropan
Koef part rendah === anest cepat === masa pulih cepat
Otak dg aliran darah banyak === tek parsial cepat naik
pasien cepat kehilangan kesadaran
- Aliran darah paru & curah jantung
Makin banyak aliran darah === makin banyak OA yg diambil
dari alv === konsentr alv turun === anest lebih lambat
FAKTOR JARINGAN
- Beda tek parsial OA darah & jar
- Daya ikat jar thd OA. Lemak === daya ikat dg OA kuat
- Aliran darah. Urutan dari yg terbanyak :
1. Terbanyak ------------ otak, jantung, hepar, ginjal
2. Sedang --------------- otot skelet, kulit
3. Sedikit ----------------- jar lemak
4. Paling sedikit -------- ligamen, tendon
FAKTOR OBAT ANESTETETIKA
Potensi tiap OA berbeda
Tergantung pd MAC (minimal alveolar cocentration) atau kon-
sentrasi alveolus minimal
MAC = konsentrasi terendah OA dlm udara alv yg mampu men-
cegah terjadinya tanggapan (respon) thd rangsang rasa
sakit
Makin rendah MAC --- makin tinggi potensi OA
FAKTOR LAIN
1. Ventilasi
Hanya berpengaruh pd OA dg koef partisipasi gas/darah
tinggi : ventilasi naik ---- tek parsial dlm alv cepat naik ----
anest cepat dalam. (Yg rendah, ef ventilasi thd kecepatan
pendlman anest minimal)
2. Curah jantung
Hanya berpengaruh thd OA dg koef part darah/gas tinggi
Makin tinggi CJ --- induksi & kedlman anest lambat
3. Suhu
Makin rendah --- OA banyak larut darah --- anest makin
cepat dalam
PENILAIAN & PERSIAPAN PRANESTESI
Kunjungan pasien pra anestesia/bedah
Identitas ps
Hari operasi & bgn tubuh yg akan dioperasi
Anamnesis :
- anestesi sebelumnya ==> alergi, nyeri otot, sesak
- riwayat penyakit yg pernah dialami & pengobatannya
- perokok, dihentikan 1-2 hari sebelum operasi
Pemeriksaan fisis: KU, intubasi sulit (gigi, buka mulut, lidah
besar, leher pendek/kaku)
Pemeriksaan lab : rutin (Hb,L,BT,CT)
Diatas 40 th : EKG, torak foto, GDS,ureum, kreatinin, fs hepar
Puasa: Anest refleks laring turun aspirasi/regurgitasi
- Dewasa 6-8 jam, anak 4-6 jam,bayi 3-4 jam
-d
KLASIFIKASI STATUS FISIS :
Untuk menilai kebugaran fisis pasien
Menurut The American Society of Anestheologists (ASA)
Dibagi 5 kelas ( ASA ) :
ASA I sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
ASA) II penyakit sistemik ringan/sedang
ASA III penyakit sitemik berat
aktivitas rutin terbatas
ASA IV penyakit sistemik berat
aktivitas rutin tdk dapat dilakukan
ancaman kehidupan tiap saat
ASA V dengan/tanpa pembedahan, hidup <24 jam
PREMEDIKASI
Pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi
Tujuan utk lancarkan induksi, rumatan & bangun anest :
- Cemas & takut
- Perlancar induksi anest
- Turunkan sekr liur & bronkus
- Turunkan jumlah OA
- Cegah mual pasca bedah
- Amnesia
- Turunkan cairan lambung
- Turunkan refleks yg membahayakan
Obat premedikasi :
- Oral diazepam 10-15 mg, bbrp jam sblm == utk cemas
- Petidin 50 mg IM == nyeri
- Oral simetidin 600 mg / ranitidin 100 mg, 1-2 jam
sebelumnya == turunkan keasaman lambung
- Droperidol 2,5-5 mg IM == mual pasca bedah
INDUKSI ANESTESIA
=== > tindakan utk membuat ps sadar menjadi tidak sadar,
sehingga memungkinkan dimulainya anest & pembedah-
an
Induksi anes == > rumatan anes == > anes selesai
pembedahan
Intravena, inhalasi, intramuskular, rektal
Persiapan alat & obat sebelum induksi === > STATICS :
S = Scope ===== > stetoskop, laringoskop
T = Tubes ===== > pipa trakea
A = Airway =====> pipa mulut & faring
T = Tape ====== > plester
I = Introducer ==> mandrin/stilet
C = Connector ==> penyambung pipa dg alat anestesi
S = Suction ==== > penyedot
INDUKSI INTRAVENA
Paling banyak dilakukan, karena cepat & menyenangkan
- Harus terpasang jalur vena (iv line)
- Ps kooperatif
- Hati-hati, pelahan-lahan, terkendali
- OA bolus kecepatan 30-60 det
- O2
- Pantau resp, nadi, TD
Contoh OA utk induksi iv :
1. Propofol 1%
- Dosis : 2-3 mg/kgBB
- Iv sakit --- sebelumnya : lidokain 1 mg/kbBB iv
2. Ketamin
- Dosis 1-2 mg/kgBB
- Halusinasi --- sebelumnya : midazolam
- Ps tidur dg mata terbuka
- Tidak boleh utk ps TD tinggi (sist > 160 mmHg)
3. Tiopental 2,5%
- Dosis 3-7 mg/kgBB
- Keluar dari vena --- nyeri
INDUKSI INHALASI
Pada : - bayi/anak blm terpasang jalur iv
- dewasa takut disuntik
1. Halotan
- Dg gas pendorong (O2 > 4L/men atau camp N2O:O2=3:1)
- 0,5 vol% --- dinaikkan pelahan-lahan sesuai kebutuhan
(batuk --- turunkan lagi) sampai konentr yg diperlukan
2. Sevofluran
- Lebih disukai, karena jarang batuk, walau samp konsentr
8 vol%
Induksi mencuri (steal induction) :
- Induksi inhalasi pd anak/bayi yg sedang tidur
- Terutama yg belum terpasang jalur vena
- SM bbrp cm diatas muka. Ps tidur SM ditempelkan
INDUKSI INTRAMUSKULAR
Ketamin
- Dosis 5-7 mg/kgBB --- 3-5 men tidur
RUMATAN ANESTESIA
- inhalasi
- intravena + / - relaksasi otot
- camp inhalai intravena
RA inhalasi : - N2O:O2 = 3:1
- halotan 0,5-2vol%, enfluran 2-4vol%, iso-
fluran 2-4vol%, sevofluran 2-4vol%
RA intravena ---- opioid : fentanil
Opioid (=analgetika narkotika):
obat sintetik/natural yg dapat berikatan dg reseptor
morfin
- fentanil 10-50 µg/kgBB (analgesia + hipnosia)
- fentanil 1-3 µg/kgBB (analgesia) + propofol 4-12mg/ kgBB
(hipnosia)
+ / --
pelumpuh otot
TATALAKSANA JALAN NAFAS
Anatomi jalan nafas : hidung nasofarign
mulut orofaring
[ gambar ]
VENTILATOR MEKANIK
alat penghasil tekanan positif secara ritmik utk kem-
bangkan paru selama ventilasi artifisial
Perlengkapan :
- Pengukur tekanan
- Pembatas tekanan
- Pengaman (alarm) tekanan tinggi dan rendah
- Pengukur volum paru (spirometer)
PELUMPUH OTOT ( blok neuro-muskular = muscle relaxant )
obat yg akibatkan otot lurik lumpuh
Bukan obat anestesia
Manfaat PO untuk anestesia umum :
- menghindari cidera pd laringoskopi & intubasi trakea
- ventilasi kendali
- pembedahan
- mengurangi pemakaian obat anestesia --- hanya utk
hipnosia ringan saja
Kelumpuhan otot lurik : - pelumpuh otot
- mendalamkan anestesia umum
- blokade saraf pada analg regional
Trias anestesia
Tempat kerja pd sambungan saraf otot (sambungan ujung
saraf dg otot lurik)
FISIOLOGI KONTRAKSI OTOT
Hubungan saraf otot (neuromuscular junction / sinap) :
Serat saraf motorik === celah sinap === serat otot motorik
Membran presinap mengeluarkan neurotransmitar asetilkolin
(ask)
Ask disintesa dan disimpan di ujung saraf motorik
Ask disimpan di vesikel ujung saraf motorik
Peningkatan jumlah ask ---- pelepasan ask dari vesikel
Membran pascasinap ---- mengandung reseptor ask
Bila terjadi aksi potensial di saraf --- ask dilepaskan dari vesikel
yg pecah pada membran presinap ---- ask menyeberang mela-
lui celah sinap ---- menempati reseptor ask di membran pasca-
sinap ---- perubahan permeabilitas membran ---- keluar masuk-
nya K+ dan Na+ melalui membran ---- perubahan aksi potensial
pada akhir saraf ---- depolarisasi membran otot ---- aksi poten-
sial nyebar ke seluruhmembran otot ---- KONTRAKSI OTOT
Ask cepat dihidrolisis oleh ensim asetilkolinesterase yg berada
dI celah sinap --- kembali ke keadaan semula ---- RELAKSASI
OTOT
PEMANTAUAN KARDIOVASKULAR
- nadi ---- palpasi,auskultasi, alat elektronik
- tekanan darah & curah jantung
- jumlah perdarahan
- elektrokardiogram (EKG)
- produksi urin
NADI (frekuensi/menit)
- Palpasi arteri radialis, brakialis, femoralis, karotis -----
frekuensi, irama dan kekuatan
- Auskultasi dg stetoskop didada/ kateter melalui esofagus
- Alat elektronik ---- kontinyu
TEKANAN DARAH (mmHg/torr)
Manual (auskultasi/palpasi) / alat elekronik
Lebar manset : kira-kira 2/3 lebar jarak olekranon-akromion
Lebih 2/3 --- TD rendah, kurang 2/3 ---TD tinggi
Yg diukur : tek sistolik, tek diastolik, tek arteri rata2 (TAR)
TAR = Tek diastoloik + 1/3 (tek sistolik – tek diastolik)
+ 1/3 (tekanan nadi)
= 1/3 (tek sistolik + 2x tekanan diastolik)
TAR untuk mengukur perfusi jaringan
Pengukuran tek darah arteri langsung ---- kanulasi arteri
radialis, dorsalis pedis, karotis,femoralis
Pengkuran tek vena sentral ---- kanulasi vena jugularis int
& eks, subklavia, basilika, femoralis
Pengukuran curah jantung ---- kanulasi arteri pulmonalis
Bayi baru lahir kanulasi a/v umbilikalis
JUMLAH PERDARAHAN
- menimbang kasa sebelum & sesudah kena darah
- jumlah darah di botol pengukur perdarahan +
10-20%
EKG (elektrokardiogram)
Memantau frekuensi, irama, konduksi jantung
D/ henti jantung, aritmia, iskemia miokard,
PRODUKSI URIN
Untuk mengetahui keadaan sirkulasi ginjal
Produksi urin normal : 0,5-1,0 ml/kgBB/jam (ditampung-
kateter)---- dipengaruhi oleh :
- obat anestetika - hidrasi pasien
- tekanan darah - faal ginjal sendiri
- volume darah
PEMANTAUAN RESPIRASI
Tanpa alat ---- inspeksi (pd nafas spontan/kendali) :
- Jenis pernafasan (torakal/abdominal)
- Retraksi interkostal/supraklavikular
- Gerakan kantong cadang
- Warna bibir,ujung jari
Dg alat :
- Stetoskop ---- suara nafas
- Oksimetri denyut ---- - saturasi oksigen (SaO2)
- - frekuensi nadi
- - disritmia
- Kapnometri ---- kadar CO2 udara eks/insp
SUHU TUBUH
Obat anestetika ---- depresi pusat pengaturan suhu ----
tubuh mudah terpengaruh suhu sekitar / teknik anestesia
Pemantauan suhu tubuh hanya dilakukan pada :
- Operasi lama
- Bayi/anak kecil
- Pasien demam
- Teknik anestesia dg hipotermia buatan
PEMULIHAN ANESTESIA
Sesudah selesai operasi/anestesia-analgesia, pasien harus
dirawat di :
- kamar pulih / RR (recovery room)
- unit perawatan pasca anestesia-analgesia (UPPA)
- PACU (post anestesia/analgesia care unit)
- asidosis
Hipoventilasi ---- - hipertensi ----- depresi sirk ---- henti jantung
- takikardia
KARDIOVASKULAR
- tekanan darah
- nadi
- akral hangat/dingin (perfusi jaringan)
Gangguan kv ---- hipertensi, hipotensi, disritmia
Hipertensi ---- E/ :
- nyeri ok pembedahan
- iritasi pipa trakea
- cairan infus berlebihan
- buli2 penuh
- aktifitas simpatis naik, ok hipoksia. hiperkapnia, asidosis
- obat : adrenalin, ketamin, ergometrin
- pasien dg hipertensi tanpa terapi, preeklamsia
Hipertensi berat ---- kebut O2 miokard naik --- kerja jant berat
- iskemia (infark) miokard, disritmia
- gagal ventrikel kiri
- udema paru
- perdarahan otak
T/ - hilangkan penyebab
- analgetika opioid : petidin10-25mg iv, morfin 2-3 mg iv
- anti hipertensi : klonidin, nitroprusid 0,5-1,0 µg/kgBB/menit
Hipotensi ---- TD sistolik < 70mmHg
E/ - hipovolemia (---- isian balik vena menurun) , ok :
- perdarahan ---- > 15% volume darah
- terapi cairan kurang adekuat
- hilangnya cairan ke rongga ketiga
- diuresis yg belum diganti
- kontraksi miokardium kurang kuat
- penurunan tahanan vaskular perifer (spinal/epid tinggi)
- reaksi hipersensitivitas
Hipotensi ---- hipoperfusi organ vital ---- hipoksemia –--
kerusakan jaringan
Tanda hipoperfusi jaringan : akral teraba dingin
T/ hipotensi : ---- hilangkan penyebab
- O2 100%
- infus kristaloid (ringer laktat / asering) 300-500 ml
- transfusi darah –-- perdrhan > 20% vol drh (Hb < 9 g%)
anak : perdrhan > 10% vol drh (vol drh 80 ml/kgBB)
E/ disritmia : - hipokalemia - hiperkapnia
- asidosis/alkalosis - ps sakit jantung
- hipoksia - obat : adrenalin, atropin
T/ disritmia : hilangkan penyebab
PENCERNAAN
Mual/muntah harus diatasi untuk mencegah terjadinya
regurgitasi/aspirasi T/ - antikolinergik atropin 0,5 mg
E/ - opioid - antihistamin prometazin 50 mg
- bedah intra abdomen - fenotiazin : klorpromazin 25 mg
- hipotensi - buterofenon : DBP 5 mg
- metoclopramide : primperan
WARNA KULIT
- pucat ---------- ok perdarahan
- sianotik ------- ok hipoksia
PERDARAHAN : tergantung jenis operasi yg dilakukan
Transfusi darah, bila perdrhan > 20% vol drh / Hb < 9 g% (dws),
pd anak : perdarahan > 10% vol darah (vol drh 80 ml/kgBB)
Hipertermia maligna
------ krisis hipermetabolik, dimana suhu tubuh naik > 2 derajat
Celcius dalam satu jam
E/ :
- Herediter : defek (cacat) pd ikatan kalsium dlm retikulum sarko-
plasma otot/jantung.
Stimulus (trigger) tertentu ---- Ca+ keluar ---- masuk dlm sito-
plasma ---- kontraksi miofibril hebat ---- penumpukan asam
laktat & CO2 ---- - kebutuhan O2 naik
- asidosis metabolik
- pembentukan panas
T/ hipertermia maligna
- O2 100%
- Seluruh tubuh kompres es/alkohol
- Lambung dibilas dg NaCl fisiologis dingin
- Pemeriksaan gas darah segera
- Koreksi asidosos dg Na bikarbonat
- Kortikosteroid dosis tinggi
- Obat spesifik : dantrolen 1-2 mg/kgBB, ulang tiap 5-10 menit,
maksimum 10 mg/kgBB
NYERI PASCA BEDAH: ringan sampai berat
Dicegah dg penambahan opioid pd analgesia regional :
- morfin 0,05-0,10 mg ---- ke ruang subaraknoid
- morfin 2-5 mg ---- ke ruang epidural
bebas nyeri 10-16 jam pasca bedah
(petidin & fentanil jarang dipakai utk subaraknoid/epid
karena efek hanya 3-6 jam)
GELISAH
E/ - nyeri - asidosis
- hipoksia - buli2 penuh
- hipotensi
T/ - hilangkan penyebab
- midazolam 0,05-0,10 mg/kgBB
HIPERSENSITIF
Reaksi abnormal thd obat,karena terbentuknya mediator
kimia endogen (histamin, serotonin dll)
S/ - kulit kemerahan, urtikaria
- muka sembab
- sakit perut, mual, muntah
- vasodilatasi, nadi kecil/tak teraba, sampai henti jantung
- spasme bronkus
Contoh :
Pasien anak berat 14 kg, kebutuhan cairan basal :
1000 ml + 200 ml = 1200 ml/24 jam = 50 ml/jam
Pasien anak berat 25 kg, kebutuhan cairan basal :
1500 ml + 100 ml = 1600 ml/24 jam = 67 ml/jam
Cara lain perhitungan kebutuhan cairan basal bayi/anak per jam :
- 4 ml/kgBB/jam utk BB 10 kg pertama
- 40 ml + 2 ml/kgBB/jam tambahkan utk BB 10—20 kg
- 60 ml + 1 ml/kgBB/jam tambahkan utk BB > 20 kg
Contoh :
Pasien anak berat 14 kg, kebutuhan cairan basal :
40 ml + 8 ml = 48 ml/jam
Pasien anak berat 25 kg, kebutuhan cairan basal :
60 + 5 ml = 65 ml/jam
TATA LAKSANA
Terapi cairan : tindakan utk mengganti kekurangan cairan &
memelihara kebutuhan cairan, perianestesia (pra/selama/pasca-
anestesia)
PRA ANESTESIA
Akibat pemasukan yg kurang atau penyakit penyerta :
- puasa
- muntah
- masuknya cairan ke rongga ketiga (ekstraselular) :
- peritonitis
- obstruksi ileus
====== > gangguan air & elektrolit
D/ defisit cairan ekstrasesular : - derajat dehidrasi
- ↑ nilai hematrokit
DEHIDRASI : Ringan Sedang Berat
- Dewasa : 4% BB 6% BB 8% BB
- Anak/bayi : 5% BB 10% BB 15% BB
S/ klinis dehidrasi DEWASA
PASCA ANESTESIA/PEMBEDAHAN
Bila pasien boleh/dapat minum ---- segera diberi per oral
Bila belum/tidak dapat minum ---- parenteral diteruskan ---- jumlah
disesuaikan dg keluar (insensible loss + urin)
TEKNIK PEMASANGAN INFUS
Lokasi vena untuk pemasangan jarum infus pd dewasa, prioritas :
- lengan ----> tungkai
- kiri ----> kanan
- distal ----> prosimal
Pada bayi/anak : - punggung kaki
- depan mata kaki medial (maleolus medialis)
- kepala
Pada neonatus : vena umbilikalis
Bahaya terapi cairan : - infeksi
- iritasi pembuluh darah
- kelebihan pemberian
Pencegahan komplikasi :
- Pemakaian jarum anti karat (kateter plastik anti trombogenik)
- Pemakaian lama :
- diganti tiap 3 hari, utk mencegah : - infeksi
- macetnya
tetesan
- pemakaian kateter besar & panjang yg ujungnya dekat
v.cava/atrium ( tusukan jarum melalui v.femoralis /
kubiti / subklavia/ jugularis int /jugulais eks )
TRANSFUSI DARAH
Penilaian perdarahan selama pembedahan : - jumlah
- kecepatan
- lama
Pengukuran banyaknya perdarahan ;
- mengukur jumlah darah dlm alat pengisap
- + 25% (kasa, kain penutup pasien, baju operator/asisten)
- gangguan kardiovaskular
- gangguan faktor pembekuan
- penyembuhan luka yg lambat
Sistem penggolongan darah :
1. Sistem ABO ----- - A (anti B) ---------------- 45%
- O (anti A & anti B) ----- 43%
- B (anti A) ----------------- 8%
- AB (anti --) ----------------- 4%
2. Sistem Rhesus ----- - Rh + --------- 85%
- Rh -- --------- 15%
3. Trombosit.
- Konsentrat dari darah donor dengan sentrifugasi
- Diberikan setelah 12 jam pengambilan
Cara pemberian transfusi darah :
- Sebelum diberikan, unit darah yg masih dingin harus
dihangatkan dulu, untuk mencegah terjadinya hipotermia ----
henti jantung. Bila dihangatkan dg air panas harus < 40°C,
kalau > 40°C eritrosit akan rusak.
- Sebelum dan sesudah transfusi, diberikan larutan NaCl 0,9%
karena merupakan larutan yg isotonik dg plasma.
Bila dipakai larutan yg hipotonik, eritrosit akan bengkak bah-
kan bisa lisis. Larutan yg mengandung Ca++ akan menyebab-
kan pembekuan.
- Pada pemberian 100 ml transfusi darah ---- pantau ketat terja-
dinya reaksi transfusi.
Komplikasi transfusi darah :
1. Reaksi hemolitik ---- - intravaskular
- ekstravaskular
E/ destruksi eritrosit donor oleh antibodi resipien atau sebaliknya
3. Lain-lain :
- demam - purpura
- urtikaria - intoksikasi sitrat
- anafilaksis - hiperkalemia
- edema paru non-kardial - asidosis
T/ reaksi transfusi :
- Stop transfusi
- Naikkan tekanan darah : - kristaloid - vasokontriktor
- koloid - inotropik
- Oksigen 100%
- Antihistamin
- Steroid dosis tinggi
- Periksa analisis gas dan pH darah ---- gangguan asam basa
- Periksa elektrolit darah (Ca++, K+) ---- -
- hipokalsemia ok Ca diikat pengawet sitrat
- hiperkalemia ok darah simpan K+ >>
- Jika perlu dilakukan “exchange transfusion”
RESUSITASI JANTUNG PARU (OTAK)
Jantung, paru dan otak ----- organ paling vital untuk kehidupan.
Gangguan fungsi / tidak berfungsi ---- kematian :
1. Wajar/normal
- ok penyakit (akut/kronik) yg berat, usia lanjut
- bertahap : nadi/denyut jantung berhenti --- kematian
jaringan lain
- tidak perlu resusitasi (tidak bermanfaat)
2. Mendadak
- ok jantung/pernafasan berhenti mendadak (cardiac
/repiratory arrest) ---- ↓ kesadaran
- medadak
- resusitasi sangat diperlukan
RJP (RJPO) : - 3 fase (tahap)
- 9 langkah : A-B-C-D-E-F-G-H-I
1. Bantuan hidup dasar (basic life support) : ABC
2. Bantuan hidup lanjut (advanced life support) : DEF
3. Bantuan hidup jangka panjang (prolonged life support) : GHI
- henti jantung
- tenggelam
- tumor otak
Henti nafas ---- jantung masih berdenyut ---- oksigenasi ke
otak masih cukup utk beberapa menit
HENTI JANTUNG
Henti jantung primer :
---- ketidak sanggupan curah jantung utk memenuhi kebutuhan
O2 ke otak/organ vital lainnya secara mendadak, dan dapat
kembali normal bila dilakukan tindakan yg cepat & adekuat.
E/ henti jantung :
1. penyakit kardiovaskular :
- peny. Jantung iskemik
- infark miokardial akut
- emboli paru
- fibrosis pd sistem konduksi (peny. Lenegre, sindr. Adam-
Stokes)
2. Kekurangan O2 akut : - sumbatan jalan nafas
- henti nafas
3. Kelebihan dosis obat :
- digitalis - antidepresan trisiklik
- adrenalin - propoksifen
- isoprenalin - quinidin
4. Gangguan asam-basa/elektrolit :
- asidosis - hiperkalsemia
- hiper/hipokalemia - hipomagnesia
5. Kecelakaan : syok listrik/petir, tenggelam
6. Refleks vagal : - peregangan sfingter ani
- penarikan bola mata
7. Anestesia dan pembedahan
8. Terapi & tindakan diagnostik medis
9. Syok : anafilaksis, neurogenik, hipovolemik, toksik
SS/ henti jantung :
- denyut nadi besar tidak teraba (dewasa : femoralis/karotis,
bayi : brakialis)
- pucat sampai kebiruan (sianosis)
- nafas berhenti / megap-megap (gasping)
- kesadaran ↓ s/d (–) (15 detik ses. henti jantung)
- terlihat seperti mati (death like appearance)
- pupil dilatasi, reaksi cahaya – (45 detik ses. henti jantung)
- EKG : - fibrilasi ventrikel (85%)
- asistol ventrikel (10%)
- disosiasi elektro-mekanis (5%) [Gb]
- bronkodilator
Apabila nafas spontan & adekuat (tidak sianosis) ---- posisi sisi-
mantap, utk mencegah aspirasi.
Posisi sisi mantap : [gb]
- Fleksi tingkai yg dekat penolong
- Lengan yg dekat penolong diluruskan & disisipkan dibawah
bokong
- Gulingkan pasien dg lembut kearah penolong
- Kepala ekstensi, muka lebih rendah
- Tangan atas ps di[etakkan dibawah pipi bawah, agar kepala
tetap ekstensi & mencegah ps berguling ke depan
- Lengan bawah yg ada di punggung, utk mencegah ps berguling
ke belakang
B = BREATHING SUPPORT.
====== > bantuan nafas.
Setelah tidak ada sumbatan pd jalan nafas ---- nilai ada tidak
pernafasan spontan : [gb]
- merasakan sentuhan udara dari mulut & hidung
- pergerakan nafas pd dada pasien
Bila tidak ada nafas spontan ---- nafas/ventilasi buatan :
- dengan mulut, ke : - mulut [gb]
- hidung
- mulut & hidung dg sungkup muka
- stoma trakeostomi
- dengan alat bantu pernafasan (resusitator)
Mulut ke mulut :
- Kepala ps ekstensi, agar mulut terbuka
- Penolong menarik nafas dalam-dalam
- Bibir penolong ditempelkkan ke bibir ps dg erat agar tidak bocor
- Tiupkan udara ekspirasi penolong, sambil lubang hidung ps di-
tutup dg memijit hidung ps dg jari-jari penolong
- Bila dada ps naik ---- udara mencapai paru-paru ps
- Bibir dilepaskan ---- pengeluaran udara pasif dari paru-paru ps
- Diulang secara teratur dan kontinyu sesuai irama pernafasan,
sampai ps bernafas spontan
C = CIRCULATORY SUPPORT
====== > bantuan sirkulasi
D/ henti jantung : - tidak sadar
- tidak teraba denyut nadi/arteri besar
(lihat SS/ henti jantung) [gb]
Pada pasien henti jantung ---- bantuan sirkulasi ---- pasien-
tidur terlentang pd alas yg datar & keras :
- pukulan pd sternum (precordial thump)
- kompresi jantung luar
Pukulan pd sternum :
Lokasi : bgn tengah separuh bawah tulang sternum
Dari ketinggian 20-30 cm (8-12 inci)
- menghentikan fibrilasi ventrikel
- merangsang jantung yg berhenti utk berdenyut kembali
Kompresi jantung :
- harus dilakukan secara halus & berirama
- menghasilkan tekanan sistolik 100 mmHg & TAR 40 mmHg
pada arteri karotis
- tidak boleh terputus lebih dari 7 detik setiap kalinya, kecuali
pada : - intubasi endotrakea
- transportasi (naik/turun tangga)
==== > bisa sampai 15 detik
Sesudah 4 daur kompresi ventilasi ---- evaluasi
Periksa denyut nadi karotis :
- (--) ---- RJP dilanjutkan.
- (+) ---- periksa pernafasan :
- (+) ---- pemantauan ketat denyut nadi & pernafasan.
- (--) ---- nafas buatan 12 X/men, pantau nadi & nafas
TEKNIK BHD PADA BAYI & ANAK.
Beberapa hal yg perlu diperhatikan pd bayi & anak : [gb]
- Pada bayi, pukulan punggung dilakukan dg pangkal tangan di
antara 2 skapula, pasien telungkup, mengangkang pd lengan
penolong. Hentakan dada dilakukan pd posisi terlentang.
kepala terletak dibawah melintang pd paha penolong.
- Pd anak, pukulan punggung dilakukan dg posisi ps telungkup
melintang di atas paha penolong, kepala lebih rendah dari
badan.
Hentakan dada ---- terlentang di lantai/tempat tidur
- Kepala harus netral, tidak boleh ekstensi berlebihan.
Ekstensi kepala berlebihan ---- sumbatan jln nafas.
- Terbaik ventilasi mulut ke mulut & hidung (penyesuaian besar
mulut penolong), dari pada mulut kemulut atau mulut ke
hidung
- Volum ventilasi lebih kecil & frekuensi lebih tinggi
- Kompresi jantung dilakukan dg menggunakan 2 jari tangan
(pd bayi), pangkal telapak tangan (pd anak).
Lokasi kompresi : 1 jari dibawah titik potong antara garis papil-
la mammae dg garis median sternum (karena jantung terletak
sedikit Lebih tinggi dp dewasa).
Kompresi jantung minimal 100 X/men (bayi), 80 X/men (anak).
- Pembandingan kompresi thd ventilasi selalu 5 : 1
RJPO dihentikan, bila : - sesudah 30 menit belum berhasil
- penolong kelelahan
Fase 2. Bantuan hidup lanjut (advanced life support) : DEF
==== > - memperbaiki ventilasi & sirkulasi.
- D/ & T/ gangguan irama jantung
- perlu peralatan khusus & obat-obatan
- pemasangan pipa endotrakea & jalur intravena
E = ELECTROCARDIOGRAPHY
==== > gambar arus listrik jantung
- fibrilasi ventrikel ---- gelombang listrik(ampl/frek) tak teratur
- asistol ventrikel
- disosiasi elektro-mekanis ---- kompleks berbentuk aneh
F = FIBRILLATION TREATMENT (terapi fibrilasi / defibrilasi ).
==== > dg syok listrik (DC shock)
Syok listrik hanya utk fibrilasi ventrikel, bila sesudah kompresi
jantung luar, jantung masih belum berdenyut.
Utk asistol ventrikel / disosiasi elektro-mekanis, syok listrik tidak
bermanfaat.
Teknik defibrilasi :
Dg menggunakan alat DC shock / defibrilator, dg 2 elektroda
berbentuk pedal (paddle), menggunakan arus searah dg
tombol pengatur satuan tenaga Joule (Wsec).
Pedal I diletakkan di dada kanan, kaudal dari klavikula kanan,
pedal II di iga (kosta) kelima kiri, antara grs midklavikular
kiri & grs aksilar depan kiri. [gb]
Dosis awal : dws 200 J ; anak 100 J ; bayi 50 J ( 3 X )
Kompresi jantung luar/ventilasi = 5:1 ------ 10 X
Epinefrin intravena/intratrakeal
Kalau gagal ---- syok listrik (dws 360J, anak 200J, bayi 100J)
------ 3 X berturut-turut.
Fase 2 BHL-DEF ini berhasil bila diperoleh sirkulasi spontan
yg adekuat.
(3). Kardiovaskular :
- renjatan, gagal jantung ------ obat-obatan, terapi cairan
- embolus paru ------------------ embolektomi
(4). Susunan nero-muskular :
- pelumpuh otot ------------------- penawar p.o., ventilator
- analgesia spinal tinggi -------- hidrasi, vasokonstr, ventilator
- miastenia gravis ---------------- neostigmin
- polineritis ------------------------- ventilator
(6). Pascabedah :
- bedah torak, laparatomi tinggi ----------- ventilator
S/ klinis & pemeriksaan lab. pd gagal nafas akut :
KlinIs:
- perubahan pola nafas : dispne, takipne, bradipne, apne
- bernafas dg otot bantu pernafasan :
- m. sternokleidomast.
- retraksi supraklavikular, suprasternal, sela iga
Patofisiologi :
- udema paru interstisial (udema paru permeabilitas)
---- ok cidera membran alveoli-kapiler
- terjadinya cepat
- cairan udema paru mengandung protein >>
- ↓ kapasitas residu fungsional --- ok atelektasis kongestif difus
T/ ARDS :
# Ventilasi mekanik :
- bila PaO2 tetap < 60 mmHg, dg pemberian O2 ≥ 60%.
- utk ↑ PaO2 tanpa menimbulkan keracunan oksigen.
# Steroid :
- masih kontroversi
STATUS ASMATIKUS
==== > serangan asma yg lama & sulit diatasi dg obat-obatan.
KESEIMBANGAN ASAM-BASA :
Derajat keasaman darah (pH) ---- tergantung pada kons ion H+
Ion H+ ↑ ---- pH ↓ ---- asidosos
Ion H+ ↓ ---- pH ↑ ---- alkalosis
Persamaan Hendersen-Hasselbach :
[HCO3-] Normal dlm plasma :
pH = pK + log ------------ - HCO3- = 24 mEq/L
(2). Pernafasan.
Keseimbangan : - PACO2 ---- alveolus
- PaCO2 ---- darah
- H2CO3 ---- darah
Perubahan PACO2 ~~~~ PaCO2 & H2CO3
H2CO3 ↑ ---- PaCO2 ↑ ---- rangs. pusat nafas ---- hiperventilasi,
agar CO2 banyak dikeluarkan.
Pemberian bikarbonat masif ---- ↓ ventilasi (hipoventilasi),
agar CO2 ↑ (perbandingan bikarbonat-asamkarbonat & pH
tetap tidak berubah).
(3). Ginjal.
Keasaman darah ↑ (pH ↓) ---- ginjal :
- keluarkan ion H+ ---- urin bersifat asam (pH 5,5-6,5)
- menahan ion HCO3-
====> agar pH darah dalam batas normal.
REAKSI ANAFILAKSIS
====> sindroma klinis yg ditandai dg perubahan mendadak pd
permeabilitas vaskular & hiperreaktivitas bronkus.
Timbul ok reaksi akut thd zat asing pd pasien yg sebelumnya
telah mengalami sensitisasi (segera atau reaksi immunitas
hipersensitif tak langsung).
Sedang reaksi anafilaktoid, secara klinis sama dg reaksi ana-
filaksis, tetapi tidak ada kontak sensitisasi sebelumnya.
E/.
- obat-obatan
- makanan tertentu
- media kontras
- sengatan/gigitan binatang : ular, tawon, laba-laba, semut,
nyamuk tertentu, ubur-ubur.
SS/.
- waktu sejak terkena antigenik sampai timbul gejala bbrp menit
sampai bbrp jam.
- lamanya reaksi bervariasi.
Kompleks gejala klinis :
# Kulit :
- kemerahan di muka / seluruh tubuh
- urtikaria, pruritus setempat pd sengatan/tempat suntikan obat
- pembengkakan : periorbital, perioral, ekstremitas.
# Mata :
- gatal okular
- inflamasi konjungtiva
- lakrimasi
# Gastrointestinal :
- nausea, muntah
- nyeri perut
- diare
# Respirasi :
- Rinitis : - koriza
- gatal nasal.
- Pembengkakan laring/pita suara :
- dispne
- tenggorokan terasa seperti tersumbat.
- Bronkospasme :
- batuk-batuk
- takipne
- auskultasi : - mengik (wheezing) difus
- ekspirasi memanjang.
- gagal/henti nafas
# Kardiovaskular :
- Takikardia
- Hipotensi ---- syok
- Nadi tak teraba ---- henti jantung
- EKG : - Aritmia
- Perubahan gelombang T
- Fibrilasi atrium/ventrikel
- Asistol
DD/.
- Sindrom vasovagal * - Pneumotoraks
- Penyakit kardiovaskular - Emboli udara
- Koma diabetikum - Trauma
*) tidak menyebabkan hipoperfusi jaringan menyeluruh.
PENATALAKSANAAN.
==== > - pengembalian sirkulasi ==== > A/. terapi segera
- ventilasi yg adekuat B/. terapi suportif
C/. pencegahan
(A). Terapi segera :
1. Hentikan kontak :
- media kontras ---- stop.
- pasang torniket ---- proksimal sengatan/gigitan binatang.
- adrenalin lokal di tempat sengatan/gigitan, sbg vasonstr.
2. Posisi pasien ;
- terlentang, kaki dinaikkan 30-40° (bukan Trendelenburg).
- tidak sadar ---- manuver tripel
3. Pemasangan jalur intravena (infus)
4. Pemberian oksigen.
5. Henti nafas/jantung ---- RJP
6. Pemasangan pipa endotrakea/trakeostomi/krikotirotomi.
7. Persiapan defibrilator.
8. Adrenalin (epinefrin), noradrenalin (norepinefrin) ---- dosis :
- Intrvena : - D : 3-5 ml larutan 1:10.000 (0,3-0,5 mg) iv.
- A : 0,1 ml/kgBB larutan 1:10.000 iv
- Intramusk/ - D : 0,3-0,5 ml larutan 1:1.000 (0,3-0,5 mg) im/sk.
subkutan - A ; 0,01 ml/kgBB larutan 1:1.000 im/sk
Dosis ulangan sesuai keperluan, setiap 5-10 menit.
ES/ noradrenalin < adrenalin.
Efek adrenalin/noradrenalin :
---- ↑ cAMP (cyclic adenosin 3,5 monofosfat)
- agonis α ---- vakokonstr. kulit, mukosa, splanknikus
- agonis β ---- dilatasi bronkus
konstriksi arteriol otot.
9. Aminofilin
Utk bronkospame yg tidak dapat diatasi oleh adrenalin.
Efek : ↑ cAMP ---- bronkodilator.
Dosis dewasa/anak :
- awal : 5 mg/kgBB diberikan diberikan selama 15-20 menit
(diencerkan 20 ml dg D5)
- dosis pemeliharaan : 0,6 mg/kgBB/jam
10. Adrenalin intrakardial ---- bila jelas bendungan vena.
11. Pemeriksaan AGD : ---- - gangguan kardiorespirasi
- hipoperfusi jaringan
- derajat asidosis metabolik
12. Pemantauan :
- EKG : aritmia ---- ok ---- - gangguan keseimb asam-basa
- gangguan elektrolit.
- Diuresis : normal, oliguria, anuria.
(B). Terapi suportif :
1. Terapi cairan ---- koreksi hipovolemik : - ↑ TAR
- ↑ curah janutng
2. Koreksi elektrolit
3. Pemberian O2 diteruskan, bila masih sianotik.
4. Kortikosteroid : hidrokortisin 100-200 mg iv.
5. Antihistamin : prometazin 0,2 mg/kgBB.
Steroid & antihistamin ---- hambat efek histamin perifer :
- ↑ rekasi jar. thd. agonis β
- hambat sintesa histamin.
6. Hindari pemberian sedativa, narkotika, tranquilizer ----
dapat menurunkan tekanan darah.
7. Pantau pasien minimal 4 jam sesudah anafilaksis.
8. Selama 24 jam berikutnya, hindari vasodilator : alkohol,
mandi air hangat.
(3). Pencegahan.
Dicari penyebab terjadinya rekasi anafilaksis, untuk mencegah
kejadian ulang.
SYOK
====> yaitu kegagalan sirkulasi tepi menyeluruh, yg menye-
babkan hipoperfusi jaringan.
Klasifikasi syok :
- hipovolemik - neurogenik
- kardiogenik - anafilaktik
- septik
D/. ---- 2 tahap :
(A). Syok membakat (impending/pre syok) :
- penurunan kesadaran.
- hipotensi : TD sistolik < 90 mmHg.
- perubahan tanda vital ortostatik (t.u. pd syok hipovolemik) :
---- perbedaan TD & nadi antara berdiri,duduk,terlentang :
- TD ≥ 10 mmHg.
- Nadi ≥ 15 X/menit.
- hipoperfusi : kulit teraba dingin, lembab, isi nadi lemah.
(B). Tingkat syok.
1/. Syok ringan ---- kehilangan darah < 20% dari volume total.
Hipoperfusi hanya terjadi pd organ non vital : kulit, jaringan-
lemak, otot rangka & tulang.
S/ klinis syok ringan :
- kesadaran masih normal - hipotensi postural
- rasa dingin - kolaps vena-vena leher
- takikardia - diuresis ↓ sedikit
- pucat - urin pekat
- kulit lembab - asidosis metabolik (-)
# SYOK KARDIOGENIK.
====> adalah syok yg diakibatkan oleh kegagalan pompa
jantung.
SS/. ----
- tanda-tanda disfungsi ventrikel kiri : -distensi vv leher.
-refleks hepatojugular (+).
- tanda-tanda udema paru : batuk, dispne, ronki (+)
- takikardia (tetapi bila penyebabnya infark miokard inferior ----
rangsangan vagus ↑ ---- bradikadia)
- hipotensi
- perfusi jaringan ↓
- vasokonstriksi perifer (tahanan vaskular sistemik ↑)
- asidosis metabolik,
- oliguria s/d anuria
- ↓ kesadaran s/d koma
↑ TVS (ok ↓ curah jantung)