Anda di halaman 1dari 13

Guna memenuhi tugas

dan presentasi pada mata

Ta'rud
kuliah Ushul fiqh

Al-Adilah
Disusun Oleh :

Sukma Ramanda
Kurrotun A’yuni Reporter: XXX Date: XXXX.XX.XX

Prodi Komunikasi Penyiaran Islam


Fakultas Dakwah Dan Ushuluddin
Pengertian Ta’arudh Al-adhillah

Jenis-Jenis Ta’arudh Al-


adhillah
Ta’arudh
Al-adhillah Unsur-Unsur Ta’arudh Al-
adhillah

Cara Mengatasi Ta’arudh Al-


adhillah
Pengertian
PA RT 0 1
Ta’arudh Al-adhillah
单击此处添加标题

Secara etimologis

ta’arudh yaitu saling bertentangan

secara terminologis

Pertentangan dua dalil, antara satu dalil


berdeba/bertentangan dengan dalil lainnya

ta’arudh al-adillah adalah pertentangan antara beberapa dalil


tentang suatu masalah tertentu, misalnya dalil yang satu
menyatakan bahwa perbuatan tersebut wajib dilakukan,
sedangkan dalil lainnya menetapkan sunnah
PERTENTANGAN DAPAT TERJADI DALAM HAL-HAL
SEBAGAI BERIKUT

Pertentangan antara A Al-Qur’an dan Al-


Qur’an
Pertentanag antara Al-Qur’an dan As-
sunnah
Pertentangan antara As-Sunnah dengan As-
Sunnah
Pertentangan antara As-Sunnah dengan
akal

Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh. (Bandung: Pustaka Setia. 2008). Hlm 209-210
UNSUR-UNSUR TA’ARUDH AL-
ADHILLAH

Bahwa dalil yang bertentangan memiliki tingkatan kekuatan yang sama, dalam arti yang satu tidak lebih
kuat dari yang lain, misalnya sama-sama ayat al-qur’an, sama-sama hadits mutawatir, atau sama-sama
hadits ahad
01

Hukum yang lahir dari kedua dalil tersebut saling bertentangan, misalnya dalil yang satu menunjuk
02 haram, dalil yang satu menunjuk halal

Dalil yang bertentangan tersebut memiliki sasaran yang sama


Dalil yang bertentangan memiliki kesamaan baik pada segi materinya maupun pada segi sifatnya.
Misalnya, tingkat kejelasan makna kedua dalil tersebut sama-sama pada tingkat mujmal, atau sama-sama 03
pada tingkat zahir

Dalil yang bertentangan memiliki kesamaan pada segi waktu munculnya. Dengan demikian, pertentangan
04 tidak terjadi jika terdapat perbedaan waktu datangnya dalil.
Jenis-Jenis Ta’arudh Al-Adhillah

Ta’arudh antara Al-Qur’an dengan Al-Qur’an


Sebagaimana firman Allah SWT :

‫َو اْلَخ ْي َل َو اْلِبَغاَل َو اْلَح ِم َرْي ِلْرَت َكُبْو َه ا َو ِز ْيَنًة َو ْخَي ُلُق َم ا اَل َتْع َلُمْو َن‬

(Quran Surat An-Nahl (16): 8 )


‫‪Jenis-Jenis Ta’arudh Al-Adhillah‬‬

‫‪Ta’arudh antara Sunah dangan Qiyas‬‬

‫َاْلَع ِقْيَقُة َح ٌّق َع ِن ْالُغاَل ِم َش ااَت ِن ُم اَك َفَىَتاِن َو َع ِن اْلَج اِرَيِة َش اٌة‬

‫‪Ta’arudh antara Sunah dangan Sunah.‬‬ ‫‪Ta’arudh antara Qiyas dengan Qiyas‬‬

‫َع ْن َعاِىيَش َة وأِّم َس اَل َم َة َر َىِض ُهلل َع َهْنا َاَّن الَّنِّيِب َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َوَس َمَّل اَك َن ُيْص ِب ُح ُج ُنًبا‬ ‫َو َع ْن َعاِىَس َة َقاَلْت ‪َ :‬تَز َّو َج ْىِن َرُس ْو ُل ِهللا َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َوَس َمَّل ِلَس ِّت ِس ِنَنْي‬
‫ِم ْن َمِجاٍع َّمُث َيْغَتِس ُل َو َيُص ْو ُم (متفق عليه)‬ ‫َو َبَىِن ىِب َو َااَن ِبْنُت ِتْس ِع ِس ِنَنْي (رواه مسمل وعن عاىسة)‬
Cara Penyelesaian
Ta’arudh Al-Adhillah
Nasakh

Dengan cara pertama ini mujtahid dapat meneliti dalil itu dari aspek
waktu turunnya. Jika diketahui, maka dalil yang datang lebih dahulu dapat
dinasakh oleh dalil yang datang kemudian
Tarjih

Dengan cara ini, jika tidak diketahui sejarah turunnya, maka dapat
digunakan cara tarjih dengan meneliti mana diantara 2 dalil yang
bertentangan itu yang lebih kuat atau (rajih).

Al-jam’u wa al-taufiq

Cara ketiga ini ditempuh jika cara kedua (tarjih) tidak mungkin untuk di
lakukan. Caranya dengan mengkompromikan 2 dalil yang bertentangan

Tasaqut

Ketika itu mujtahid dapat menggunakan dalil lain yang lebih rendah
urutannya. Jika yang bertentangan itu adalah dua ayat maka ia bisa
menggunakan sunnah.jika yang bertentangan itu adalah hadits maka
mujtahid bisa menggunakan qaul sahabi begitu selanjutnya
Jika diperhatikan perbedaan cara yang digunakan oleh hanafiyah dan syafi’iyah sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa perbedaan keduanya terletak pada urutannya

Hanafiyah
Nasakh Tarjih al-jam’u wa al-taufiq Tasaqut

Syafiiyah

al-jam’u wa al-taufiq Tarjih Nasakh Tasaqut


Contoh Penyelesaian Ta’arudh Al-adhillah

Contoh cara penyelesaian ta’arudh dengan metode tarjih

Hadits Rasulullah saw. berikut:

‫ اَك َن َأُبو ُه َر ْيَر َة َيُقْو ُل َمْن َأْص َبَح ُج ُنًبا َفاَل َص ْو َم ُهَل‬: ‫َع ْن َع ْب ِد الَّر َمْحِن ْبِن َع َّتاٍب َقاَل‬
“Dari Abdurrahman bin ‘Auf ia berkata, Adalah Abu Hurairah
berkata “Barangsiapa yang junub sapai tiba waktu subuh, maka
tidaklah ada puasa baginya,”(HR. Ahmad)

Contoh penyelesaian ta’arudh dengan metode tasaquth al-dalilain

Firman Allah dalam surah Al-Muzammil (73): 20


‫َفآْقَرُء وا َم ا َتَيَرَّس ِم َن اْلُقْر َء اِن‬
“Maka Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an
Contoh Penyelesaian Ta’arudh Al-adhillah

Contoh Penyelesaian ta’arudh dengan metode Al-jam’u Wa Al-taufiq


(menggabungkan dan mengkompromikan)

‫ ِم ْن َأْم ِرِه ُيًرْس ا‬, ‫َو ُأْو َلُت آَأْلَمْحاِل َأَج ُلُهَّن َأن َيَض ْعَن ْمَح َلُهَّن َو َمْن َيَّتِق َهللا ْجَي َع ْل ُهَّل‬
Ayat pertama tersebut di atas bersifat umum yaitu setiap perempuan yang ditinggal mati suami baik hamil maupun tidak
hamil wajib beriddah selama empat bulan sepuluh hari. Dan ayat kedua tersebut juga bermakna umum, yaitu setiap wanita
hamil baik ditinggal mati suami atau bercerai hidup wajib ber-iddah sampai melahirkan kandungannya.
Dengan demikian, antara dua ayat tersebut bila dilihat sepintas lalu terdapat pertentangan mengenai iddah wanita hamil yang
ditinggal mati suami. Namun perbedaan itu seperti yang dikemukakan oleh Abdul Karim Zaidan, dapat dikompromikan
sehingga kedua ayat tersebut dapat difungsikan. Kedua ayat tersebut bila dikompromikan, maka kesimpulan yang diambil
adalah bahwa iddah perempuan hamil yang kematian suami adalah masa terpanjang dari dua bentuk iddah, yaitu sampai
melahirkan atau sampai empat bulan sepuluh hari. Artinya, jika perempuan itu melahirkan sebelum sampai empat bulan
sepuluh hari sejak suaminya meninggal, maka iddahnya menunggu empat bulan sepuluh hari, dan jika sampai empat bulan
sepuluh hari perempuan itu belum juga melahirkan, maka iddahnya sampai ia melahirkan kandungannya

Contoh cara penyelesaian ta’arudh dengan metode al-nasakh

Surah Al-Baqarah (2): 180 menegaskan:

‫ُكِتَب َعَلْي ْمُك َذ ا َحَرَض َأَح َد ُمُك اْلَمْو ُت ن َتَر َك َخ ًرْي ا اْلَو ِص َّيُة ِلْلَو اَدِل ْيِن َو اَأْلْقَر ِبَنْي اِب ْلَم ْع ُر ْو ِف َح ّقًا َعىَل اْلُم َّتِقَنْي‬
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) ‫ ِإ‬maut, jika ia meninggalkan ‫ ِإ‬harta yang banyak, berwasiat
untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.”
THANKS

Anda mungkin juga menyukai