Jl. Raya Klp. Dua Wetan No.1C, RT.7/RW.1, Klp. Dua Wetan, Kec. Ciracas, Kota Jakarta
Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13730 Link: https://iprija.ac.id/
Ta’arud Dalil
(ta’arud argument)
Yuliana
Institut Pembina Rohani Islam
Jakarta E-mail: y72743414@gmail.com
Abstract. This article explains what is meant by ta'arud dalil. Therefore, this article will talk
about the meaning of ta'arud dalil, its elements, types, ways to solve them and examples of
their solutions. Some of the writings in this article will be supported by verses from the Koran
and Hadith.
Abstrak. Artikel ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan ta’arud dalil.Oleh karena itu,
artikel ini akan berbicara tentang pengertian ta’arud dalil,unsur-unsurnya,jenis-jenisnya,cara
penyelesaiannya serta contoh prnylesaiannya. Beberapa tulisan dalam artikel ini akan didukung
oleh ayat-ayat Al-Quran dan Hadits.
A. Pendahuluan
A. Pembahasan
َهللاُ الَّ ِذيْ َج َع َل لَ ُك ُم اَأل ْن َعا َم لِتَرْ َكبُوْ ا ِم ْنهَا تَْأ ُكلُوْ ن
Institut Pembina Rohani Islam Jakarta
Mei-2023
Taarud Dalil
IPRIJA 2023
َنِ ْينt ِع ِسtت تِ ْس ِّ tلَّ َم لِ َسt ِه َو َسtلَّى هللاُ َعلَ ْيtص
ُ ابِ ْنttَنِ ْينَ َوبَنِ َى بِى َواَنtت ِس ْ ََوع َْن عَاىِ َسةَ قَال
َ ِ تَ َز َّو َجنِ ْى َرسُوْ ُل هللا: ت
)(رواه مسلم وعن عاىسة
Dari Aisyah beliau berkata: Rasulullah mengawini saya ketika saya berumur
enam tahun dan mengumpuliku ketika saya sebagai gadis yang telah berumur
sembila tahun. (HR. Muslim dari Aisyah)
Berdasakan hadits di atas, dapat diambil sebuah hukum kebolehan
mengawinkan orang tua terhadap anaknya yang belum dewasa tanpa izin
yangbersangkutan yang masih di bawah umur, demikian pendapat Hanafiyah.
Sedangkan ulama Syafi’iyah menganggap karena kegadisannya.
4. Tasaqut, jika cara ketiga (nasakh) juga tidak dapat dilakukan, maka
jalan keluarnya adalah tidak menggunakan dua dalil itu dan mujtahid dapat
mengguanakan dalil yang lebih rendah kualitasnya.
sampai empat bulan sepuluh hari perempuan itu belum juga melahirkan,
maka iddahnya sampai ia melahirkan kandungannya.
2. Contoh cara penyelesaian ta’arudh dengan metode al-nasakh
Surah Al-Baqarah (2): 180 menegaskan:
ا ً َعلَى-ّف َحق َ ن َواَأْل ْق-ِ َد ْي-ِيَّةُ لِ ْل َوال-ص
ِ ا ْل َم ْع ُر ْو--ِن ب-َ ربِ ْي- َ ض َر َأ َح َد ُك ُم ا ْل َم ْوتُ ِإن ت
ِ ًرا ا ْل َو-ركَ َخ ْي-َ َ ب َعلَ ْي ُك ْم ِإ َذا َح
َ ُِكت
َا ْل ُمتَّقِيْن
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (Ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.”
Ayat tersebut di nasakh oleh hadits Rasulullah saw.:
ا َم َح َّج ِة-- ِه َع-ِو ُل فِي ُخ ْطبَت- ْ -ُلَّ َم يَق-س
َ ه َو-ِ -لَّى هللاُ َعلَ ْي-ص
َ ِ ْو ُل هللا-س َ : ا َل--َا ِهلِ ِّي ق--َعَنْ َأبِي ُأ َما َمةَ ا ْلب
ُ ِم ْعتُ َر-س
ٍ صيَّةَ لِ َوا ِر
ث ِ ق َحقَّهُ فَاَل َو ٍّ َاع ِإنَ هللاَ قَ ْد َأ ْعطَى لِ ُك ِّل ِذي َح
ِ ا ْل َود
“Dari Abu Umamah al-Bahili ia berkata, aku mendengar Rasulullah
saw. bersabda ketika khutbah haji wada’ “Sesungguhnya Allah telah
memberikan hak kepada setiap orang yang berhak, maka tidak ada
wasiat kepada ahli waris.” (HR. Tirmidzi)
3. Contoh cara penyelesaian ta’arudh dengan metode tarjih
Hadits Rasulullah saw. berikut:
ُص ْو َم لَه ْ َكانَ َأبُو ُه َر ْي َرةَ يَقُ ْو ُل َمنْ َأ: ب قَا َل
َ فَاَل-صبَ َح ُجنُبًا ٍ عَنْ َع ْب ِد ال َّر ْح َم ِن ْب ِن َعتَّا
“Dari Abdurrahman bin ‘Auf ia berkata, Adalah Abu Hurairah berkata
“Barangsiapa yang junub sapai tiba waktu subuh, maka tidaklah ada
puasa baginya,”(HR. Ahmad)
Sementara Aisyah meriwayatkan hadits:
ِه-لَّى هللاُ َعلَ ْي-ص ُ انَ َر--ا َك--َا قَالَت--سلَّ َم َأنَّ ُه َم
َ ِ ْو ُل هللا-س َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ شةَ َوُأ ِّم
َ سلَ َمةَ َز ْو َج ِى النَّبِ ِّى َ ِعَنْ عَاى
ص ْو ُم ُ
ُ َضانَ ث َّم ي َ احتِاَل ٍم فِى َر َم َ
ْ اع غ ْي ِر ٍ صبِ ُح ُجنُبًا ِمنْ ِج َم ْ ُسلَّ َم ي
َ و.
َ
“Dari Aisyah dan Ummu Salamah istri Nabi Saw. bahwa keduanya
berkata “Rasulullah Saw. masih dalam keadaan junub, bukan karena
mimpi pada bulan Ramadhan, kemudian beliau berpuasa.” (HR.
Malik)
Kesimpulan
Ta’arudl al-Adillaah dapat diartikan sebagai perlawanan antara kandungan
salah satu dari dua dalil yang sama derajatnya dengan kandungan dalil yang
lain yang mana salah satu diantara dua dalil tersebut menafikan hukum yang
ditunjuk oleh dalil yang lainnya. Ta’arudhul Adillah terjadi hika terdapat unsur-
unsur. Adapun cara penyelesaian yang dapat dilakukan terdapat dua pendapat,
yakni, menurut Hanafiyah yaitu nasakh, tarjih, al-jam’u wa al-taufiq, dan
tasaqut. Sedangkan menurut Syafiiyah yaitu al-jam’u wa al-taufiq, tarjih,
nasakh, dan tasaqut
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Mardani. Ushul Fiqh. Jakarta: Rajawali Pers. 2013. Hlm 391
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia. 2008. Hlm
209-210
Dr. Mardani. Ushul Fiqh. Jakarta: Rajawali Pers. 2013. Hlm 392
Drs. Totok Jumantoro, M.A., dkk. Kamus Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah. 2009.
Hlm 313-314
Drs. Sapiudin Shidiq, M.A. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. 2011. Hlm 234-236
Satria Efendi M. Zein, op. Cit., hlm. 240.
Dr. Mardani. Ushul Fiqh. Jakarta: Rajawali Pers. 2013. Hlm 394-396