Anda di halaman 1dari 16

GIZI BALITA

YESSI MARLINA, S.GZ, MPH, DIETISIEN


PENGERTIAN BALITA

• anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di
bawah lima tahun.
• Masa ini dikelompokkan dalam 2 kelompok besar yaitu anak usia 1−3 tahun (batita) dan anak prasekolah
(3−5 tahun).
• usia 1–3 tahun (batita)  kelompok pasif dimana anak masih tergantung penuh kepada orang tua atau
orang lain yang mengasuhnya untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
• >3 tahun  konsumen aktif dimana ketergantungan terhadap orang tua atau pengasuhnya mulai
berkurang dan berganti pada keinginannya untuk melakukan banyak hal seperti mandi dan makan sendiri
meskipun masih dalam keterbatasan.
MASAL AH GIZI
PADA BALITA
KEP

• keadaan dimana rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
• Anak disebut KEP JIKA BB <80% indeks berat badan menurut usia (BB/U) baku WHO-NCHS.
• KEP atau Protein Energy Malnutrition dapat diartikan sebagai salah satu penyakit gangguan gizi yang
penting dimana pada penyakit KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh
kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam. Kurangnya zat gizi makro
(Energi dan Protein) pada balita bisa menyebabkan KEP.
• Penyebab  PENYAKIT INFEKSI DAN ASUPAN MAKANAN
OBESITAS

• TERJADI jika jumlah asupan lebih besar dibandingkan energi yang dikeluarkan.
Dampak obesitas pada anak:
• Berisiko terkena penyakit kardiovaskuler  hiperlipidemia, hipertensi, hyperinsulinemia, gangguan
pernafasan, dan komplikasi ortopedik (tulang)
• kesulitan- kesulitan dalam psikososial, seperti diskriminasi dari teman-teman, self-image negative,
depresi, dan penurunan sosialisasi
OBESITAS

Upaya orangtua untuk mengendalikan kejadian obesitas:


1. Menerapkan pola makan gizi seimbang pada anak
2. Anjurkan anak untuk mengkonsumsi sayuran
3. Mengurangi asupan berlemak
4. memberikan cemilan yang sehat seperti buah-buahan.
5. Mengurangi pemberian konsumsi makanan dan minuman bergula tinggi
6. Libatkan anak pada aktivitas yang mengeluarkan energi, dll
KURANG VITAMIN A

Manfaat Vitamin A:
• untuk kesehatan mata
• meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit seperti campak, diare, dan penyakit infeksi
lainnya.
Defisiensi Vitamin A  xeropthalmia
• Xeropthalmia adalah kelainan pada mata akibat kurang vitamin A, berupa kekeringan pada selaput lendir
(konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
• Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada anak-anak usia 2 – 3 tahun.
• Jumlah konsumsi vitamin A yang dianjurkan berdasarkan AKG per hari 400 ug retinol untuk anak-anak
dan dewasa 500 ug retinol.
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN
YODIUM
Defisiensi yodium:
• pembesaran kelenjar gondok
• gangguan fungsi mental dan perkembangan fisik
• Gangguan pada kecerdasan anak.
ANEMIA ZAT BESI

• Anemia adalah keadaan dimana hemoglobin darah kurang daripada normal disebabkan karena
kurangnya mineral (Fe) sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (sel darah merah).
• Anemia pada anak disebabkan kebutuhan Fe yang meningkat akibat pertumbuhan si anak yang pesat
dan infeksi akut berulang.
• Gejala  anak tampak lemas, mudah lelah, dan pucat, kemampuan mengingat dan memusatkan
perhatian lebih rendah dibandingkan dengan anak yang cukup asupan zat besinya.
• Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatic) sehingga anemia pada balita
sukar untuk dideteksi.
• Untuk meningkatkan penyerapan zat besi oleh tubuh, kombinasikan bahan makanan sumber zat besi
dengan vitamin C
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ASUPAN MAKAN BALITA
• Lingkungan dan keluarga
• Media masa baik elektronik maupun cetak
• Teman sebaya
• kondisi kesehatan dan penyakit
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STATUS GIZI BALITA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA:
1) Faktor risiko yang bersumber dari masyarakat  struktur politik , kebijakan pemerintah; ketersediaan
pangan, prevalensi berbagai penyakit, pelayanan kesehatan, tingkat sosial ekonomi serta pendidikan
dan iklim
2) Faktor risiko yang bersumber pada keluarga  tingkat pendidikan status pekerjaan penghasilan,
keadaan rumah, besarnya keluarga dan karakteristik khusus setiap keluarga
3) Faktor risiko yang bersumber pada individu anak  Usia ibu, jarak lahir terhadap kakak, berat lahir, laju
pertumbuhan,pemanfaatan ASI, imunitas, dan penyakit infeksi
KEBUTUHAN ENERGI DAN ZAT GIZI
BALITA

• Konsumsi garam tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1
gram
• Hindari makanan yang terlalu berminyak, junk food, dan makanan berpengawet
• Gunakan bahan makanan segar
• perhatikan kandungan garamnya dan zat lain serta tanggal penggunaan pada makanan kemasan
PRINSIP PEMBERIAN MAKANAN
BALITA
• Terapkan jadwal makan anak  makan utama dan snack
• Lama waktu makan maksimum 30 menit. Ketika anak sudah mulai tidak lagi focus dengan makanannya hentikan
pemberian makan.
• Diantara waktu makan anak hanya boleh mengonsumsi air putih dan jangan terlalu banyak.
• Lingkungan diusahakan bersifat netral, tidak ada paksaan atau hukuman pada si anak meskipun anak hanya
makan 1-2 suap saja.
• jangan memberikan makanan sebagai hadiah pada anak
• Biasakan anak makan di meja makan, tidak sambil bermain ataupun menonton televisi.
• Seorang ibu atau pengasuh harus mampu menciptakan pola makan yang baik untuk si anak, sehingga anak
dapat belajar pola makan yang baik serta memilih makanan yang sehat melalui teladan orang tua dan
keterlibatannya dalam aktifitas makan.
ISI PIRINGKU BALITA
MENU SEIMBANG BALITA
1.ASI masih diberikan sampai usia 2 tahun.
2.Makanan diberikan dalam bentuk biasa
3.Makanan harus mengandung energi (35%), protein (1/3 dari protein hewani)
(35%), vitamin dan mineral lebih banyak berupa sayuran dan buah (30%)
5.Makanan selingan/snack diberikan dengan porsi sedang supaya tidak
menggangu makanan utama.
6.Jumlah cairan yang diberikan cukup
PENYUSUNAN MENU BALITA
1. Kombinasi rasa yaitu asin, manis, asam, pedas jika disukai.
2. Kombinasi warna hidangan yaitu warna merah, hijau, cokelat, kuning dan sebagainya.
3. Variasi bentuk potongan yaitu persegi, panjang, tipis, bulat dan sebagainya.
4. Variasi kering atau berkuah karena ada jenis hidangan berkuah banyak seperti sup,sayur asam maupun
yang sedikit kuah seperti, tumis sayur, sambal goreng serta yang kering seperti ikan goreng, kering
tempe.
5. Variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang diolah dengan teknik pengolahan digoreng, direbus,
disetup dan lain-lain sehingga memberikan penampilan, tekstur dan rasa berbeda pada pada hidangan
tersebut.
6. Suhu makanan yang diberikan tidak boleh terlalu panas ataupun terlalu dingin.

Anda mungkin juga menyukai