Laporan Keuangan: suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas
Tujuan Laporan Keuangan: Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.
Informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan:
Penghasilan Kontribus
Aset Liabilitas Ekuitas Arus Kas
& Beban i Pemilik
LAPORAN KEUANGAN LENGKAP
(PAR. 10 PSAK 201)
Laporan Posisi
Informasi Komparatif Keuangan, ketika
Catatan atas Laporan
mengenai Periode entitas menerapkan
Keuangan (CALK)
Terdekat kebijakan akuntansi
Retrospektif
KARAKTERISTIK UMUM PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN
(PAR. 15-46 PSAK 201)
Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK Indonesia
• Representasi tepat atas dampak dari transaksi, peristiwa, kondisi sesuai dengan
Wajar definisi dan kriteria pengakuan asset, liabilitas, penghasilan & beban yang diatur
dalam Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan
• Entitas membuat pernyataan secara eksplisit tentang kepatuhan terhadap SAK
Patuh
Indonesia dalam CALK
a. Informasi komparatif minimum: Entitas menyajikan informasi komparatif terkait dengan periode
terdekat sebelumnya
b. Informasi komparatif tambahan
c. Perubahan dalam kebijakan akuntansi, penyajian kembali, retrospektif atau reklasifikasi
Konsistensi Penyajian: Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode dilakukan
secara konsisten kecuali apabila terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau kajian
ulang atas laporan keuangan
STRUKTUR DAN ISI LAPORAN KEUANGAN
IDENTIFIKASI LAPORAN KEUANGAN
Entitas mengidentifikasi secara jelas setiap laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Sebagai
tambahan, entitas menyajikan informasi berikut ini:
Nama entitas pelapor atau identias lain, dan setiap perubahan atas informasi tersebut dari akhir periode
pelaporan terdekat sebelumnya
Apakah laporan keuangan merupakan laporan keuangan satu entitas atau suatu kelompok entitas
Tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan/CaLK
Mata uang penyajian
Level pembulatan yang digunakan pada penyajian jumlah dalam laporan keuangan
KOMPONEN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN
ENTITAS BERORIENTASI
LABA
a. Pendapatan Operasional
b. Beban Operasional dan Non Operasional
c. Beban dan penghasilan lain-lain
d. Beban pajak penghasilan
Informasi yang disajikan dalam penghasilan komprehensif lain:
Prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan
Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa, atau kondisi lain, kebijakan akuntansi
yang diterapkan untuk pos tersebut juga menggunakan PSAK tersebut.
Dalam hal tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lain, maka
manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi
yang menghasilkan informasi yang relevan dan andal.
KEBIJAKAN AKUNTANSI
(PAR. 07-31)
Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Dalam membuat pertimbangan untuk menerapkan kebijakan akuntansi, manajemen mengacu sumber-sumber
berikut:
a. Persyaratan dalam SAK Indonesia yang berhubungan dengan masalah serupa dan terkait
b. Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk asset, liabilitas, penghasilan dan beban dalam
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan
c. Mempertimbangkan standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lain
yang menggunakan kerangka dasar yang sama
KEBIJAKAN AKUNTANSI
(PAR. 07-31)
Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain
yang serupa, kecuali suatu PSAK secara spesifik mengatur atau mengizinkan pengelompokkan pos-pos dengan
kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal yang tepat. Jika suatu PSAK mengatur atau mengizinkan
pengelompokkan tersebut, maka kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan secara konsisten untuk
setiap kelompok.
Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:
1. Dipersyaratkan oleh suatu PSAK
2. Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih relevan tentang dampak
transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas.
KEBIJAKAN AKUNTANSI
(PAR. 07-31)
Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Definisi
Estimasi akuntansi adalah jumlah moneter dalam laporan keuangan yang dipengaruhi oleh ketidakpastian
pengukuran
Mengembangkan estimasi akuntansi melibatkan penggunaan pertimbangan/asumsi berdasarkan informasi
terkini yang tersedia dan andal. Contoh estimasi akuntansi:
a. Penyisihan kerugian atas kerugian kredit ekspektasian (PSAK 109: Instrumen Keuangan)
b. Nilai realisasi neto dari item persediaan (PSAK 202: Persediaan)
c. Nilai wajar asset atau liabilitas (PSAK 113: Pengukuran Nilai Wajar)
d. Beban depresiasi asset tetap (PSAK 216: Aset Tetap)
e. Provisi untuk kewajiban garansi (PSAK 237: Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi)
ESTIMASI AKUNTANSI
(PAR. 32-40)
Dampak perubahan estimasi akuntansi, diakui secara prospektif dalam laba rugi pada:
a. Periode perubahan: jika dampak perubahan hanya pada periode itu
b. Periode perubahan dan periode mendatang
Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau terkait dengan suatu
pos ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat pos aset,
liabilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
KOREKSI KESALAHAN
(PAR. 41-53)
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian, atau pengungkapan unsur-unsur laporan
keuangan.
Laporan keuangan yang tidak sesuai dengan SAK Indonesia jika mengandung
Entitas mengoreksi kesalahan material periode sebelumnya secara retrospektif pada laporan keuangan
lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan dengan:
a) Menyajikan Kembali jumlah komparatif untuk periode sebelumnya yang disajikan Dimana kesalahan
terjadi; atau
b) Jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal, maka menyajikan Kembali saldo awal asset,
liabilitas, dan ekuitas untuk periode sajian paling awal sebelumnya
KOREKSI KESALAHAN
(PAR. 41-53)
Tujuan:
1. Akuntansi untuk transaksi mata uang asing, selain beberapa transaksi derivative yang diatur di PSAK
109
2. Penjabaran hasil dan posisi keuangan kegiatan usaha luar negeri
3. Penjabaran hasil dan posisi keuangan ke suatu mata uang pelaporan
Tidak berlaku untuk:
4. Transaksi deviratif valuta asing, sudah diatur di PSAK 109
5. Akuntansi lindung nilai atas valuta asing
6. Penyajian laporan arus kas untuk arus kas yang timbul dari transaksi valuta asing atau penjabaran
arus kas dari kegiatan usaha luar negeri
Definisi
1. Mata Uang
a) Yang Paling mempengaruhi harga barang dan jasa
b) Dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya Sebagian besar menentuka harga jual barang dan
jasa
2. Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, biaya lain dari pengadaan barang
dan jasa
Faktor-Faktor yang juga dapat memberikan bukti mengenai mata uang fungsional:
1. Mata uang yang mana dana dan aktivitas pendanaan (Antara lain penerbitan instrumen utang dan
instrument ekuitas) dihasilkan
2. Mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan
Pelaporan Transaksi Valuta Asing Kedalam Mata Uang Fungsional
1. Pengakuan Awal
Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang fungsional
Jumlah valuta asing dihitung kedalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara mata uang fungsional dan
valuta asing pada tanggal transaksi
2. Pelaporan pada akhir periode laporan berikutnya
a) Pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup
b) Pos moneter yang diukur dalam biaya hsitoris dalam valuta asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal
transaksi, dan
c) Pos moneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal
Ketika nilai wajar diukur
PENGAKUAN SELISIH KURS
Moneter:
1. Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses penjabaran pos moneter pada kurs
yang berbeda dari kurs pada saat moneter tersebut dijabarkan, pada pengakuan awal selama periode atau
pada periode laporan keuangan sebelumnya, diakui dalam laba rugi pada periode saat terjadinya
2. Jika transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi yang sama dengan terjadinya transaksi, maka seluruh
selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Akan tetapi, ketika transaksi diselesaikan pada periode akuntansi
berikutnya, maka selisih kurs yang diakui dalam setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian ditentukan
dengan perubahan kurs selama masin-masing periode
Non moneter
Jika keuntungan dan kerugian pos nonmoneter diakui dalam penghasilan komprehensif lain, maka setiap
komponen kurs dari keuntungan atau kerugian tersebut diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Sebaliknya,
jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam laba rugi, maka setiap komponen kurs dari
keuntungan atau kerugian tersebut diakui dalam laba rugi
PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan:
Jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs yang timbul pada instrument
keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi sesuai dengan PSAK Instrumen keuangan:
pengakuan dan Pengukuran
Selisih kurs neto yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan diakumulasikan dalam komponen
ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.
Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta tersebut dinyatakan Bersama
dengan pengungkapan tentang mata uang fugsional dan alasan untuk menggunakan mata uang penyajian
yang berbeda
Jika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional entitas pelapor maupun kegiatan usaha luar negeri yang
signifikan, maka fakta dan alasan perubahan dalam mata uang fungsional tersebut diungkapkan
Jika entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda dari mata uang fungsionalnya,
maka entitas mendeskripsikan bahwa laporan keuangan telah patuh pada SAK
PENGUNGKAPAN PIHAK BERELASI
DASAR KETENTUAN: PSAK 224 – PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK BERELASI
PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK YANG BERELASI-
PSAK 224
Tujuan
Tujuan dari penyataan ini adalah memastkan bahwa laporan keuangan entitas berisi pengungkapan yang
diperlukan untuk dijadikan perhatian terhadap kemungkinan bahwa posisi keuangan dan laba rugi telah
dipengaruhi oleh keberadaan pihak-pihak yang berelasi dan oleh transaksi dan saldo, termasuk komitmen,
dengan pihak-pihak tersebut
Ruang Lingkup
a) Hubungan dengan pihak-pihak yang berelasi merupakan suatu karakteristik normal dari pedagangan
dan bisnis
b) Suatu hubungan dengan pihak-pihak yang berelasi dapat berpengaruh terhadap laba rugi dan posisi
keuangan entitas. Pihak-pihak berelasi dapat menyepakati transaksi Dimana pihak-pihak yang tidak
berelasi tidak dapat melakukannya
c) Laba rugi dan posisi keuangan entitas dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak berelasi bahkan jika
transaksi dengan pihak-pihak berelasi tidak terjadi sekalipun. Hanya dengan keberadaan relasi itu
saja, mungkin sudah cukup untuk mempengaruhi transaksi dengan pihak lain
Definisi
Berikut contoh transaksi yang diungkapkan jika dilakukan dengan pihak berelasi:
a) Pembelian atau penjualan barang
b) Pembelian atau penjualan property dan asset lain
c) Penyediaan atau penerimaan jasa
d) Sewa
e) Pengalihan riset dan pengembangan
Entitas yang berelasi dengan pemerintah
Entitas pelapor dikecualikan dari persyaratan pengungkapan atas transaksi dengan pihak-pihak berelasi
dan saldo, termasuk komitmen pemerintah yang memiliki pengendalian, atau pengendalian Bersama
Jika entitas pelapor menerapkan pengecualian, maka entitas mengungkapkan mengenai transaksi dan
saldo terkat
LABA PER SAHAM
DASAR KETENTUAN: PSAK 233 – LABA PER SAHAM
LABA PER SAHAM (EPS)
adalah salah satu metrik keuangan yang mengukur bagian dari laba perusahaan yang dapat
diatribusikan kepada setiap saham yang beredar. Untuk menghitung laba per saham, laba
bersih perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
TUJUA
N
Tujuan pernyataan ini adalah untuk menetapkan prinsip penentuan dan penyajian laba per
saham, sehingga meningkatkan daya banding kinerja antar entitas yang berbeda pada periode
pelaporan yang sama, dan antar periode pelaporan berbeda untuk entitas yang sama. Fokus
pernyataan ini pada penyebut yang digunakan dalam penghitungan laba per saham.
RUANG LINGKUP
- memiliki saham biasa atau instrumen berpotensi saham biasa yang di perdagangkan dipasar publik ( bursa saham
domestik atau luar negeri, atau over-the counter, termasuk pasar modal lokal dan regional) atau
- telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran pada regulator
pasar modal atau regulator lainnya untuk tujuan penerbitan saham di pasar publik dan
b) Laporan keuangan konsolidasian suatu kelompok usaha dengan entitas induk yang :
- memiliki saham biasa atau instrumen berpotensi saham biasa yang diperdagangkan di pasar publik ( bursa saham
domestik atau luar negeri, atau over-the counter, termasuk pasar modal lokal dan regional) atau
- telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran pada regulator
pasar modal atau regulator lainnya untuk tujuan penerbitan saham di pasar publik.
Entitas yang mengungkapkan laba per saham menghitung dan mengungkapkan laba per saham
sesuai dengan pernyataan ini.
Jika entitas menyajikan laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri yang
disusun sesuai dengan PSAK 110 : Laporan Keuangan konsolidasian dan PSAK 227 : Laporan
Keuangan Tersendiri , maka pengungkapan yang disyaratkan oleh pernyataan ini disajikan hanya
berdasarkan informasi konsolidasian.
Jika entitas menyajikan pos laba rugi dalam laporan terpisah sebagaimana dijelaskan dalam PSAK
201 : Penyajian Laporan Keuangan paragraf 10A, maka entitas menyajikan laba per saham hanya
dalam laporan laba rugi tersendiri tersebut.
Saham biasa berhak mendapat bagian laba dalam suatu periode hanya jika saham jenis lain, seperti
saham preferen, telah mendapat bagian laba.
a) Liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas, termasuk saham preferen, yang dapat
dikonversikan menjadi saham biasa ;
c) Saham yang akan diterbitkan berdasarkan pada pemenuhan ketentuan akibat adanya
perjanjian kontraktual, seperti pembelian suatu bisnis atau aset lain.
PENGUKURAN
Laba Per Saham Dasar
• Entitas menghitung jumlah laba per saham dasar atas laba rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang
saham biasa entitas induk dan jika disajikan, laba rugi dari operasi yang dilanjutkan yang dapat
diatribusikan kepada pemegang saham biasa tersebut.
• Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang
saham biasa entitas induk (pembilang) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar
(penyebut) dalam suatu periode.
• Tujuan informasi laba per saham dasar adalah menyediakan ukuran mengenai setiap saham biasa entitas
induk atas kinerja entitas selama periode pelaporan
Laba per saham sering digunakan oleh investor dan analis keuangan untuk mengevaluasi
kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan perusahaan lain di industri yang sama.
EPS yang lebih tinggi biasanya dianggap lebih baik, karena menunjukkan bahwa perusahaan
dapat menghasilkan laba yang lebih besar untuk setiap saham yang dimiliki oleh pemegang
saham.
Untuk tujuan penghitungan laba per saham dilusian, entitas mengasumsikan pelaksanaan opsi
dan waran yang bersifat dilutif. Perbedaan antara jumlah saham biasa yang diterbitkan dan
jumlah saham biasa yang akan diterbitkan pada harga pasar rata-rata saham biasa selama
periode tersebut dianggap sebagai penerbitan saham biasa tanpa imbalan.
Opsi dan waran bersifat dilutif jika instrumen tersebut berakibat pada diterbitkannya
saham biasa pada tingkat harga yang lebih rendah daripada harga pasar rata-rata saham
biasa selama periode. Opsi dan waran memiliki dampak dilutif hanya jika harga pasar
rata-rata saham biasa selama periode tersebut melebihi harga eksekusi opsi atau waran
tersebut.
CONTOH ILUSTRATIF
Contoh 1: Saham Preferen dengan tingkat imbal hasil yang meningkat
• Entitas D menerbitkan saham preferen kumulatif kelas A yang tidak dapat dikonversi, tidak dapat ditarik kembali,
dengan nilai par Rp.100 pada 1 Januari 20x1. Saham preferen kelas A berhak atas deviden tahunan kumulatif Rp7 per
lembar dimulai pada 20x4.
• Pada saat penerbitan, tingkat imbal hasil pasar deviden atas saham preferen kelas A adalah 7% per tahun. Sehingga
entitas D memperkirakan menerima sekitar Rp 100 per saham preferen kelas A jika tingkat deviden Rp 7 per saham
pada saat tanggal penerbitan.
• Dengan mempertimbangkan syarat pembayaran deviden di atas, saham preferen kelas A diterbitkan pada Rp 81,63 per
saham, yaitu pada diskonto Rp 18,73 per saham. Harga penerbitan dapat dihitung dengan menggunakan nilai sekarang
dari Rp 100, tingkat diskonto 7% selama periode tiga tahun
• Disebabkan saham tersebut dikelompokan sebagai ekuitas, diskonto penerbitan awal tersebut
diamortisasi ke saldo laba menggunakan metode tingkat bunga efektif dan diperlakukan sebagai
deviden preferen untuk tujuan laba per saham. Untuk menghitung laba per saham dasar, deviden
per saham preferen kelas A dikurangkan untuk menentukan laba atau rugi yang dapat diatribusikan
kepada pemegang ekuitas entitas induk :
1 Januari 31 Desember
Rp Rp Rp Rp
20x1 81,63 5,71 87,34 -
20x2 87,34 6,12 93,46 -
20x3 93,46 6,54 100,00 -
selanjutnya 100,00 7,00 107,00 (-7,00)
(a) Laba tidak meningkat karena jumlah total saham meningkat hanya sebesar jumlah
saham
(25.000) yang dianggap telah diterbitkan tanpa imbalan ( PSAK 233 paragraf 46(b))
PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN
(SUBSEQUENT EVENT)
DASAR KETENTUAN: PSAK 210 – PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN
PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN
Definisi
Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode pelaporan dan tanggal laporan keuangan
diotorisasi untuk terbit, baik peristiwa yang menguntungkan mupun tidak. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
a) Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode pelaporan (peristiwa penyesuaian setelah periode
pelaporan) dan
b) Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan (peristiwa nonpenyesuai setelah periode
pelaporan)
Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit adalah tanggal lebih awal antara tanggal manajemen telah memberikan asersi
bahwa laporan keuangan telah diseleseikan dan tanggal manajemen menyatakan bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.
PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN
Tujuan
Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi untuk, dan pengungkapan atas peristiwa setelah periode
pelaporan.
Dalam beberapa kasus, entitas diminta untuk menyerahkan laporan keuangan kepada pemegang saham
untuk disetujui setelah laporan keuangan diterbitkan. Dalam kasus tersebut, tanggal laporan keuangan
diotorisasi untuk terbit adalah tanggal penerbitan laporan keuangan, bukan tanggal persetujuan laporan
keuangan oleh pemegang saham.
CONTOH:
Manajemen menyelesaikan draf laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20x1 pada 28
Februari 20x2. pada 18 Maret 20x0, dewan direksi mengkaji ulang dan mengotorisasinya untuk terbit.
Entitas mengumumkan laba dan informasi keuangan lain pada 19 Maret 20x2. laporan keuangan telah
tersedia untuk pemegang saham dan pihak lain pada 1 April 20x2. para pemegang menyetujui laporan
keuangan dalam rapat tahunan pada 15 Mei 20x2 dan laporan keuangan yang telah disetujui tersebut
kemudian disampaikan kepada regulator pada 17 Mei 20x2.
Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit adalah 18 Maret 20x2, yaitu tanggal otorisasi
penerbitan oleh dewan direksi
Pengakuan dan Pengukuran
Entitas menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk mencerminkan peristiwa
penyesuai setelah periode pelaporan.
Berikut ini adalah contoh peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan yang mensyaratkan entitas untuk
melakukan penyesuai jumlah yang diakui dalam laporan keungannya, atau pengakuan dampak peristiwa
yang sebelumnya tidak diakui :
• Penyelesaian kasus pengadilan setelah periode pelaporan yang memutuskan bahwa entitas memiliki
kewajiban kini pada akhir periode pelaporan
• Penerimaan informasi setelah periode pelaporan yang mengindikasikan adanya
penurunan nilai aset pada akhir periode pelaporan, atau perlunya penyesuaian atas
jumlah yang sebelumnya telah diakui sebagai rugi sebagai penurunan nilai aset.
• Penentuan setelah periode pelaporan atas biaya perolehan aset yang dibeli, atau hasil
penjualan aset yang dijual sebelum akhir periode pelaporan.
• Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan
tidak benar.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM
DASAR KETENTUAN: PSAK 234 – LAPORAN KEUANGAN INTERIM
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM
Definisi
Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang berisi laporan keuangan lengkap (seperti
yang dideskripsikan di PSAK 201 : Penyajian laporan keuangan) atau laporan keuangan ringkas (seperti
yang deskripsikan di pernyataan ini) untuk suatu periode interim.
Periode interim adalah suatu periode pelaporan keuangan yang lebih pendek daripada satu tahun buku
penuh.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM
Tujuan
Tujuan pernyataan ini adalah menentukan isi minimun laporan keuangan interim serta prinsip pengakuan
dan pengukuran dalam laporan keuangan lengkap atau ringkas untuk periode interim. Pelaporan keuangan
interim yang tepat waktu dan andal meningkatkan kemampuan investor, kreditor, dan pihak lain untuk
memahami kapasitas entitas menghasilkan laba dan arus kas serta keadaan dan likuiditas keuangannya.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM
Ruang lingkup
• Pernyataan ini tidak mengatur entitas mana yang disyaratkan untuk menerbitkan laporan keuangan
interim, seberapa sering, atau seberapa lama setelah akhir periode interim.
• Setiap laporan keuangan, baik tahunan atau interim, dievaluasi kepatuhannya terhadap SAK Indonesia
• Jika laporan keuangan interim dideskripsikan sesuai dengan SAK Indonesia, maka laporan keuangan
interim harus sesuai dengan seluruh persyaratan dalam pernyataan ini.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM
Isi laporan keuangan interim
• Jika entitas menerbitkan lapaoran keuangan ringkas dalam laporan keuangan interimnya, maka laporan keuangan ringkas tersebut
mencakup minimum setiap judul dan subjumlah yang termasuk dalam laporan keuangan tahunan terkini dan catatan penjelasan
tertentu sebagaiamana disyaratkan oleh pernyataan ini.
• Dalam laporan keuangan yang menyajikan komponen laba rugi untuk periode interim, entitas menyajikan laba per saham dasar
dan dilusian unruk periode interim tersebut jika entitas termasuk dalam lingkup PSAK 233 : laba per saham
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM
Contoh ilustratif
Pernyataan ini diterapkan untuk laporan keuangan, termasuk laporan keungan konsolidasian, dari setiap
entitas yang mata uang fungsionalnya adalah mata uang dari suatu ekonomi yang mengalami hiperinflasi.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN EKONOMI
HIPERINFLASI
Penyajian Kembali Laporan Keuangan
- Dalam ekonomi hiperinflasi, laporan keuangan baik yang disusun berdasarkan pendekatan biaya
historis maupun pendekatan biaya kini, hanya akan berguna jika dinyatakan dalam unit pengukuran
yang berlaku pada akhir periode pelaporan. Entitas tidak diizinkan menyajikan secara terpisah laporan
keuangan yang tidak disajikan kembali walaupun melampirkan informasi yang disyaratkan oleh
pernyataan ini.
- Keuntungan atau kerugian atas posisi moneter neto dimasukkan dalam laba rugi dan diungkapkan
secara terpisah.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN EKONOMI
HIPERINFLASI
Laporan Keuangan Biaya Historis
Pos-pos moneter tidak disajikan kembali karena sudah dinyatakan dalam unit moneter kini pada akhir
periode pelaporan. Pos-pos moneter adalah uang yang dimiliki dan item yang akan diterima atau dibayar
dalam bentuk uang.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN EKONOMI
HIPERINFLASI
Laporan Keuangan Biaya Historis
Laporan keuangan yang disajikan pada biaya kini tidak disajikan kembali karena sudah dinyatakan dalam
unit pengkuran kini pada akhir periode pelaporan. Pos lainnya dalam laporan posisi keuangan diasajikan
kembali.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN EKONOMI
HIPERINFLASI
Ekonomi Hiperinflasi Berakhir
Jika ekonomi berakhir dan entitas menghentikan penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai
dengan pernyataan ini, maka entitas memoerlakukan jumlah yang dinyatakan dalam unit pengukuran kini
pada akhir periode pelaporan sebelumnya sebagai dasar jumlah tercatat dalam laporan keuangan
selanjutnya.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN EKONOMI
HIPERINFLASI
Pengungkapan
Entitas Syariah menerapkan penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan SAK Indonesia. Entitas
yang dimaksud adalah entitas yang melaksanakan transaksi syariah sebagai kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang
dinyatakan dalam anggaran dasarnya.
Transaksi dalam Islam
Konsep Akad
Kontrak Jual Beli Kontrak Jual Beli Kontrak Jual Beli Al-Shirkah Al-Mudharabah
Barang vs Uang Jasa vs Uang Uang vs Uang Kemitraan Umum
87
NERACA LKS
88
PER 31 DES 200X
ASET KEWAJIBAN
EKUITAS
LAPORAN LABA RUGI
20XB 20XA
90
CONTOH LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN
91