Glaukoma KLP 5
Glaukoma KLP 5
GLAUKOMA
Kelompok 5
1. NIKITA MEIDIANI (PO7120322010)
2. YOLAN NAFISA (PO7120322005)
3. SITI THORIQUTUL. M (PO7120322015)
4. PERMATA SEFTYA (PO7120322021)
5. YOLA INGE (PO7120322025)
6. HEPPY FEBRIANTI (PO7120322030)
7. CIANZA (PO7120322040)
8. PINKAN NAUDIA (PO7120322035)
Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola
mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal
yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan
kebutaan (Sidarta Ilyas, 2017). Glaukoma merupakan
kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi
syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam penglihatan.
Etiologi
Penyebab glaukoma adalah peningkatan tekanan intraokular
(Velez- gomez and Vasquez-Trespalacios 2018). Penyebab
adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan
anatomi sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya,
trauma mata, dan predisposisi faktor genetik. Glaukoma sering
muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dari
sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma
antara lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus
dan pada orang kulit hitam.
Klasifikasi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan
lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya
sudut bilik mata
c. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf optik, sangat
penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna
papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat
dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar
Penatalaksanaan
Terapi obat yang digunakan yaitu :
1. Cefadroxil, antibiotic untuk mencegah infeksi dengan dosis 500 mg/12 jam
2. Ranitidin, untuk mengobati gejala yang berkaitan dengan produksi asam lambung berlebih
dengan dosis 150 mg/12 jam
3. Paracetamol, untuk meredahkan rasa nyeri dengan dosis 500 mg/8 jam
4. Methylprednisolone, untuk meredahkan nyeri dan peradangan pada mata dengan dosis 8
mg/8 jam
5. Polidemisin, untuk mengatasi radang mata yang beresiko mengalami infeksi bakteri dengan
dosis 1 tetes/ 4 jam
6. Ocufresh, untuk melumasi dan menyejukkan mata kering akibat kekurangan sekresi air mata
atau teriritasi karena kondisi lingkungan dengan dosis 1 tetes/4 jam.
pathway
Pengkajian Keperawatan
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan mata menjadi kabur serta nyeri diarea mata.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan matanya kabur dan sering menabrak, gangguan saat membaca.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah ada kelurga yang menglami penyakit glaucoma sudut terbuka primer.
f. Psikososial : kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh berkendaraan.
g. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan
atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam
- Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea
keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk
memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
- Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle didapat nilai 22-32
mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan
didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
Diagnosa keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus
menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012). Menurut Setiadi
(2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria
hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
KESIMPUL
AN
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan tekanan intra
okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkan kebutaan. Glaukoma
diklasifikasikan antara lain glaukoma primer, glaukoma sekunder, glaukoma kongenital
dan glaukoma absolut.
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya
disebabkan karena aliran aquos humor terhambat yang bisa meningkatkan TIO. Tanda
dan gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri, lapang pandang menurun, dll.
Komplikasi dari glaukoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan
pembedahan dan obat-obatan.
Terimakasih