Presentasi Asma
Presentasi Asma
Latar Belakang
Indonesia mencapai 14.624 jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan kurang
mengatakan bahwa, asma adalah penyebab kematian kedelapan dari data yg ada
& di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari 4,2% jadi 5,4%.
WHO memperkirakan di tahun 2005 terdapat 255 ribu penderita meninggal dunia
Hipoventilasi, gang.
pertukaran gas
Manifestasi Klinis
Gejala tambahan
diaphoresis
Gejala umum Takikardia
batuk dengan atau tanpa Asma yang disebabkan oleh
disertai produksi mukus latihan fisik, gejala maksimal
mengi ( pertama-tama
selama menjalani latihan fisik
pada ekspirasi, kemudian tidak terdapat gejala pada malam
bisa juga terjadi selama hari, muncul gambaran sensasi
inspirasi) seperti ’’tercekik’’ selama
terjadi pada malam hari
menjalani latihan fisik
atau pagi hari, Eksema
sesak dada dan dispnea, Ruam
diperlukan usaha untuk edema temporer merupakan reaksi
melakukan ekspirasi dan alerg yang biasanya menyertai
ekspirasi memanjang asma. ( Brunner & Suddarth, 2011
sianosis sentral sekunder
).
Penatalaksanaan
Pantau kondisi pasien selama 12-24 jam pertama atau sampai status
asmatikus terkendali. Tekanan darah dan irama jantung haru terus dipantau
selama fase akut dan sampai pasien kembali stabil dan berespon terhadap
terapi.
Kaji turgor kulit pasien untuk melihat tanda-tanda dehidrasi asupan cairan
sangat penting untuk mengatasi dehidrasi, mengencerkan dahak, dan
memudahkan pengeluaran dahak.
Berikan cairan intravena sesuai program, sampai 3 atau 4L/hari, jika tidak
dikontraindikasikan.
Anjukan pasien untuk beristirahat demi menghemat energy
Pastikan ruangan pasien tenang dan bebas iritan pernapasan ( misal, bunga,
asap, tembakau, parfum, atau bau ) bantal nonalergik harus digunakan.
Pengkajian Keperawatan
Riwayat
Sering diawali oleh infeksi saluran napas akut, terutama pada orang dewasa.
Iritan, stress emosi, keletihan, perubahan endokrin, variasi suhu dan
kelembapan, dan terpajan pada asap beracun yang mungkin memperparah
serangan asma intrinsik.
Serangan asma mungkin dimulai dengan awitan keparahan yang dramatis dan
simultan, gejala multiple, atau tersembunyi dan berbahaya, serta secara
bertahap berkembang menjadi gagal napas.
Terpajan pada alergen tertentu yang kemudian diikuti dengga dan awitan
mendadak dispnea dan mengi serta sesak di dada juga disertai dengan batuk
yang menghsilkan sputum kental, jernih atau kuning.
Temuan Pemeriksaan fisik
Dispnea yang nyata
Dapat berbicara hanya beberapa kata sebelum berhenti untuk bernapas
Penggunaan otot napas tambahan
Diaforesis
Prningkatan diameter anterposterior toraks hiperesonans pada
pemeriksaan fremitus
Ditemukan suara
Menginspiratori atau ekspiratori
Fase ekspiratori napas memanjang
Suara napas tidak ada.
Sianosis, konfusi, dan latergi yang mengindikasikan awitan status
asmatikus dan napas yang mengancam jiwa.
Pemeriksaan Diagnostik
Analisa gas darah arteri menunjukkan hipoksemia ( normal : PO 2 75-
100 mmHg)2
Kadar IgE serum meningkat karena reaksi alergi ( normal :<40
U/Ml)2
Hitung darah lengkap dengan diferensial menunjukkan peningkatan
hitung eosinofil ( normal: 1-3 % atau 100-300 mL) 2
Foto toraks dapat menunjukkan hiperinflasi di area atelektasis fokal.
Uji fungsi paru mungkin menunjukkan penurunan aliran puncak
adanya volume ekspirasi paksa dalam 1 detik, kapasitas vital menurun
atau rendah-normal, dan peningkatan kapasitas paru total dan
kapasitas residual.
Uji kulit mengindikasikan alergen spesifik
Bronchial challenge testing menunjukkan signifikansi klinis alergen
yang teridentifikasi oleh kulit.
Asuhan Keperawatan
Diagnosa 1
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan :
•Merokok/ perokok pasif
•Mukus berlebihan, sekresi tertahan, eksudat di dalam alveoli
•Penyakit paru obstruksi kronis
•Spasme jalan napas, jalan napas alergi
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas.
Hasil yang dicapai
Sistem Pernapasan : Patensi Jalan Napas
•Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan suara napas bersih atau
dibersihkan dan menunjukkan perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan
bersihan jalan napas
Manajemen Jalan Napas :
Independen
Auskultasi dan catat suara napas tambahan seperti mengi,crackles , atau ronki.
Kaji dan pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi- ke ekspirasi
Catat keberadaan dan derajat dispnea, misalnya ’’lapar udara’’, gelisah, ansietas,
hipoksia distress napas, dan penggunaan otot aksesoris. Gunakan skala 0-10 atau
Thoracic Society’s Grade of Breathlessness Scale untuk menilai kesulitan
pernapasan. Pastikan faktor presipitasi jika memungkinkan. Bedakan episode
akut dari eksaserbasi dispnea kronis.
Periksa kecepatan aliran ekspirasi puncak (peak expiratory flow rate, PEFR)
sebelum dan setelah terapi dengan menggunakan meter aliran puncak (peak flow
meter , PFM)
Bantu klien mempertahankan posisi nyaman dengan meninggikan kepala tempat
tidur , bersandar pada meja diatas tempat tidur, atau duduk di tepi temnpat tidur
Dorong dan bantu latihan pernapasan abdomen atau pernapasan dengan
mendorong bibir
Observasi batuk yang persisten, batukn kering, batuk basah. Bantu tindakan
untuk meningkatkan efektivitas upaya batuk
Tingkatkan asupan cairan menjadi 3000 Ml/hari dalam toleransi jantung. Berikan
air hangat atau hangat kuku. Rekomendasikan asupan cairan anatara waktu
makan, bukan selama makan.
Kolaboratif
Berikan medikasi sesuai indikasi , misal Agonis beta epinefrin, albuterol,
formoterol, levalbuterol, metaproterenol, pributerol, terbutalin, dan
salmeterol)
Bronkodilator (tiotropium)
Antagonis leukotrien (montelukast, zafirlukast, dan zileuton)
Inhibitor enzim fosfodiesterase tipe 4 (roflumilast)
Obat-obat anti inflamasi oral, intravena (IV), dan steroid inhalasi prednisone,
metilprednisolon. Deksametason, beklometason, budesonid, flutikason, dan
dan triamnisolon
Antimikroba
Derivat metilksantin (aminofilin, oksitrifilin, dan teofilin)
Analgesik, supresam batuk atau antitusif (kodein dan produk dekstrometorfan)
Surfaktan artificial (colfosceril palmitate)
Beri humudifikasi tambahan seperti, nebulizer ultrasonic dan humidifier
aerosol ruangan
Bantu dengan terapi pernapasan seperti spirometri dan fisioterapi dada
Pantau dan buat grafik seri GDA oksimetri nadi, dan foto rontgen dada
Diagnosa 2 : Gangguan Pertukaran Gas yang berhubungan
dengan
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi (sekresi tertahan,
bronkospasme, udara terperangkap)
Perubahan membrane kapiler alveolar
Evaluasi Keperawatan
Menurut Hidayat (2009) Ada dua komponen untuk mengevaluasi
kualitas tindakan keperawatan yaitu : evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif
Pengkajian
Identitas Pasien
Nn. A usia 21 thn, pendidikan SMA, menikah, Tinggi Badan / Berat Badan155 cm/43 kg, kulit sawo
matang, klien masuk ke RS 15 September 2017 diantar oleh Ibu klien dengan diagnosa Asma.
Keluhan Utama : Klien merasa sesak ringan namun menjadi semakin berat disertai dengan batuk dan
berdahak
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, batuk (+), berdahak warna
putih (+) selama 2 hari semenjak pulang kuliah, mual karena batuk RR 28x/menit, TD 110/70 mmhg. N
80x/menit, T 36,5C, terdengar suara nafas Wheezing (+), Ronchi (+),irama pernafasan tidak
teratur,klien bernafas dengan otot utama dan otot travezius dan sternokleidomastoideus.
Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan mempunyai riwayat Asma sejak umur 5 tahun.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga
Riwayat Lingkungan : Tipe tempat tinggal permanent dengan jumlah kamar ada 3. Jumlah orang yang
tinggal di rumah sebanyak 4 orang, dengan kondisi tempat tinggal penerangan cukup, kebersihan dan
kerapihan cukup, sirkulasi udara cukup, keadaan kamar mandi cukup baik tidak terlalu tinggi dan tidak
licin.
Pola Fungsi Kesehatan
Riwayat pengobatan tidak ada, klien Alergi dingin. Tidak merokok dan
tidak minum minuman keras. Sebelum sakit Klien dan keluarga
mengetahui penyakit asma diderita klien.