Anda di halaman 1dari 3

BODOH PERMANEN.. BENER NGGAK YA?

Melalui pembakaran dan penggemblengan


ternyata besi tua bisa dirubah wujudnya menjadi sebuah keris oleh si empu,
kiranya orang bodoh pun akan berubah menjadi pandai
bila diadakan proses yang sama yaitu dengan cara
pembinaan dan pengajaran dengan tekun
(Ishaq Ahmad)

Ada sebuah ungkapan klasik yang sering jadi bahan bercandaan bagi sebagian orang
yaitu Dulu tidak bisa sekarang lupa . Kalimat ini sangat sederhana dan seakan-akan hanya
sebuah bahan guyonan yang tak bernilai apa-apa, namun bila di telusuri tersimpan makna
sindiran yang amat dalam maknanya dan ini seharusnya menjadi bahan sandaran perenungan
bagi diri para pendidik dalam memperdalam ilmu dan mentransfer pengetahuan pada para
siswanya juga bagi peserta didik dalam jenjang pembelajaran disekolah maupun bagi para
orang tua dalam mendidik putra dan putrinya dirumah.
Sebagai orang tua tentunya banyak sekali pengalaman-pengalaman yang pernah kita
alami, dan dari pengalaman-pengalam tersebut menunjukkan pada kita, bahwa tidak semua
yang telah kita alami dan kita pelajari melekat dalam ingatan kita. Seringkali terjadi, justru
yang telah kita pelajari dengan sungguh-sungguh sukar diingat dan mudah di lupakan;
sedangkan yang kita alami dan kita pelajari sepintas lalu, lama melekat dalam jiwa kita dan
tidak pernah di lupakan. Apakah yang menyebabkan penyakit lupa itu mudah menghinggapi
diri kita terhadap apa yang sudah kita pelajari? Atau yang menghinggapi anak kita dalam
belajar, pada hal kita sudah ngotot menjelaskan, namun hari besoknya sudah lupa lagi ?
Nah, mari kita sejenak berfikir, berangan-angan terhadap para peserta didik, atau terhadap
anak kita sendiri, tidak sedikit mereka yang setiap hari bergelut dengan buku dan
menghangatkan bangku sekolah karena begitu lamanya harus duduk dan belajar,
mendengarkan penjelasan dan keterangan dari gurunya, belum lagi mengulas pelajaran
disekolah bersama orang tuanya, namun semua penjelasan yang telah disampaikan dan
diajarkan kepadanya seringkali begitu mudahnya terlupakan. Ada sebagian guru yang
mengatakan, kalau anak didiknya diajar hari ini, besoknya sudah lupa. Bahkan ada juga yang
mengatakan; pagi hari diajarkan selang beberapa jam karena siswa harus istirahat dan
bermain bersama teman-temannya di halaman sekolah, begitu jam masuk berbunyi dan guru
mencoba bertanya terhadap apa yang telah dijelaskan pagi tadi ternyata siswa sudah lupa.
Ada juga para orang tua yang bilang saya tidak sanggup mengajari anaku sendiri, emosiku
meledak melihat anak yang sulit diajari, bawaanya bikin mencubit sianak saja, lebih baik
saya keluar duit dari pada harus mengajari anak yang sulit. Melihat fenomena seperti ini,
tidak sedikit para guru naik darah dan memarahi siswanya, atau mungkin menggedor papan
tulis untuk melampiaskan kejengkelannya terhadap anak didiknya. Tak sedikit pula orang tua
yang menjewer telingga anaknya, bahkan ada yang terlalu emosi dengan ngata-ngatain
anaknya goblok. Tentunya sangat salah kaprah kalau kita lantas begitu saja memarahi anak
kita, bisa-bisa gak jadi pinter malah anak menjadi strees. Terus trauma dalam belajar,
akibatnya bodoh. Iya kalau kita mampu membangkitkan motivasinya untuk belajar lagi, nah
kalau tidak, apa anak kita tidak bodoh secara permanen? Siapa dong yang rugi!.
Sebenarnya apa sih yang menyebabkan anak kita menjadi bodoh? Bener gak ya ada
orang bodoh secara permanen? Yup, pertanyaan yang keren sekali. Pada dasarnya semua
orang dilahirkan itu bodoh, dalam artian belum bisa apa-apa. Ya ada sih orang yang begitu
lahir sudah pandai dan bisa ngomong seperti halnya nabi Isa a.s, tapi itu tidaklah umum. Kita
bahas yang umum-umum saja. Bagi para orang tua atau siapa sajalah yang memiliki anak
bodoh, sulit menerima pengajaran, ada baiknya kita koreksi diri, jangan langsung
menyalahkan anak, membentak-bentak anak.
Koreksi diri, siapa tahu mereka menjadi bodoh karena keteledoran kita dalam
membimbingnya, atau mungkin kita yang salah dalam membesarkannya. Semisal anak
dibiarkan bergaul dengan teman-temannya yang nggak mau sekolah, akibatnya anak kita
juga ikut nggak sekolah. Komunitas itu mendukung pribadi seseorang untuk mengikuti
trend komunitasnya.
Koreksi diri, siapa tahu cara kita dalam memberinya makan salah atau berasal dari
barang-barang yang haram. Makanan yang berasal dari barang-barang yang haram akan
dikonsumsi anak kita dan menjadi darah haram yang mengalir kesekujur tubuh sampai
keotaknya, sehingga menjadikan anak sulit menerima pelajaran dan didikan dari orang tua
maupun guru disekolahnya.
E_GC^4C -g~-.- W-ONL4`-47
W-OU }g` ge4:j1C 4` 7E4^~Ee4O
W-NO7;--4 *. p) +L ++C)
]+lu> ^_g
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah. (Q.S. Al-Baqarah: 172)

Koreksi diri, apakah makanan yang anda berikan sudah memenuhi kadar gizinya. Gizi
juga mempengaruhi tingkat kecerdasan otak anak. Sangatlah berbeda anak yang gizinya
cukup dengan yang tidak. Anak yang gizinya cukup cenderung pertumbuhannya cepat,
syarafnya sehat, dan psikisnya baik. Sedangkan anak yang kurang gizi cenderung lemah,
pertumbuhannya lambat, syaraf motoriknya terganggu, akibatnya mereka lambat
menerima pengajaran. Orang yang lemah dalam menerima pengajaran muaranya pada
kebodohan dan sering kali kebodohan memberi dampak kemiskinan. Asisten Utusan
Khusus Presiden RI untuk Milenium Development Goals (MDGs), Diah Saminarsih
mengatakan bahwa pengentasan kemiskinan dan pemenuhan gizi harus dilakukan
bersamaan. Memperdebatkan mana yang lebih penting sama saja mempertanyakan mana
yang lebih dulu ada, telur atau ayam. Ini menandakan bahwa gizi yang cukup juga
mendorong peningkatan kecerdasan anak.
Koreksi diri, sudah anda berdoa seraya memohon kepada Allah SWT agar anak anda
diberi kemudahan dalam menuntut ilmu. Diceritakan bahwa sebagian orang-orang salaf
dahulu pernah berkata kepada anaknya, Wahai anakku, aku akan memperbaiki shalatku
agar engkau mendapatkan kebaikan. Sebagian ulama menyatakan bahwa makna ucapan
itu adalah aku akan memperbanyak shalatku dan berdoa kepada Allah untuk kebaikanmu.

Jadi bodohnya anak-anak kita 100 % bukan kesalahan si anak, tetapi bisa juga karena
kesalahan orang tuanya. Sebodoh-bodohnya anak kita, kalau orang tuanya masih mau
membimbingnya dengan tekun saya kira masih ada harapan untuk bisa menjadi anak yang
pandai. Kalau pun nggak pandai dan menyandang peringkat kelas atau siswa terbaik, minimal
anak anda bisa membaca dan menulis. Sehingga istilah bodoh permanen itu tidak ada. Kita
ambil tamsil dari tukang besi. Tukang besi setiap hari mampu membentuk berbagai macam
barang seperti : pisau, pedang, keris. Tahukah anda dari apa bahanya, bagaimana proses
pembuatannya? Ternyata pisau, pedang, keris yang banyak anda jumpai berbahan besi tua
atau baja yang masih utuh, kemudian melalui proses pembakaran dan penggemblengan
barulah besi atau baja tadi terbentuk sesuai selera si tukang besi. Sama halnya anak yang
bodoh adalah laksana besi atau baja tadi. Anak yang bodoh kalau dibiarkan begitu saja, maka
dia akan semakin bodoh atau bodoh permanen, tetapi bila anak yang bodoh itu dididik
dengan tekun, dikarantina khusus dalam suatu proses penggemblengan pengajaran, maka
perlahan tapi pasti dia akan jadi anak yang pandai.

Anda mungkin juga menyukai