Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh permukaan tubuh manusia. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting untuk perlindungan organ bagian dalam tubuh terhadap rangsangan dari luar, baik rangsangan mekanis, kimia, maupun radiasi. Kulit terdiri atas epidermis atas dan dermis, yang terletak di atas jaringan subkutan. Epidermis itu relatif tipis, rata-rata 0,1-0,2 milimeter tebalnya, sedangkan dermis sekitar 2 milimeter. Dua lapisan ini dipisahkan oleh suatu membran basal (Lu.C.Frank : 2006). Berbagai jenis efek dapat terjadi akibat pajanan kulit itu sendiri, tetapi ada beberapa yang mempengaruhi unsur tambahan kulit-rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat (Lu.C.Frank : 2006). Obat lokal adalah zat yang kerjanya berdasarkan aktivitas lokal secara fisik dan kimia. Banyak obat dalam kelompok ini digunakan dalam klinik. Obat lokal untuk penyakit kulit yaitu Demulsen yang merupakan suatu obat yang digunakan untuk meringankan adanya iritasi terutama pada membran mukosa atau kulit lecet atau terjadi inflamasi (Anief, Moh : 200 Selain menyebabkan efek lokal di tempat kontak, suatu toksikan akan menyebabkan kerusakan jika diserap oleh organisme itu. Absorpsi bisa terjadi lewat kulit, paru-paru dan beberapa jalur lain. Salah satu jenis efek yang terjadi akibat pejanan kulit terhadap toksikan adalah iritasi primer kulit. Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat, asam kuat, pelarut, dan detergen. Iritasi primer terjadi di tempat kontak dan umumnya pada sentuhan pertama (Penyusun, Tim : 2011).

Berdasarkan pernyataan diatas, untuk mengetahui efek kosmetik dengan melihat terjadinya iritasi primer terhadap kulit maka percobaan mengenai uji iritasi kelinci (Oryctolagus cuniculus) dilakukan. I.2 Maksud Percobaan Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk mengetahui efek obat Diamon dengan melihat terjadinya iritasi primer pada kulit hewan coba kelinci (Oryctolagus cuniculus).

I.3 Tujuan Percobaan Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui efek obat Diamon dengan mengamati gejala toksiknya berupa edema dan eritema pada kulit hewan coba kelinci (Oryctolagus cuniculus).

I.4 Prinsip Percobaan Adapun prinsip percobaan ini adalah berdasarkan metode uji tempel (Patch Test) pada kulit kelinci diberikan perlakuan yaitu pemberian zat uji dengan mengolesi obat Diamon pada kulit kelinci sesuai dosis yang ditentukan, lalu diperban dengan plester sehingga hewan coba tidak menelan senyawa uji, dan dilakukan pengamatan gejala toksiknya selama 3 hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Iritasi A. Definisi Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat, asam kuat, pelarut, dan detergen. Beratnya bermacam-macam dari hyperemia, edema, dan vesikulasi sampai pemborokan. Iritasi primer terjadi ditempat kontak dan umumnya pada sentuhan pertama. Karenanya, ini berbeda dengan sensitisasi (Montagna, 1999).

B. Penyebab Terjadinya Iritasi Hal-hal yang dapat menyebabkan iritasi : 1. Reaksi kulit terhadap bahan pengawet Reaksi kulit terhadap bahan pengawet yang terdapat di dalam kosmetika dan obat-obat oles, dapat berupa dermatitis (eksema) dengan tanda-tanda kulit kering, bersisik, merah, berlepuh sampai basah atau retak-retaknya kulit. Reaksi bisa ringan atau berat dan biasanya disertai dengan rasa terbakar dan gatal. Reaksi dapat timbul sebagai urtika atau kadang-kadang berupa pembengkakan lokal. Sering terjadi timbulnya reaksi kulit pada pemakaian pertama kali dari obat oles atau kosmetika pada kulit yang terluka atau sedang mengalami iritasi.

2. Reaksi kulit terhadap sabun dan detergen Reaksi kulit terhadap pemakaian sabun dan detergen dapat terjadi berdasarkan iritasi kulit akibat pemakaian yang berlebihan. Terjadinya iritasi kulit oleh pemakaian sabun kemungkinan disebabkan oleh sifat alkalis sabun disertai dengan daya menghapus minyak dari kulit dan sifat iritasi dari asam lemak. Pernah dilaporkan terjadinya depigmentasi kulit oleh pemakaian sabun yang mengandung fenol. Sabun sebagai iritan utama dapat merupakan faktor yang memperlambat penyembuhan dari eksema pada tangan. Untuk menghindari reaksi iritasi ini, kurangi pemakaian sabun. 3. Salah kosmetik Kulit yang wajah sensitif cepat sekali memberikan reaksi iritasi jika salah dalam merawatnya. Biasanya, kulit wajah yang sensitif akan cepat memerah jika kosmetika yang dipakai tidak cocok. Terasa pedih dan kemudian akan muncul bintik-bintik merah yang mengakibatkan kulit menjadi mudah teriritasi. Alkohol yang terkandung dalam kosmetik biasan sering menyebabkan iritasi. (.http://rara87.wordpress.com/2008/11/28/iritasi/) C. Metode Uji Adapun metode uji yang dilakukan yaitu uji ini dikerjakan pada 2 ekor kelinci yang dibagi dalam dua kelompok. Daerah sepanjang punggung dari masing-masing hewan uji yang meluas dari pangkal leher sampai seperempat bagian belakang dicukur atau dihilangkan rambutnya . Pada salah satu kelompok hewan, satu daerah yang luasnya lebih kurang dari dua inci persegi dan kulit yang gundul itu digosok dengan insisi minor sepanjang lapisan permukaan sel, yaitu insisi itu tidak sedemikian dalam sehingga mengganggu kulitnya atau menimbulkan pendarahan. Apabila zat ujinya

berupa zat padat, maka zat itu dilarutkan dalam suatu pelarut misalnya minyak nabati atau aquadest, dan 0,5 gram senyawa itu dimasukkan dibawah alas kasa. Setelah interval 24 jam, zat pengikat dan alas kasanya diambil, kemudiaan daerah pemejanan dievaluasi serta dievaluasi pada 72 jam terakhir ( Loonis, 1978 ). Hasil uji 24 jam dan 72 jam dari dua kelompok itu digabungkan untuk mendapatkan indeks iritasi primer. Skor eritema dan edema keseluruhannya ditambahkan dalam bacaan 24 jam dan 72 jam, dan skor rata-rata untuk kulit utuh dan kulit lecet digabungkan, rata-rata gabungan inilah yang disebut indeks iritasi primer. Cara ini berguana untuk menempatkan senyawa dalam kelompok umum dari segi sifat iritannya. Senyawa yang menghasilkan rata-rata gabungan, dua atau kurang hanya sedikit merangsang, sementara senyawa dengan indeks 2 sampai 5 merupakan iritan moderat, dan senyawa dengan skor diatas 6 dianggap iritan berat ( Hood, 1977 : McCresshdan Steinbergh , 1987 : OECD, 1987 cit Lu, 1995 ). D. Eritema dan Edema Eritema adalah suatu reaksi kulit yang timbul berupa kemerahan pada kulit akibat efek samping dari penggunaan sediaan topikal. Eritema juga merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya bercak-bercak kemerahan yang menonjol dan biasanya tersebar secara simetris di seluruh tubuh. Gejalanya eritema (kemerahan) dan vesikulasi (berair), disertai rasa gatal dan panas. ( Loomis, 1978 ). Edema adalah suatu reaksi kulit yang timbul berupa pembengkakan akibta efek samping dari penggunaan sediaan topikal.. Edema adalah meningkatnya volume cairan di luar sel (ekstraseluler) dan di luar pembuluh darah (ekstravaskular) disertai dengan penimbunan di jaringan serosa. Edema adalah pembengkakan yang dapat diamati dari akumulasi cairan dalam jaringan-jaringan tubuh ( Loomis, 1978 ).

II.2 Sediaan Topikal A. Obat Sediaan topikal adalah jenis jenis sediaan yang dimaksudkan pemakaiannya pada bagian kulit baik obat maupun kosmetik. Macam macam sediaan topical yaitu : 1. Lotion yaitu sediaan cair berupa suspense atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. 2. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. 3. Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus laarut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Depkes, 1979). B. Kosmetik Kosmetik adalah Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan(epidermis, rambut, kuku, bibir &organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk :membersihkan, menambah daya

tarik,mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit (SK MENKES no 140/1991) Hasil pengujian laboratorium BPOM RI tahun 2007 ditemukan 27 merk kosmetik mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kosmetik, yaitu merkuri, asam retinoat, dan hidroquinon. Bahan-bahan ini dilarang penggunaannya dalam kosmetik karena berbahaya bagi kulit ( Anonim,2008 ). 1.Merkuri Merkuri, raksa, atau timbal umumnya disalahgunakan sebagai produk

pemutih. Padahal, efek samping merkuri salah satunya adalah hiperpigmentasi, yaitu munculnya bintik hitam pada kulit. Merkuri termasuk logam berat berbahaya meskipun digunakan dalam

konsentrasi kecil. Pemakaian merkuri dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit, iritasi kulit, kerusakan permanen pada susunan saraf, otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin. Paparan merkuri jangka pendek pada dosis tinggi menyebabkan muntah-muntah, diare, bahkan kerusakan ginjal. Merkuri merupakan zat yang bersifat karsinogenik (suatu zat yang dapat mencetuskan kanker) pada manusia. 2. Asam Retinoat Selain itu, bahan yang sering disalahgunakan dalam kosmetik anti jerawat adalah asam retinoat atau tretinoin. Zat ini mendorong pengelupasan kulit dan pori yang tersumbat. Penggunaan asam retinoat dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan memiliki efek teratogenik, yaitu menimbulkan kecacatan pada janin. Tretinoin dapat menyebabkan gejala serius yang disebut sindrom asam retinoat (retinoic acid syndrome). Suatu sindrom yang ditandai dengan demam, kesulitan bernafas, sakit pada bagian dada, terdapatnya cairan di sekitar paru-paru dan jantung, serta hipoksia (kekurangan oksigen). Penggunaan asam retinoat hanya diperbolehkan sebagai pengobatan (di bawah

pengawasan ketat dokter dan apoteker), namun tidak sebagai kosmetik. 3. Hidroquinon Penggunaan hidroquinon sebagai zat aktif dalam kosmetik yang diperbolehkan adalah 2%. Hidrokuinon mengurangi pembentukan melanosom (granul pigmen melanin) di sel pigmen kulit. Sediaan krim hidrokuinon dapat mengandung natrium metabisulfit yang dapat

menyebabkan reaksi alergi serius. Efek samping yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan hidrokuinon yang berlebihan meliputi rasa terbakar, gatal, kulit kering, atau alergi pada kulit yang terkena kontak, bahkan perubahan warna kulit II.3 Uraian Hewan Coba A. Klasifikasi Hewan Kelinci ( Festing : 1979 ) Kingdom Fillum Kelas Ordo Familia Genus Spesis : : : : : : : Animalia Chordata Mamalia Lagorhapha Lapordidae Orytolagus Orytolagus cuniculus

B. Karakteristik Hewan Kelinci ( Festing : 1979 ) Lama hidup Suhu tubuh normal Volume darah Masa tumbuh Masa puberitas Masa beranak Masa hamil Jumlah sekali lahir Frekuensi kelahiran Luas permukaan tubuh Bobot badan dewasa Jantan Betina : 2-5 kg : 4-6,5 kg : 8 tahun : 39,5C : 5-66 % : 38,5 hari : 4 bulan : 5 kali dalam setahun : 28-36 hari : 5-6 ekor : 3-4 kali/tahun : 12,89 kg

Bobot lahir

: 30-100 g

C. Morfologi Hewan Kelinci ( Festing : 1979 ) Kelinci (Orytolagus cuniculus) berpungung melengkung dan berekor pendek, kepalanya pendek dengan daun telinga yang tegak keatas akan tetapi ada beberapa jenis kelinci yang terkulai ke bawah. Kelinci memiliki bibir yang bagian atasnya terbelah dan bergabung hingga hidung, beberapa misa atau kumis panjang yang keras atau tepat di hidung. Disekitar mata terdapat beberapa helai bulu mata yang panjang. Telinga kelinci yang besar dan banyak terdapat saluran darah, kaki belakang kelinci lebih panjang dan kuat dibanding dengan kaki depannya yang berjari dan berkuku empat, kelinci merupakan hewab pelonoat. Gigi kelinci tergolong unik, gigi akan terus tumbuh sepanjang usianya. Apabila pertumbuhan gigi semakin panjang, untuk membatasi pertumbuhan gigi, diusahakan makan yang keras seperti jagung yang kering dan sepotong kayu sebagai sarana untuk mengasah gigi dan kukunya. Sebagian hewan herbivora, kelinci menyukai makanan berupa rumput-rumputan dan daun yang kehijauan segar dengan gigi tergolong unik yang akan terus tumbuh sepanjang usianya.

10

BAB III METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan A. Alat yang digunakan : Gunting Keranjang tempat kelinci Mistar Pensil Pisau cukur

B. Bahan yang digunakan : Aquadest Kasa perban Kertas Lapban Lap halus Plester Tissue Diamon

11

III.2. Cara kerja A. Pencukuran kelinci 1. Buat 6 kotak berukuran 2 x 2 cm pada punggung kelinci, cukur masingmasing kotak tersebut. 2. Beri batas yang jelas pada kotak tersebut 3. Punggung kelinci bagian kiri untuk kulit yang normal, sedangkan punggung kelinci bagian kanan untuk kulit yang sengaja dileceti. B. Pemberian zat uji 1. Sebelum dioleskan zat uji, kulit hewan uji dibersihkan pelan-pelan dengan kapas bersih yang dibasahi air. 2. Lalu kulit diolesi dengan zat uji sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. 3. Setelah itu, keenam kotak tersebut ditutup dengan plastik tipis dan kasa steril yang dibuat sedemikian rupa sehingga dipastikan hewan uji tidak mengganggu bagian kulit yang telah diberikan perlakuan. 4. Berikan zat uji 1x sehari dan dilakukan pengamatan gejala toksik yang terjadi terhadap hewan uji selama 3 hari.

12

BAB IV HASIL PENGAMATAN VI.1. Tabel Pengamatan 1. Kulit Normal a. Kelinci I Eritema Eritema I II III Edema Edema I II III b. Kelinci II Eritema Eritema IV V VI Edema Edema IV V VI Jam Ke 24 0 0 0 Jam Ke - 48 0 0 0 Jam Ke 72 1 1 0 Jam Ke 24 0 0 0 Jam Ke - 48 0 0 0 Jam Ke -72 1 1 0 Jam Ke 24 2 0 0 Jam Ke - 48 0 0 0 Jam Ke 72 1 1 2 Jam Ke 24 0 0 0 Jam Ke - 48 1 1 1 Jam Ke -72 1 1 1

13

2. KULIT LECET a. Kelinci I Eritema Eritema I II III Edema Edema I II III b. Kelinci II Eritema Eritema IV V VI Edema Edema IV V VI Jam Ke 24 0 0 0 Jam Ke - 48 1 1 0 Jam Ke 72 1 1 0 Jam Ke 24 1 1 0 Jam Ke - 48 1 1 1 Jam Ke -72 2 2 0 Jam Ke 24 0 0 0 Jam Ke - 48 0 0 1 Jam Ke 72 3 3 3 Jam Ke 24 2 1 2 Jam Ke - 48 1 1 1 Jam Ke -72 1 1 1

Keterangan : Skor : 0 = Tanpa Edema/Eritema 1 = Edema/Eritema sangat sedikit atau hampir tidak ada 2 = Edema/Eritema sedikit ( tepi daerah berbatas jelas 3 = Edema/Eritema moderat 4 = Edema/Eritema berat

14

IV. 2 Pembahasan Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan adalah uji iritasi primer terhadap hewan uji kelinci dengan menggunakan kosmetik yang ada dipasaran salah satunya kosmetik skin whitening diamond untuk mengetahui tingkat keamanannya apakah layak digunakan atau tidak.oleh karena itu, Sebelum dilakukan pengamatan terlebih dahulu hewan coba atau kelinci dicukur dengan menggunakan gillite dengan membuat kotak berukuran 2 x 2 cm dipunggung kelinci, setelah itu punggung kelinci dibersihkan pelan-pelan dengan aquadest. Setelah punggung kelinci dibersihkan lalu kulit kelinci diolesi dengan zat uji sesuai dengan dosis yang ditentukan dimana punggung kiri dan kanan kelinci pertama pada kotak I dioleskan zat uji sebanyak 1 kali, pada kotak II dioleskan zat uji sebanyak 2 kali, sedangkan pada kotak III dioleskan zat uji sebanyak 3 kali. Sedangkan pada punggung kiri dan kanan kelinci kedua pada kotak IV dioleskan zat uji sebanyak 8 kali, pada kotak V dioleskan zat uji sebanyak 16 kali, sedangkan pada kotak VI sebagai kontrol yaitu aquadest. Kemudian kotak-kotak tersebut dilapisi dengan kasa steril untuk menjaga agar hewan uji tidak dapat menelan senyawa zat uji yang diberikan. Setelah itu di lakukan pengamatan gejala toksik selama 3 hari. Pada hari pertama pengamatan, pada punggung kiri kelinci pertama kotak I, II, dan III kulit normal pada jam ke 24 tidak terjadi Eritema tapi pada kulit lecet terjadi eritema dan pada punggung kanan kelinci untuk kulit normal kotak I terjadi edema sedangkan pada kotak II dan III tidak terjadi edema, sedangkan pada kulit lecet tidak terjadi edema. Pada pengamatan pertama pada punggung kiri kelinci kedua untuk kulit normal pada jam ke 24 kotak IV, V, dan VI tidak terjadi eritema sedangkan pada kulit lecet terjadi eritema pada kotak IV dan V. Sedangkan pada punggung kanan kelinci untuk kulit normal tidak terjadi edema begitu pula pada kulit lecet.

15

Pada hari kedua pengamatan pada jam ke 48, punggung kiri kelinci pertama untuk kulit normal terjadi eritema begitu sebaliknya pada kulit lecet. Sedangkan pada punggung kanan kelinci tidak terjadi edema,dan pada kulit lecet kotak I dan II tidak terjadi edema sedangkan kotak III terjadi edema. Pada kelinci kedua punggung kirinya untuk kulit normal tidak terjadi eritema, sedangkan pada kulit lecet terjadi eritema. Dan pada punggung kanan kelinci tidak terjadi edema sedangkan pada kulit lecet kotak IV dan V terjadi edema sedangkan pada kotak VI tidak terjadi edema. Pada hari ketiga pengamatan pada jam ke 78, punggung kiri kelinci pertama untuk kulit normal terjadi eritema begitu sebaliknya pada kulit lecet sedangkan pada punggung kanan kelinci untuk kulit normal terjadi edema begitu pula pada kulit lecet. Pada kelinci kedua punggung kiri dan kanan untuk kulit normal pada kotak IV dan V terjadi eritema begitu pula pada kulit lecet sedangkan pada kotak VI untuk kulit normal dan kulit lecet tidak terjadi eritema dan edema. Dari hasil perhitungan indeks iritasi primer pada kelinci pertama yaitu 6 yang merupakan iritasi berat, sedangkan pada kelinci kedua yaitu 3 yang merupaka iritan moderat. Jadi dapat disimpulkan ternyata zat uji yang digunakan yaitu kosmetik skin whitening diamond mengandung bahan-bahan yang mengiritasi kulit, sehingga kosmetik ini tidak layak digunakan dan bukan merupakan kosmetik yang memenuhi kaidah farmasetika yakni aman dan berkualitas.

16

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut : 1. Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia yang bersifat toksik 2. zat uji yang digunakan dalam percobaan uji iritasi primer dinyatakan tidak aman digunakan karena merupakan iritasi berat dan moderat.

V.2 Saran Adapun saran yang dapat disampaikan adalah diharapkan pada praktikum kali ini sebaiknya dalam pemilihan kosmetik kita perlu mewaspadai kosmetik yang dijual secara bebas di pasaran karena tidak semua kosmetik itu aman maka untuk memilih kosmetik yang aman perlu diperhatikan tingkat keamanannya agar tidak mengiritasi kulit.

17

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2000. ILMU MERACIK OBAT. Yogyakarta : UGM press. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. Festing. 1979. Anatomi Fisiologi Hewan. Jakarta : PT. Bineka Cipta. Haryati Farida Msi, Apt. 2007 : TOKSIKOLOGI. Yogyakarta Website : Http/www.Alhamsyah.com Http/www.artikel kedokteran.com
http://rara87.wordpress.com/2008/11/28/iritasi

18

Lampiran I Perhitungan Uji Iritasi Pada Kulit Kelinci I Rata-rata Eritema Normal = = = 1,5 Rata-rata Edema Normal = = = 2 Rata-rata Eritema Lecet = = = 4 Rata-rata Edema lecet = = = 4,5 Indeks Eritema Primer = = = 2,75 Indeks Edema Primer = = = 3,25

19

Perhitungan Uji Iritasi Pada Kulit Kelinci II Rata-rata Eritema Normal = = = 1 Rata-rata Edema Normal = = = 1 Rata-rata Eritema Lecet = = = 3 Rata-rata Edema lecet = = = 1 Indeks Eritema Primer = = = 2 Indeks Edema Primer = = = 1

20

Lampiran II Gambar perlakuan pada saat pemberian zat uji 1. Kelinci pertama

I II
I

I II II
I

Punggung Kelinci

III
I

III III
I

2. Kelinci kedua

IV
V
I

IV

IV IV V
V
I

V
I VI

Punggung Kelinci

VI

VI VI

Keterangan : Bagian punggung kiri = Bagian kulit yang normal Bagian punggung kanan = Bagian kulit yang lecet Perlakuan : I = Diberikan 0,25 gram zat uji II = Diberikan 0,5 gram zat uji III = Diberikan 1 gram zat uji IV = Diberikan 2 gram zat uji V = Diberikan 4 gram zat uji VI = Diberikan aquadest sebagai kontrol negatif.

Anda mungkin juga menyukai