GARUDA - Swot - 2011-2-00034-AK Bab 4
GARUDA - Swot - 2011-2-00034-AK Bab 4
BAB IV
PEMBAHASAN
IV. 1 Analisis SWOT
Analisis SWOT ini akan mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal
perusahaan sehingga dapat diketahui potensi-potensi yang mampu dikembangkan
Garuda dimasa yang akan datang dan mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki.
Dari sisi internal akan dilihat kekuatan atau kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan
PT. Garuda Indonesia (Persero). Tbk itu sendiri. Sedangkan dari sisi eksternal, akan
dilihat peluang dan ancaman dari luar perusahaan. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor
tersebut, dilakukan perumusan terhadap strategi dengan menggunakan diagram SWOT.
Hasil dari analisis tersebut akan dilihat apakah strategi-strategi yang dilakukan
PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk dapat mengatasi kelemahan dan ancaman dengan
kekuatan dan peluang yang dimiliki. Sehingga, akan diambil kesimpulan mengenai
kinerja Garuda yang menjadi penilaian bisnis untuk investor dalam mengambil
keputusan investasi.
Faktor-faktor yang akan dianalisis tersebut antara lain:
A. Faktor Internal Perusahaan
1. Kekuatan (Strengths):
Maskapai penerbangan terbesar di Indonesia;
46
Adanya bencana alam seperti letusan gunung merapi, wabah penyakit dsb
yang dapat mengakibatkan penurunan permintaan;
Adanya peningkatan kapasitas, penurunan harga tiket dan semakin
banyaknya rute penerbangan baru yang dibuka oleh maskapai
penerbangan lain;
Maskapai asing yang melakukan penetrasi pasar ke Indonesia untuk
mengimbangi penurunan penumpang internasional akibat adanya krisis
global;
IV. 1. 1. Diagram SWOT
Untuk menghadapi ancaman dan kelemahan dengan menggunakan kekuatan dan
peluang yang dimiliki, PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk melakukan strategi-strategi
bisnis dalam menciptakan keunggulan kompetitifnya.
Strategi tersebut digambarkan dalam strategy map sebagai berikut:
I
d
i
m
t
o
p
Pada
Indonesia d
dengan strat
ini, kegiatan
menjadi pen
Taha
tahap ini, s
organisasi y
pendapatan,
Strateg
a tahap sur
di dalam ind
tegi konsolid
n operasiona
nerbangan ya
ap kedua yan
eluruh orga
yang efektif
efisiensi o
G
gy Map PT.
rvival (tahu
dustri penerb
dasi (2006) d
al dan mana
ang tepat wa
ng dilakukan
anisasi dan
f melalui f
operasional,
Gambar IV
Garuda Ind
un 2006-20
bangan yan
dan strategi r
ajemen Garu
aktu dengan p
n yaitu tahap
manajemen
fokus terhad
pemberian
V. 1. 1.
donesia (Pe
07), yaitu
ng kompetiti
rehabilitasi (
uda Indones
pelayanan ya
p turn aroun
dibangun k
dap restrukt
produk dan
rsero), Tbk
tahap bert
if. Tahap te
(2007). Dala
ia ditata ula
ang berkuali
nd (tahun 20
kembali aga
turisasi huta
n pelayanan
k
ahannya G
ersebut dilak
am tahap per
ang agar kem
itas.
008-2009), d
ar dapat me
ang, pening
yang kons
50
aruda
kukan
rtama
mbali
dalam
enjadi
gkatan
sisten,
51
intensitifikasi jaringan (tahun 2008) serta fokus terhadap daya saing dan ekspansi
domestik/regional dan juga persiapan menuju penawaran umum (tahun 2009).
Tahap ketiga yaitu tahap growth (2010+), pada tahap ini, perusahaan
mempersiapkan upaya-upaya untuk mendapatkan kelangsungan hidup yang
berkelanjutan melalui IPO pada tahun 2010 dan seterusnya, sehingga tetap menjadi
maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
Adapun implementasi yang dilakukan Garuda Indonesia untuk mendukung
strategy map tersebut, antara lain:dapat dirumuskan dalam diagram SWOT seperti di
bawah ini:
I nternal Factors
(IFAS)
External
Factors (EFAS)
STRENGTHS
WEAKNESS
OPPORTUNI TI ES
1. Perpindahan kantor ke gedung
manajemen yang berkonsep eco
buiding di area Garuda City di
kawasan Bandara Internasional
Soekarno Hatta Cengkareng yang
meningkatkan produktivitas serta
efisiensi dan efektivitas
perusahaan karena seluruh
1. Modernisasi dan
penambahan pesawat
dalam jumlah yang
cukup besar dengan
penggunaan bahan bakar
yang efisien yang
dimulai bertahap sejak
Juli 2009;
52
internasional;
4. Dikembangkannya konsep
Human Capital Managenment
System yang memandang
seluruh karyawan sebagai aset
yang memiliki daya saing tinggi
yang dilakukan mulai dari
dilakukan dari mulai tahap
perencanaan, pengembangan,
pembuatan sistem dan prosedur,
serta pengelolaan karir;
5. Melakukan pemetaan
karyawan sesuai dengan
kompetensi dan minatnya guna
memudahkan pengembangan
karyawan. Selanjutnya karyawan
terpilih ini dibekali dengan
pelatihan dan pengembangan
Management Development
Program atau Professional
Development Program sehingga
mereka dapat terus berkembang
dan memberikan kemampuan
54
59
IV. 2 Analisis Porter
Analisis Porter digunakan untuk melihat lima kekuatan industri yang dapat
mempengaruhi strategi perusahaan dalam menciptakan keunggulan kompetitif
dibandingkan perusahaan saingan yang terdapat dalam suatu industri. Dalam penelitian
ini, akan dilihat lima kekuatan dari perusahaan-perusahaan saingan sejenis (industri
penerbangan). Lima kekuatan yang dijabarkan tersebut akan memperlihatkan tingkat
persaingan didalam industri penerbangan apakah tinggi, sedang atau rendah.
Setelah mengetahui tingkat persaingan yang dihadapi oleh industri penerbangan
maka penulis menganalisis strategi-strategi yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia
keselamatan dan keamanan
penerbangan;
8. Para awak pesawat Garuda
sudah memulai aktivitas sejak
jam 3 dini hari untuk menyiapkan
penerbangan pertama dari
bandara Soekarno-Hatta;
9. Bekerja sama dengan KPK
dalam menyiapkan sistem
pengendalian gratifikasi di
Garuda;
60
jasa perawatan pesawat terbang, banyak supplier yang menawarkan jasa ini,
tetapi Garuda sendiri telah memiliki jasa perawatan sendiri bernama Garuda
Maintance Facility (GMF) yang telah berpengalaman bahkan maskapai
penerbangan lain seperti Sriwijaya, Lion Air, Mandala Airlines menggunakan
jasa perawatan dari GMF tersebut.
Oleh karena pemasok bahan bakar untuk semua perusahaan penerbangan
hanya dimiliki oleh perusahaan tertentu saja, maka kekuatan dari supplier sangat
tinggi. Sehingga mengakibatkan perusahaan harus mampu bernegosiasi secara
maksimal dengan pemasok untuk memperoleh harga terbaik dan kuantitas bahan
bakar yang memadai.
5. Daya tawar konsumen
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh Garuda Indonesia, pembeli atau
pengguna transpotasi yang akhirnya menentukan maskapai penerbangan yang
akan digunakan. Apalagi, industri penerbangan merupakan industri yang
berfokus pada pelayanan jasa. Oleh sebab itu, industri penerbangan sangat
bergantung kepada daya tawar kosumennya.
Daya tawar dari pengguna industri penerbangan ini sangat tinggi. Faktor
yang menyebabkan daya tawar konsumen tersebut tinggi yaitu dengan semakin
beragamnya pilihan dari perusahaan penerbangan lain yang menawarkan harga
tiket yang murah, pola pikir konsumen untuk memilih pesawat dengan tiket yang
murah tetapi tetap terjamin keselamatannya, adanya transportasi pengganti yang
bisa digunakan selain pesawat terbang bila masih menempuh perjalanan yang
dekat serta kondisi ekonomi yang dihadapi oleh konsumen sehingga lebih
memilih penerbangan dengan harga terjangkau.
65
5. Dari sisi pemasok, dalam memenuhi bahan bakar pesawat, Garuda telah
melakukan upaya dengan melakukan negosiasi dengan Pertamina. Negosiasi
tersebut bertujuan agar memperoleh bahan baku yang memadai dalam
melakukan kegiatan operasionalnya dan untuk mendapatkan harga yang terbaik.
Dari perjanjian itu pula, Garuda mendapatkan pengadaan 70% bahan bakar
dibandingkan maskapai penerbangan yang lain. Dengan adanya perjanjian
tersebut maka Garuda mendapatkan persediaan bahan baku yang didahulukan
dibandingkan maskapai penerbangan yang lainnya.
6. Untuk mengurangi ancaman dari maskapai-maskapai penerbangan yang berbiaya
rendah, maka Garuda membuat unit bisnis strategi yaitu Citilink. Citilink
merupakan layanan yang disediakan Garuda untuk menangkap segmen budget
traveler di pasar domestik.
IV. 3 Analisis Free Operating Cash Flow To The Firm (FCFF)
IV. 3. 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dalam penelitian ini, penulis mengasumsikan estimasi harga wajar saham dengan
stable growth, dimana perusahaan berada di kondisi pertumbuhan yang stabil. Stable
growth umumnya digunakan apabila tingkat pertumbuhan perusahaan lebih kecil
daripada tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
triwulan-1 tahun 2011 yang diperoleh dari data BPS (Badan Pusat Statistik) yaitu
sebesar 6,5%. Oleh karena itu, tingkat economic growth Indonesia yang akan digunakan
68
dalam penelitian ini sebesar 6,5%. Adapun data pendukung untuk pertumbuhan ekonomi
Indonesia ada di halaman lampiran L1.
Penelitian menggunakan data historis lima tahun yaitu tahun 2006 sampai 2010
dari 5 perusahaan BUMN yang mencatatkan sahamnya di bursa efek tahun 2006-2010
untuk menghitung beta rata-rata yang akan digunakan dalam perhitungan CAPM.
Perusahaan tersebut antara lain: PT Telkom, Tbk (TLKM); PT Bank Mandiri, Tbk
(BMRI); PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI); PT Perusahaan Gas Negara, Tbk
(PGAS); serta PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI).
Dalam perhitungan estimasi harga wajar saham Garuda akan digunakan
pendekatan WACC. Perolehan hasil dari WACC didapat dari nilai tiap-tiap komponen
biaya dari WACC tersebut, antara lain: biaya modal ekuitas (k
s
) dan biaya hutang (k
d
).
Biaya modal ekuitas (k
s
) tersebut dihitung dengan menggunakan CAPM sedangkan
biaya hutang (k
d
) dihitung dengan menggunakan Damodaran Spreadsheet.
IV. 3. 1. 1. Biaya Ekuitas (Cost of Equity)
CAPM merupakan pendekatan yang bisa digunakan dalam perhitungan biaya
ekuitas (k
e
).
Data-data yang diperlukan untuk menghitung biaya ekuitas tersebut yaitu Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), risk free rate(BI rate), dan beta. Beta yang digunakan
dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan rata-rata beta industry BUMN. Dimana,
perusahaan BUMN yang diambil sebagai rata-rata industri ialah perusahaan BUMN
yang mewakili perusahaan BUMN secara rata-rata dengan mengambil 5 perusahaan
69
BUMN tertinggi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar per 29 Desember 2010.
Perusahaan BUMN tersebut antara lain: PT Telkom, Tbk (TLKM); PT Bank Mandiri,
Tbk (BMRI); PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI); PT Perusahaan Gas Negara, Tbk
(PGAS); serta PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BBNI).
Langkah pertama, penulis melakukan perhitungan tingkat pengembalian harga
saham (R
i
), dan tingkat pengembalian pasar (R
M
) dari masing-masing 5 perusahaan
BUMN yang telah disebutkan diatas secara mingguan. Tingkat pengembalian tersebut
dihitung menggunakan fungsi natural logarithm(LN) dalam Microsoft Excel. Adapun
perhitungan tingkat pengembalian tersebut ialah:
o Tingkat pengembalian harga saham TLKM 2 Januari 2006
=LN(6200/6100)=1.63%
o Tingkat pengembalian harga saham BMRI 2 Januari 2006
=LN(1920/1810)=5.90%
o Tingkat pengembalian harga saham BBRI 2 Januari 2006
=LN(3350/3325)=0.75%
o Tingkat pengembalian harga saham PGAS 2 Januari 2006
=LN(1840/1560)=16.51%
o Tingkat pengembalian harga saham BBNI 2 Januari 2006
=LN(1390/1360)= -2.18%
o Tingkat pengembalian IHSG 2 Januari 2006
=LN(255/325)=2.28%
70
BBNI 1.273033793
Rata-rata 1.041725040
Beta rata-rata yang dihasilkan yaitu sebesar 1.0417 yang artinya ukuran
sensitifitas saham dari risiko pasar yang mengukur tingkat pengembalian saham
bergerak terhadap saham. Karena beta yang diperoleh sama dengan 1 mengandung arti
bahwa harga saham sefluktuatif dengan pasar atau sensitif atau agresif terhadap pasar
saham. Apabila beta yang diperoleh kurang dari 1 maka harga saham tersebut akan tidak
akan sensitif/bergerak mengikuti pasar. Dengan kata lain, semakin besar nilai beta,
semakin besar pula resiko saham terebut.
Langkah ketiga yang dilakukan setelah menghitung tingkat pengembalian pasar
(R
M
) dan Beta rata-rata () yaitu menghitung tingkat bunga BI (BI Rate) yang
disimbolkan dengan RFR. Untuk BI rate, diasumsikan data yang digunakan adalah rata-
rata dari BI rate tahun 2006 sampai 2010. Data-data harga saham, BI rate, dan
perhitungan R
i
, R
M
dapat dilihat pada halaman lampiran (L2-L11). .
Setelah memperoleh hasil dari perhitungan ketiga komponen biaya ekuitas, yaitu
tingkat pengembalian pasar (R
M
), beta rata-rata () dan BI Rate (RFR), maka kita dapat
menghitung biaya ekuitas dengan menggunakan CAPM.
Perhitungan biaya ekuitas (K
s
), dapat dilihat pada tabel berikut:
Mingguan tahunan
R
M
0.42% 22.085%
B 1.0417
RFR 8.55%
K
s
22.65%
72
Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh biaya hutang sebesar 18.50% yang
artinya, tingkat suku bunga yang harus dibayarkan atas utang kepada lembaga
pembiayaan yaitu sebesar 18.50%.
IV. 3. 1. 3. Pajak (Tax)
Biaya modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yang berada di
luar kendali perusahaan dan yang dipengaruhi oleh keputusan keuangan dan investasi.
Salah satu yang berada di luar kendali perusahaan ialah tarif pajak. Tarif pajak ini akan
digunakan dalam perhitungan komponen biaya hutang, yaitu biaya hutang setelah pajak.
Biaya hutang akan menimbulkan biaya bunga yang menyebabkan penurunan
penghasilan. Dengan demikian, hutang dapat mengurangi pajak yang harus dibayar.
Jadi, langkah berikut yang dilakukan adalah menentukan besarnya rata-rata persentase
pajak selama periode 2006-2010.
Penulis akan menghitung tarif pajak dengan menggunakan rata-rata keseluruhan
pajak yang dibayarkan perusahaan, dengan mengasumsikan perusahaan membayar pajak
sesuai peraturan tarif pajak yang ditetapkan oleh Direktorar Jenderal Pajak untuk wajib
pajak badan pada periode tersebut.
Berikut ialah tabel tarif pajak selama periode 2006-2010:
Table IV. 2. 1. 3 Tarif Pajak
2006 2007 2008 2009 2010
Pajak(%) 30% 30% 30% 28% 25%
RatarataPajak(%) 28.6%
74
Pada perhitungan untuk tahun 2006 diperoleh proporsi struktur modal
perusahaan terdiri dari 4.92% hutang dan 95.08% ekuitas. Artinya, modal Garuda hanya
terdiri dari sedikit hutang sebesar 4.92% dibandingkan ekuitas sebesar 95.08%. Sama
halnya, perhitungan proporsi struktur modal dan penjelasan untuk tahun 2007 sampai
dengan 2010. Untuk tahun 2008, proporsi hutang lebih besar dari ekuitas, yaitu hutang
sebesar 94.73%, ekuitas sebesar 5.27%.
Setiap perusahaan akan memiliki sebuah struktur permodalan yang tidak tetap
setiap tahunnya, sehingga penulis mengambil rata-rata struktur permodalan yang
dianggap sebagai struktur permodalan perusahaan, yaitu terdiri dari 31.45% hutang dan
68.55% ekuitas. Mengandung arti bahwa struktur modal perusahaan lebih banyak terdiri
atas 68.55% ekuitas daripada 31.45% ekuitas atau laba ditahan selama periode 2006 -
2010.
Setelah menentukan semua komponen WACC, yaitu rata-rata komponen biaya
utang setelah pajak, biaya ekuitas, biaya hutang dan proporsi struktur modal perusahaan
selama periode 2006-2010, maka sudah dapat menghitung WACC tahun 2010.
Perhitungan WACC tersebut ialah sebagai berikut:
WACC ={[31.45% x (18.50% x (1- 28.6%))]} + (68.55% x 22.65%) = 19.68 %
WACC bernilai 19.68%, sama artinya sebagai tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor maupun kreditor atas biaya modal yang ditanam mereka yaitu
sebesar 19.68%.
76
Dengan mengetahui total equity dengan perhitungan seperti di atas, maka nilai
estimasi harga wajar saham (intrinsik value) perusahaan sudah dapat dihitung. Nilai
80
harga saham tersebut dapat diperoleh dengan membagi nilai ekuitas dengan jumlah
saham yang beredar. Perhitungan nilai instrinsik tersebut ialah:
Intrinsik Ioluc 2u11 =
Rp 2,u22,7S1,168,198.81
6,SSS,7S8,uuu
= Rp S19.26
Berdasarkan perhitungan diatas, estimasi harga wajar saham Garuda pada tahun
2011 adalah sebesar Rp 319.26. Dari hasil estimasi harga wajar saham tersebut
dibandingkan dengan harga pasar untuk dinilai apakah harga saham IPO Garuda dinilai
overvalued atau undervalued. Telah diketahui harga saham Garuda ketika IPO yaitu
Rp750.
Dari perbandingan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang diketahui, dapat
dilihat bahwa penilaian harga saham Garuda pada saat IPO dinilai overvalued yaitu nilai
intrinsik lebih kecil daripada harga pasar.