Anda di halaman 1dari 15

HEMOKROMATOSIS

I. DEFINISI Hemokromatosis adalah suatu penyakit resesif autosomal ditemukan pada 1 dari 200 orang atau 1 dari 300 orang di Eropa pada jaman dahulu, para klinisi berpendapat bahwa ini merupakan penyakit yang jarang. Diagnosisnya sulit untuk dipahami karena gejala yang muncul tidaklah spesifik (Paul c adam, 2003). Menurut data statistik banyak ditemukan pada kaum pria daripada wanita dengan perbandingan 17 : 1 menurut Schiff, menurut Harrison 10 :1, menurut Spelberg. 20 : 1. Pada wanita timbulnya penyakit ini pada usia lebih lanjut terutama setelah menopause. Hal ini mungkin karena pada kaum pria mempunyai intake yang jauh lebih tinggi dan besi tidak dapat melepaskan dir setelah

absorbsi, sedang pada kaum wanita besi yang telah diserap dapat dikeluarkan melalui haid, kehamilan dan laktasi (Sujono Hadi, 2002). Trosseaus adalah orang yang pertama kali mengangkat kasus ini pada sebuah literature patologi Perancis pada tahun 1865. Reclinhhausen pada tahun 1889 adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah hemochromatosis, yang berarti suatu penyakit yang berasal akibat adanya kelainan darah sehingga menyebabkan peningkatan pigmentasi pada kulit. Pada tahun 1935, Sheldon menguraikan 311 kasus dari hasil penelitiannya dan menyimpulkan bahwa hemochromatosis adalah suatu kelainan bawaan metabolisme besi dimana hal tersebut menyebabkan terjadinya manifestasi patologi berupa peningkatan deposit besi pada organ-organ. Pada tahun 1960 ada pendapat kontroversi yang

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 1

disampaikan oleh MacDonald yang berpendapat bahwa hemochromatosis suatu penyakit kelainan nutrisional akibat alkohol. Pada tahun 1976 Simon dan Cowokers menghilangkan anggapan tersebut yaitu dengan diketahui adanya keberadaan gen hemochromatosis yang berhubungan dengan regio HLA pada kromosom 6, hal ini menunjukkan adanya pengaruh genetik pada penyakit ini (Paul C Adams, 2003). Dengan ditemukannya gen hemochromatosis (HFE) pada tahun 1996 maka membuka pemandangan mengenai penyakit ini dan strategi diagnosis yang baru. Persoalan mendasar yang muncul saat ini terutama adalah apakah penyakit ini hanya dapat ditegakkan berdasarkan kriteria fenotip (seperti saturasi transferin, ferritin, biopsi hepar, konentrasi besi pada hepar atau pemindahan besi dengan terapi venaseksi), atau apakah berdasarkan adanya riwayat penyakit keluarga di Eropa ini berhubungan dengan adana mutasi C282Y pada gen HFE dan bermacam-macam tingkatan kelebihan besi. Sejak ditemukan adanya keterlibatan genetik pada penyakit ini maka banyak orang mengkombinasikan kriteria fenotip dan genotip untuk menegakkan diagnosis penyakit ini, ini sangat penting mengingat banyak hal yang menyebabkan kelebihan besi selain hemochromatosis (Bruce dan Robert, 1998). II. KLASIFIKASI Menurut Spellberg dan Sherlock (Sujono Hadi, 2002), dikenal beberapa macam antara lain : 1. Hemochromatosis idiopatik

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 2

Adalah hemochromatosis yang timbul sejak dilahirkan, karena adanya absorpsi besi di saluran pencernaan yang bertambah dan terjadinya penimbunan hemosiderin di hati, pancreas, kulit dan berbagai organ, akibatnya akan terjadi degenerasi, fibrosis dan disfungsi dari berbagai organ-organ tersebut. Timbulnya gejala-gejala atau keluhan sekitar usia 45-55 tahun. Kaum pria lebih banyak terserang dengan perbandingan 15-20 : 1. 2. Hemochromatosis eksogen Pada jenis ini faktor luar yang menjadi penyebab timbulnya

hemochromatosis, terutama setelah pemberian transfuse yang terus menerus. Oleh karena itu sering disebut pula transfusion hemosiderosis. Dapat dijumpai pada semua umur, umumnya ditemukan sama baik pada kaum pria maupun wanita. Didapatkan penimbunan besi di dalam hati, pancreas dan kulit. Tapi juga ditemukan penimbunan di limpa dan ginjal, bahkan lebih banyak daripada tempat lain. Walaupun demikian tidak ditemukan gangguan fungsi dari masing-masing organ. 3. Hemochromatosis nutrisi (Nutritional hemochromatosis) Ditemukan penimbunan zat besi dari jaringan pada beberapa organ, tapi tidak timbul kerusakan pada jaringan tersebut. Ditemukan pada usia dibawah 40 tahun. Kaum pria ditemukan sama dengan kaum wanita. Banyak dijumpai pada bangsa Afrika Selatan yang makanan pokoknya banak mengandung zat besi. Ratarata intake setiap harinya 200 mg. Sebagai akibat defisiensi nutrisi akan menyebabkan metabolisme abnormal

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 3

Hemochromatosis turunan (genetik hemochromatosis/HHC) adalah istilah yang dipergunakan untuk identifikasi penyakit dari kelebihan besi yang berhubungan dengan HLA dan secara genetik diartikan sebagai suatu peningkatan absorbsi besi pada usus. Istilah lama yaitu primer atau idiopathic

hemochromatosis harus tidak lagi digunakan sebab telah jelas bahwa ini adalah suatu kelainan turunan. Ini dipikirkan bahwa kelainan genetik primer pada beberapa aspek terletak pada transport besi pada usus, tapi satu sudut pandang alternative lain adalah mungkin terjadi suatu kelainan pada metabolisme besi pada reticuloendothelial dimana terjadi peningkatan pelepasan besi dari

reticuloendothelial. Dan sebaliknya, ada dua teori tidak dapat dipisahkan sebab keduanya dapat disebabkan oleh adanya abnormalitas protein yang sama, hal ni memacu peningkatan absorbsi besi oleh usus dengan tempat predisposisi utama di sel parenchymal. Hati adalah penerima terpenting dari mayoritas besi yang diabsorbsi, dan hati selalu terlibat dalam Hemokromatosis keturunan/genetic (HHC), (Pipard, 1994). Individu yang mengalami penyerapan besi dalam jumlah berlebihan karena sebab selain kelainan turunan yang berhubungan dengan HLA disebut hemokromatosis sekunder meliputi erythropoiesis tidak efektif, beberapa pasien dengan penyakit hati, pasien dengan intake besi tinggi, dan yang paling jarang adalah kondisi atransferrinemia sejak lahir. Baik HHC dan berbagai macam kelebihan besi sekunder harus dibedakan dengan yang mana, yaitu iatrogenic dan memacu deposit besi yang pada awalnya ditemukan pada sistem

reticuloendothelial. Di pasien dengan erythropoiesis yang tidak efektif

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 4

memerlukan darah sel merah (RBC) transfusi, dapat terjadi suatu kombinasi kelebihan besi di parenchymal dan reticuloendothelial karena pada indivividu ini terjadi suatu stimulus absorbsi besi yang berlebihan disamping itu individu tersebut juga mendapat besi dari transfusi RBC. Suatu sindrom kelebihan besi pada neonatal telah terurai dan tampak berbeda dari klasifikasi saebelumnya. Pada penelitian disebuah keluarga ternyata gagal untuk memperlihatkan suatu hubungan HLA dari hemochromatosis di bayi ini. Akhirnya, satu bentuk keturunan kelebihan besi, yang tidak berhubungan dengan HLA tetapi menyebabkan adanya peningkatan absorbsi besi telah dideskripsikan di sub Saharan Africans (Gordeuk, 1992). Kelainan ini disebut dengan istilah African Iron Overload atau apa yang disebut dengan Bantu Hemosiderosis. Pada kelainan ini terjadi peningkatan absorbsi besi yang diperburuk dengan ingesti besi dalam jumlah besar pada bir yang bimasak ataun dibuat menggunakan drum-drum baja. Faktor resiko antara lain ras (Caucasoid dan bangsa eropa), riwayat penyakit arthritis keluarga dan riwayat penyakit hati pada keluarga. Faktor Penyebab antara lain: Hemochromatosis herediter, penggunaan berlenih suplemen besi dan injeksi besi, transfusi darah. III. PATOFISIOLOGI Mekanisme patofisiologi dari HHC dapat digolongkan pada tiga area utama (paul c adam, 2002): (1 ) genetik HHC, (2 ) Peningkatan absorbsi besi di usus yang berasal dari makanan, dan (3 ) pemahaman mengenai pengaruh besi terhadap kerusakan jaringan dan fibrosis.

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 5

1) Pengaruh

genetik,

sebagaimana

telah

dijelaskan

sebelumnya,

hemokromatosis genetic pertama kali disinggung oleh Sheldon pada tahun 1935 akan tetapi studi penelitian pertama yang dibuktikan akan adanya deasar genetic dari hemokromatosis dilakukan oleh Simon dan Cowokers yang menunjukkan adanya hubungan erat dengan HLA-A pada kromosom 6. Kemudian banyak studi yang menganalisis asal-usul dengan menggunakan marker tipikal fenotip seperti studi besi serum dan penyimpanan besi pada jaringan serta studi pengelompokan HLA yang telah digunakan sebagai tes pengganti genetic yang telah

mendemonstrasikan bahwa hemokromatosis adalah penyakit keturunan yang bersifat resesif autosomal. Tidak semua pasien dengan hemokromatosis bawaan mengalami kerusakan organ, pengetahuan dini tentang gejaa dan pemeriksaan fisik dapat memperbaiki kelangsungan hidup akibat hemokromatosis. Alasan dari ketidaksesuaian ini tidak diketahui secara pasti, bagaimanapun yang paling menentukan termasuk adanya heterogenitas genetic dan perbedaan mutasi pada gen HFE, yang mana akan menghasilkan tingkatan atau derajat akumulasi besi yang berbeda, misalnya adanya perbedaan konsumsi makanan yang mengandung besi dapat mempengaruhi absorbsi besi, adanya mekanisme kehilangan darah dari tiap individu juga mempengaruhi misalnya bersifat fisiologis (ex: menstruasi), patologis (ex: perdarahan GIT), dan donor darah. Pengelompokan HLA hanya berguna dalam penelitian asal-usul dan tidak dapat digunakan pada individual, dengan sporadis mengidentifikasi pasien. Hampir 75 % pasien dengan HHC memiliki HLA-3 positif sedangkan pada individu normal 25-30 % memiliki HLA3 positif. Frekuensi positif palsu dan negatif palsunya sangat tinggi saat ini

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 6

digunakan untuk mendukung diagnosis. Sementara itu fungsi protein dalam regulasi hemostasis besi belum diketahui secara pasti, hal ini menjadi antisipasi bahwa terapi gen tdak akan sesuai untuk pasien dengan HHC yang telah didiagnosis dini, treatment dengan phlebotomy jauh lebih simpel, tidak mahal dan lebih efektif. 2) Absorbsi besi pada usus, absorbsi besi intestinal meliputi 3 fase yaitu uptake mukosa, penyimpanan intraseluler, dan transfer serosal. Meskipun mekanisme intraseluler dan biokimia dari absorbsi besi pada keadaan normal belum diketahui secara pasti tetapi telah disimpulkan bahwa pasien dengan HHC mengalami peningkatan signifikan absorbsi besi hariandibandingkan dengan kontrol atau orang normal. Pada orang normal absorbsi besi harian besi adalah 1-2 mg, sementara pada HHC absorbsi besi harian mencapai 3-6 mg perhari. Maclaren dan temam-teman membuktikan bahwa tidak ada perbedaan antara uptake mukosa pan penyimpanan besi pada absorbsi intestinal pada HHC maupun kontrol. Bagaimanapun, ada peningkatan signifikan fase transfer serosal, hal ini terjadi kemungkinan akibat terjadi defek atau kelainan pada protein yang meregulasi efflux besi dipermukaan basolateral enterocyte. Adanya peningkatan transfer besi dari enterocyte ke sirkulasi portal akan menghasilkan peningkatan saturasi

transferin dan juga meningkatkan transferin yang berikatan dengan besi yang mana akan dibawa ke hepar dan secara effisien akan diolah oleh hepatosit.

Observasi lain pada pasien dengan HHC adalah adanya kelebihan deposit besi yang sebagian besar ditemukan pada sel-sl parenkim dengan jumlah besi yang sedikit didalam sel-selnya yaitu pada retikuloendhotelial sistem. Hal ini berbeda

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 7

dengan distribusi besi yang terlihat pada kategori kelebihan besi sekunder ataupun pada African iron overload, yang mana besi ditemukan pada keduanya yaitu selsel parenkim dan sel-sel retikuloendhotelial (Paul C Adam, 2003). Observasi ini mengarahkan bahwa kelainan terjadi pada sel-sel retikuloendhotelial. 3) Kerusakan jaringan dan fibrosis akibat kelebihan besi , Utama akhir mekanisme pathophysiologic itu harus dipertimbangkan di hemochromatosis adalah itu terkait dari kerusakan hati akibat kelebihan besi. Di pasien dengan HHC, hepatic fibrosis dan sirosis adalah patologi terpenting yang ditemukan. Pada percobaan kelebihan besi pada hepar, besi yang tergantung lipid peroxidation telah diidentifikasi pada sejumlah studi dan membran fungsi dari mitochondria (misalnya., metabolisme oxidative, sequestration kalsium), microsomes

(misalnya., cytochrome p - 450 dan b5 tingkat, aktivitas aminopyrine demethylase), dan lysosomes yang abnormal pada konsentrasi besi yang mengalami peroksidasi lipid. Akhirnya, satu hubungan di antara besi yang mempengaruhi peroxidasi lipid dan fibrosis telah diperlihatkan pada beberapa studi. Satu hipotesis adalah bahwa peroxidation lipid yang mempengaruhi besi yang terjadi di hepatocytes menyebabkan kerusakan hepatocellular atau

kematian. Sel Kupffer mungkin menjadi teraktifasi setelah phagocytosis yang dihasilkan dari hepatocytes yang rusak menghasilkan profibrogenic cytokines yang mana ini mentransformasikan faktor pertumbuhan, yang pada gilirannya ini merangsang sel hepatic stellate untuk menghasilkan kolagen dalam jumlah

banyak, hal ini mengarahkan ke patologi dari fibrosis. Pembahasan dari besi mempengaruhi kerusakan jaringan di organ selain dari hati, seperti itu jantung,

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 8

pankreas, dan kelenjar endokrin terbatas, kecuali untuk belajar di sel myocardial yang mempunyai memperlihatkan kelainan fungsional sehubungan dengan peroxidation yang dipengaruhi oleh besi (paul c adam, 2003) IV. MANIFESTASI KLINIS Pada 1990, banyak pasien dengan HHC datang ke Rumah Sakit tanpa ada gejala . Mereka teridentifikasi sebagai homozygous relatif dari probandus yang teridentifikasi melalui studi skrinning keluarga atau dengan studi besi serum pada skrinning rutin biokimia darah. Meskipun Begitu, ini penting untuk mengetahui manifestasi klinis khas yang muncul ketika pasien datang dengan gejala penyakit. Kebanyakan pasien dengan gejala HHC muncul pada usia adalah 40 ke 50 tahun umur pada saat terdeteksi. Meskipun gen yang mengalami kelainan terdistribusi sama antara laki-laki dan perempuan, tapi pada beberapa laporan telah

teridentifikasi jauh lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan, dengan rasio 8:1 hingga 2:1. Dengan demikian, frekuensi dari HHC pada perempuan secara khas diremehkan ketika hanya berdasarkan semata-mata pada ekspresi fenotip. Ketika pasien datang dengan gejala, paling sering dikeluhkan adalah kelemahan dan kelelahan, sakit perut, kehilangan gairah sexual atau

impotensi pada laki-laki, dan arthralgias. Penemuan fisik meliputi hepatomegali pada mayoritas pasien, splenomegali, dan komplikasi lain dari penyakit hati, meliputi ascites, edema, dan ikterus. Munculnya diabetes secara signifikan menurun dengan diagnosis lebih awal, dan adanya pigmentasi kulit

membutuhkan ketajaman klinisi untuk mendeteksi perubahan yang tidak ketara ini. Munculnya kerusakan organ dan gejala biasanya berhubungan dengan derajat

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 9

atau tingkatan dari kelebihan besi. Ketika pasien teridentifikasi melalui skrinning keluarga atau populasi, frekuensi pasien yang tidak bergejala meningkat.

Beberapa pasien telah dideskripsikan dengan hypothyroidism, tapi fungsi tentang ginjal secara khas normal. Akibat endokrin lain dapat dilihat sebagai hasil komplikasi dari sirosis. Manifestasi jantung jarang terjadi karena pasien didiagnose lebih awal. Cardiomyopathy, atrial dan ventricular dysrhythmias, dan kegagalan hati congestive mendasari terjadinya gangguan pada jantung. Arthropathy dari hemochromatosis yang punya beberapa karakteristik khas, dan yang paling khas adanya perubahanan pada sendi kedua dan ketiga metacarpophalangeal. Terjadi penyempitan ruang sendi, chondrocalcinosis, pembentukan cysta subchondral, osteopenia, dan pembengkakan dari sendi dapat terjadi. Gejala arthritis pada HHC secara khas tidak membaik dengan phlebotomy. Pigmentasi kulit karena HHC dapat sulit dibedakan mungkin terdapat diskolorisasi warna bronz akibat adanya dominasi dari pigmen melanin atau pigmentasi abu-abu akibat adanya deposisi besi pada lapisan basal epidermis. V. DIAGNOSIS Hal yang perlu diketahui dalam menegakkan diagnosis HHC pertama kali adalah memikirkan tentang kelainannya tanpa menyingkirkan abnomalitas yang ditemukan pada hasil tes laboratorium dan kemudian melakukan tes besi serum dan biopsi pada hepar. Pada pasien tersebut gejala yang berkembang berhubungan dengan HHC, paling umum adalah lelah, rasa tidak enak badan, nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan arthropathy, dan gejala yang jarang adalah gejala penyakit hati kronis,diabetes, dan penyakit jantung kongestif. Banyak dari gejala

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 10

ini tidak khas dan kadang berhubungan dengan penyakit lain, oleh karena itu diagnosis HHC sering tidak dipertimbangkan ketika gejala muncul pertama kali pada pasien. Sekarang ini, cara paling umum pada dengan HHC adalah dengan skrinning biokimia darah secara rutin sebagai satu bagian dari rutin pemeliharaan kesehatan. Beberapa laboratorium swasta menambahan pemeriksaan kadar besi dan kadar besi yang terikat (TIBC) beserta satu kalkulasi saturasi transferin (BesiTIBC 100%) pada skrinning biokimia darah yang mereka lakukan. Uji besi serum, TIBC atau tfansferrin, dengan kalkulasi saturasi transferrin, seiring dengan itu level atau kadar serum ferritin harus diperoleh pada kondisi puasa. Lebih dari 50% pasien mengalami peningkatan perlahan kadar besi serum setelah makan, dan dengan demikian jika sampel darah tidak diambil saat puasa, maka saturasi transferrin dapat meningkat pada kondisi ketiadaan peningkatan penyimpanan besi. Selain terdapat peningkatan kadar besi serum setelah makan pagi ternyata juga dijumpai adanya variasi konsentrasi besi pada siang hari. Karena alasan tersebutlah maka direkomendasikan bahwa kapanpun mencoba untuk mendiagnosis HHC maka pasien harus dilakukan pemeriksaan kadar besi serum pada pagi hari. Saturasi Transferrin adalah tes yang lebih sensitif dan spesifik dibandingkan penentuan kadar serum ferritin, yang mana dapat

meningkat untuk karena beberapa sebab, meliputi berbagai macam penyakit nekrosis dan inflamasi hati (misalnya., hepatitis virus kronis, penyakit hati

alkoholik, steatohepatitis tanpa alkohol), penyakit keganasan, dan inflamasi yang lain. Dengan demikian, peningkatan kadar ferritin disertai saturasi transferrin yang normal pada seseorang dengan kelainan inflamasi lain kebanyakan

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 11

mengindikasikan bahwa orang tersebut tidak menderita HHC. Kombinasi peningkatan kadar saturasi transferrin dan peningkatan kadar ferritin berkebalikan dengan individu sehat yaitu 93% sensitif untuk HHC. Dan Sebaliknya, pada orang yang berusia lebih dari 35 tahun kombinasi dari kadar normal ferritin meningkat dan saturasi transferrin normal punya keakuratan bersifat prediksi negatif 97%, menandai bahwa hanya sebesar 3% kesempatan untuk mendiagnosa HHC pada pasien usia ini atau lebih tua. Tes berikutnya itu harus dilaksanakan adalah biopsi hepar percutaneous. Biopsi jarum percutaneous menghasilkan jaringan yang cukup untuk evaluasi histopathologi dan untuk pengukuran biokimia dari konsentrasi besi hepatik. Biopsi hepar atau hati harus dilaksanakan untuk menegakkan diagnosa dan untuk menilai derajat kerusakan hepar. Beberapa ahli pengobatan menyarankan pasien diobati dengan terapi phlebotomy daripada biopsi hati. Ini adalah tidak sesuai, karena meskipun biopsi hati adalah satu pemeriksaan invasif,namun ini aman ketika dilaksanakan oleh seseorang yang berpengalaman, ini menegakkan diagnosa pasti dan menilai derajat kerusakan hepar. Tes yang paling pasti siap harus dilaksanakan. Pewarnaan perls prusia blue dipergunakan untuk penentuan dan lokalisasi dari besi penyimpanan. penyimpanan besi secara khas ditemukan distribusi periportal di hepatocit dengan kecil atau tidak ada besi pada sel Kupffer. Di pasien dengan konsentrasi besi hepar yang tinggi, distribusi besi menjadi panlobular dan penyimpanan besi dapat dilihat di sel Kupffer dan sel saluran empedu. Grade 1 dan 2 perls prusia blue dapat dilihat di hati normal, sedangkan grade 3 pewarnaan besi dapat dilihat di sirosis alkoholik dimana ini berkorelasi

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 12

kurang baik dengan konsentrasi besi hepar. Pada ketiadaan kelainan lain, grade 3 ke 4 pewarnaan besi dilihat di HHC. Secara khas, pasien HHC yang bergejala akan kadar mungkin 30,000 g / g atau lebih tinggi (normal< 1500 g / g). Pada HHC yang tidak berkomplikasi, fibrosis dan sirosis biasanya tidak terlihat hingga konsentrasi besi hepar melebihi 20,000 g / g. Pada pasien dengan HHC diatas dan pasien dengan beberapa bentuk lain penyakit hati kronis, penyakit hati

alkoholik atau penyakit hati karena virus kronis (paul c adam, 2003). VI. TREATMENT 1. Venaseksi Tujuannya adalah untuk menghabiskan simpanan besi untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Pasien memulai program venaseksi mingguan sebanyak 500 mL. Proses ini dimulai jika HB >10 mg/dL. Serum ferritin level dimonitor tiap 3 bulan. Venaseksi dilakukan sampai kadar ferritin serum menekati 50 g/L. Pada orang muda dapat dilakukan sebanyak 2x/minggu, sedangkan pada orang yang lebih tua dapat dilakukan 1x/minggu. Durasi terapi tergantung usia pasien dan kadar besi sejak awal didiagnosis. Terapi mingguan berlangsung paling lama 3 tahun pada laki-laki dewasa, dan beberapa bulan pada wanita muda. Untuk maintenance maka dapat ilakukan terapi ini 3-4x pertahun atau tergantung dari pemeriksaan ferritin level, atau dengan rajin melakukan pemeriksaan ferritin level tiap tahun dan memulai terapi saat kondisi ini mulai abnormal.

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 13

2. Terapi kelasi Terapi kelasi dengan menggunakan deferoxamine disediakan untuk kelebihan besi yang bersifat sekunder. Hepatotoksik menjadi perhatian yaitu dengan menggunakan kelasi besi oral deferiprone yang telah dilakukan pada thalasemia. 3. Transplantasi hepar Ini dilakukan pada penderita hemokromatosis yang mengalami stadium terminal kerusakan hepar. Transplantasi hepar yang kurang hati-hati pada penerima donor hati dapat menimbulkan mobilisasi inkomplit kelebihan besi hepar. VI. Komplikasi :

Hemosiderin deposition Atrial fibrillation Hyperpigmentation Splenomegaly Arthropathy Hepatomegaly Cardiomyopathy Ascites Alopecia Hepatic failure Osteoporosis Gynaecomastia Hypopituitarism Brain failure Hepatocellular jaundice Dizzyness Diabetes mellitus type 2 Hypogonadotrophic hypogonadism Pyrophosphate arthropathy Haemosiderosis Cirrhosis of liver Peripheral neuropathy Male infertility Abdominal pain Myocarditis Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 14

Luteinizing hormone levels low (plasma or serum) Ferritin levels raised (serum)

VII. PROGNOSIS Sirosis hepar adalah faktor utama yang mempengaruhi angka harapan hidup, pada orang yang telah terserang sirosis hepar 5,5 kali beresiko mengalami kematian dibanding yang tidak mengaami sirosis.

Mega Prawithasari Lubis_Hemokromatosisfile| 15

Anda mungkin juga menyukai