Anda di halaman 1dari 5

Sistem Surveilans Penyakit DBD, apa itu?

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak- anak dengan ciri- ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Surveilans adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi dan diseminasi yang bersifat terus menerus dan sistematik untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Surveilans epidemiologi merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam mengatasi, mengendalikan serta menanggulangi penyebaran penyakit menular, seperti halnya pada penyakit DBD. Sistem surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di Puskesmas meliputi kegiatan pencatatan, pengolahan dan penyajian data penderita DBD. Tujuan dari pelaksanaan surveilans antara lain : Memprediksi dan mendeteksi epidemi Pemantauan mingguan, laporan mingguan wabah, laporan bulanan program P2DBD, penentuan desa/kelurahan rawan, mengetahui distribusi kasus DBD/kasus tersangka DBD per RW atau dusun, menentukan musim penularan dan mengetahui kecenderungan penyakit. Memonitor, mengevaluasi, memperbaiki program pencegahan penyakit Memasok informasi untuk penentuan prioritas pengambilan kebijakan Monitoring dan estimasi dampak penyakit di masa mendatang Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut

Program surveilans epidemiologi DBD meliputi surveilans penyakit yang dilakukan dengan cara meminta laporan kasus dari rumah sakit dan sarana kesehatan serta surveilans vektor yang dilakukan dengan melakukan penelitian epidemiologi di daerah yang terjangkit DBD. Pelaksanaan surveilans epidemiologi vektor DBD untuk deteksi dini biasanya dilakukan penelitian di tempat-tempat umum; sarana air bersih; pemukiman dan lingkungan perumahan; dan limbah industri, RS serta kegiatan lain. Kegiatan di atas dilakukan oleh petugas kesehatan, juru pemantau jentik dan tim pemberantasan nyamuk di sekolah dan masyarakat. Sebagai indikator keberhasilan program tersebut adalah Angka Bebas Jentik (ABJ). Surveilans epidemiologi penyakit DBD memegang peranan penting dalam upaya memutus mata rantai penyakit DBD. Namun, pada kenyataanya belum berjalan dengan baik disebabkan karena faktor eksternal dan internal, misalnya petugas puskesmas tidak menjalankan tugas dengan sebagaimana mestinya dalam melakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB). Berdasarkan surveilans epidemiologi DBD yang telah dilakukan peningkatan dan penyebaran jumlah kejadian penyakit DBD ada kaitannya dengan beberapa hal berikut:

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi 2. Urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali 3. Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis 4. Peningkatan sarana transportasi Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu: 1. Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modofikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan: a. Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari. b. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut. c. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya seminggu sekali. d. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah keleng, botol pecah, dan ember plastik. e. Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dangan menggunakan tanah. f. Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari daun. 2. Biologis Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam atau menambahkannya dengan bakteri Bt H-14 3. Kimiawi Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan: Pengasapan/fogging dengan menggunakanmal athion danf enthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti sampai batas tertentu.

Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti

gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain. Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sempah-sampah dan lubanglubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakanplus seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, memesang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memesang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia (Depkes RI , 1992 ). Timbulnya mendadak dan banyak mengakibatkan kematian bagi penderitanya, sehingga tidak mengherankan bila adanya penyakit ini menimbulkan keresahan bagi masyarakat Wabah pertama terjadi pada tahun 1780 an secara bersama di Asia, Afrika dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950 an dan hingga 1975. Penyakit DBD muncul pertama kali pada tahun 1953 di Filipina, di Indonesia dilaporkan pertama kali tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah kasus 58 orang, 24 dian taranya meninggal (CFR = 41,32).

Penyakit. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk Sampai saat ini penyakit DBD belum ada vaksin pencegahnya dan obatnyapun juga masih diusahakan. Satu-satunya cara efektif adalah mencegah dan menanggulanginya dengan cara memberantas nyamuk penularnya. Nyamuk Aedes Aeggepti berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Nyamuk ini mampu hidup pada ketinggian sampai 1000 m dari permukaa laut, suka hidup didaratan rendah yang berpenghuni padat. Dari telur hingga dewasa mencapai kurang lebih 12 hari. Menggigit pada pagi dan sore hari. Jarak terbang maksimal 100 m. Nyamuk jantan hidup mencapai 30 hari yang betina mencapai 3 bulan. Nyamuk jantan menghisap sari buah-buahan,

naymuk betina menghisap darah manusia untuk mematangkan telurnya. Setelah nyamuk betina menggigit orang sakit DBD, 7 hari kemudian virus DBD dalam tubuhnya telah matang dan siap ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya. Nyamuk betina infektif dapat menularkan virus DBD seumur hidupnya. Untuk membunuh nyamuk DBD ini ada beberapa cara, yaitu secara mekanisme, biologis dan kimia. Pemberantasan nyamuk Demam Berdarah akan lebih efektif jika dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang dilakukan oleh petugas Puskesmas disemua desa non endemis sekaligus memberikan abate pada penampungan air yang ada jentiknya.. Peran serta mayarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk digerakkan lebih giat melalui penyuluhan-penyuluhan. Keberadaan jentik Aedes aegypti di suatu daerah merupakan indikator terdapatnya populasi nyamuk Aedes aegypti di daerah tersebut. Untuk itu perlu dilakukan upaya Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB). Sebelum dilakukan PJB seorang petugas seharusnya mengenali apa itu telor, jentik dan kepompong dari naymuk aedes aegypti. Telur Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir, telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran + 0,80 mm. Telur ini di tempat yang kering dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari setelah terendam air. Jentik Jentik kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0 1 cm. Jentik nyamuk Aedes aegypti selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong. Kepompong Bentuk seperti koma, gerakannya lamban, sering berada dipermukaan air. Setelah 1 2 hari akan menjadi nyamuk baru Cara Melakukan Pemeriksaan Jentik Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya. Jika tidak tampak, tunggu + 0,5-1 menit, jika ada jentik, ia akan muncul kepermukaan air untuk bernafas Ditempat yang gelap gunakan senter Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng bekas/plastik, ban bekas, dll. Jentik-jentik yang ditemukan ditempat-tempat penampungan ait yang tidak beralaskan tanah (Bak mandi/WC, drum, tempayan dan sampah-sampah/barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan) dapat dipastikan bahwa jentik tersebut adalah jentik nyamuk Aedes aegypti penular penyakit DBD. Cara Mencatat Hasil Pemeriksaan Jentik

Tulis nama desa/kelurahan yang akan dilakukan pemeriksaan jentik, dan tanggal pemeriksaan/survei Tulis nama keluarga dan alamatnya (RT/RW) pada kolom yang tersedia Hitung jumlah conteiner yg ada air, kemudian hitung yg terdapat jentik pd kolom yg telah ditentukan Hitung jumlah seluruh conteiner yang terdapat jentik pada kolom yang telah ditentukan Tulislah hal-hal yang perlu diterangkan pada kolom keterangan seperti : rumah/kavling kosong, penampungan air hujan, dll.

Anda mungkin juga menyukai