Anda di halaman 1dari 19

BLOK 1 & 2 (Study Skills, Critical Thinking, Communication, Bioethic, & Humaniora) MODUL VI Quality of Live

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung 2009

Skenario Kakek X, seorang pria usia 78 tahun dibawa oleh anaknya berobat ke dokter A karena keluhan perubahan perilaku. Anda sebagai mahasiswa FK yang sedang observasi di praktek dr. A melakukan anamnesis terhadap keluarga pasien. Dikatakan oleh anaknya bahwa sudah 2 ahun ini kakek X menampakan tanda mudah lupa terhadap segala sesuatu yang baru terjadi. Kadang dia lupa bahwa dia sudah makan, lupa nama cucunya yang berkunjung, dan lupa nama benda-benda yang digunakan sehari-hari, misalnya kacamata, bolpen, dan tongkat, dan lupa menyikat giginya. Beberapa bulan kemudia perilakunya berubah. Berpakaian menjadi sembarangan, meludah sembarangan, dan sering lupa menyisir. Padahal kakek X biasanya seorang yang sangat rapi. Sejak 3 bulan yang lalu ia mengalami disorientasi waktu dan senang keluyuran keluar rumah sehingga keluarga terpaksa mengunci pintu rumah. Kalau sudah begitu, kakek marah-marah dan mengamuk. Ia juga tampak paranoid dan menganggap bahwa anaknya ingin mengambil uang miliknya, sehingga kakek ke mana-mana membawa buntalan berisi uang. Selama ni kakek yang seorang sehat. Tekanan darah selalu normal. Hasil check-up terakhir 2 tahun yang lalu menunjukkan tidak ada kelainan hasil laboratorium. Dokter A melakukan pemeriksaan fisik dan menyatakan bahwa hasilnya dalam batas normal. Ia melakukan tes status Mini Mental. Dari hasil Mini Mental dokter membuat Diagnosis : Demensia. Dokter menjelaskan mengenai Prognosis penyakit ini dan menjelaskan bahwa kakek harus mendapat terapi farmakologis maupun non-farmakologis. Terapi ini bertujuan untuk memperlambat progresivitas penyakit dan memperbaiki kualitas hidup kakek. I. istilah *istilah non-medis Quality of life : kualitas hidup. Observasi : suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra, terutama mata, terhadap kejadian yang berlangsung. Disorientasi : hilangnya tingkah laku yang tepat / kekacauan mental dalam mengenal waktu, tempat, atau identitas. Paranoid : penyakit mental dimana seseorang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya, ditandai dengan kecurigaan yang tidak rasional / tidak logis. perilaku yang ditandai dengan delusi. Progresif : berjalan terus, berubah dari jelek menjadi lebih buruk / parah, peningkatan lingkup & keparahan penyakit. : MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

*istilah medis - Tes mini mental

tes yang paling umum digunakan untuk keluhan masalah memori / pada saat diagnosis demensia sedang dipertimbangkan oleh dokter. Diagnosis : penentuan sifat suatu kasus penyakit, ketrampilan membedakan 1 penyakit dengan yang lainnya. Demensia : suatu sindrom penurunan kemampuan intelektual secara progresif oleh karena merosotnya fungsi kognitid sehingga berakibat gangguan fungsi sosial, pekerjaan, & aktivitas sehari-hari. Prognosis : pengetahuan akan kejadian mendatang, perkiraan keadaan akhir yang mungkin terjadi dari serangan penyakit.prospek yang berkaitan dengan kesembuhan dari penyakit sebagaimana diperkirakan dari sifat & gejala kasus. Terapi farmakologi : pengobatan penyakit yang menggunakan obat. Check-up : pemeriksaan fisik yang menyeluruh, meliputi berbagai tes, tergantung pada umur, jenis kelamin, & kesehatan dari orang itu.

II.

Identifikasi masalah

1. Kakek X, 78 tahun, selama 2 tahun terakhir - mudah lupa - perilaku berubah - (3bulan terakhir) mengalami disorientasi waktu - emosi labil paranoid diagnosis dokter : demensia 2. Pertanyaan : - Kenapa kakek X mudah lupa? (normal/tidak normal) - Mengapa prilaku kakek X mulai berubah ? - Mengapa terjadi disorintasi waktu ? - Mengapa terjadi gejala paranoid? - Apa yang dimaksud degn demensia?

III.

hipotesis

Kakek X mudah lupa karena terkena Demensia IV. 1. 2. 3. 4. 5. Tujuan pembelajaran Memahami mengenai Quality of life Memahami fisiologis daya ingat Memahami mudah lupa normal atau tidak normal Kaitan Quality of life dan penyakit demensia Kaitan Quality of life dengan bioetik humaniora

Pengertian kualitas hidup Pengertian kualitas hidup secara umum : Merupakan suatu konstruksi multidimensi yang terdiri dari : fungsi dan peran sesorang di dalam masyarakat, kesehatan fisik seseorang, fungsi intelektual, keadaan emosai, dan kesejah teraan social Menurut WHO : Merupakan persepsi dan pandangan setiap orang mengenai posisi seseorang dalam budaya dan masyarakat dimanapun mereka hidup . konsep ini dipengaruhi oleh aspek emosional, kesehatan fisik, kepribadian, tingkat kemandirian, dan hubungan social STANDAR KUALITAS KEHIDUPAN Menurut WHO Dengan instrument WHOQOL Kesehatan fisik Energi dan tingkat kelelahan Sakit dan ketidaknyamanan Bagaimana tidur dan istirahat Psikologi Penampilan fisik Pikiran positif Pikiran negative Harga diri Berpikir, berkonsenrasi Tingkat Mandiri Aktivitas sehari-hari Ketergantungan obat Kapasitas kerja Hubungan sosial Hubungan pribadi Dukungan social Aktivitas social Lingkungan social Sumber keuangan Kebebasan, keselamatan, keamanan fisik Kesempatan memperoleh kerja Spiritual Agama dan spiritual Menurut Depkes Kualitas Hidup Ditentukan Oleh Gizi Dengan hari ini, sudah 56 kali Hari Gizi diperingati, namun Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) masih merisaukan keadaan gizi masyarakat. Di Indonesia, masalah gizi, khususnya pada balita, menjadi masalah besar karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti tingginya angka kesakitan serta angka kematian bayi dan balita. Lebih jauh lagi, kerawanan gizi dapat mengancam kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Tak heran, menilik catatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia masih berada pada peringkat 108 dari 177 negara di dunia.

Menkes mengakui bahwa masalah gizi merupakan salah satu dari masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok tanah air. Sekitar 4 juta ibu hamil dan ibu menyusui

menderita gangguan anemia yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi. Menurut Menkes, ada 3 faktor utama yang saling terkait mempengaruhi besarnya masalah gizi dan kesehatan masyarakat. Pertama, ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yaitu kemampuan keluarga untuk menyediakan makanan yang berkaitan dengan daya beli keluarga. Kedua, pola asuhan gizi keluarga yaitu kemampuan keluarga untuk memberikan makanan kepada bayi dan anak, khususnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif dan pemberian makanan pendamping ASI. Ketiga, akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, yaitu pemanfaatan fasilitas kesehatan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif seperti penimbangan balita di posyandu, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan bayi dan balita, suplementasi vitamin A dan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI), imunisasi, dan sebagainya. Sementara Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) dr. Sri Astuti. S. Suparmanto, MSc(PH), beberapa waktu lalu menjelaskan, umumnya kasus gizi buruk secara alami terjadi karena kekurangan makanan, ketidak-tahuan, serta penyakit. Gizi buruk bukan hanya masalah kesehatan, melainkan juga masalah daya beli masyarakat. Dengan kata lain, ada banyak faktor yang menyebabkan masyarakat mengalami kurang gizi. Secara tak langsung, status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan dalam keluarga, perilaku atau pola asuh orang tua, serta ditunjang oleh pelayanan kesehatan, demikian disampaikan Direktur Bina Gizi Masyarakat dr. Ina Hernawati, MPH. Hal-hal tersebut secara langsung atau tak langsung disebabkan oleh tingkat sosial ekonomi keluarga, distribusi pangan di suatu daerah atau daya beli keluarga, pendidikan, serta budaya setempat atau keluarga, yang pada akhirnya lebih ditentukan oleh keadaan ekonomi bahkan politik negara. Masalah gizi berbagai ragamnya dan mencakup sejumlah besar penduduk Indonesia. Ada sekitar 350 ribu dari 4 juta bayi, lahir dengan berat badan rendah (Bayi Berat Lahir Rendah/BBLR), 5 juta dari 18 juta Balita menderita gizi kurang, 10 juta dari 31 juta anak usia sekolah menderita anemia gizi, 3,5 juta dari 10 juta remana putri mengalami anemia gizi, 30 juta dari 118 juta usia produktif mengalami Kurang Energi Kronik (KEK), dan 5 juta dari 9 juta USILA mengalami anemia gizi. Pemerintah sendiri sejak 2 tahun terakhir ini telah memberikan perhatian lebih besar terhadap upaya perbaikan gizi dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat selain lebih mempedulikan kepentingan masyarakat miskin. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat didukung dengan menyediakan sarana dan fasilitas kesehatan sehingga mampu menjangkau daerah-daerah yang sulit, mengirim tenaga medis dan bidan ke daerah-daerah sangat

terpencil dan menyediakan biaya kesehatan bagi masyarakat miskin. Untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk, Depkes mendorong dilakukannya gerakan pemberdayaan masyarakat lewat gerakan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Setiap keluarga didorong untuk rutin memantau berat badan, terutama bagi Balita, memberi Air Susu Ibu eksklusif pada bayi 0-6 bulan, mengkonsumsi berbagai ragam makanan, dan mengkonsumsi suplementasi gizi sesuai anjuran. Jika seluruh program berjalan baik, maka sebagaimana Rencana Jangka Menengah Nasional, direncanakan pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah penderita gizi kurang. Untuk mempercepat pencapaiannya, dibentuk Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di desa siaga yang mendekatkan akses pelayanan ke masyarakat.

Menurut Presiden SBY Bagi negara berkembang seperti Indonesia, eksistensi manusia berada dalam dilema. Satu sisi dia menjadi pertaruhan harapan masa depan, namun di sisi lain mencemaskan. Hal ini biasanya didasarkan pada kontradiksi antara kualitas dan kuantitas manusia, antara pertumbuhan dan pembangunan warga bangsa. Inilah yang menjadi kegelisahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) seperti yang disampaikan pada Kongres Nasional Manusia Indonesia 2006 beberapa waktu lalu. Menurut Kepala Negara, pertumbuhan penduduk Indonesia telah mencapai ambang batas yang mengkhawatirkan. Problem eksistensi manusia ini semakin berat akibat beragam bencana menyelimuti bangsa. Krisis eksistensi manusia ini dengan sendirinya mengancam seluruh modal baik berupa potensi alamiah yang tersedia maupun modal fisik (physical capital) yang sudah ada. Bahkan dalam jangka panjang dapat mengancam aspek social capital yang telah lama menjadi trade mark kita sebagai bangsa yang toleran, solider, dan menghargai perbedaan. Krisis kemanusiaan yang terjadi saat ini merupakan muara dari sejarah kekuasaan yang totaliter, otoriter, dan sentralistik. Negara telah mendistorsi dan mengeksploitasi modal tersebut menjadi keuntungan bagi segelintir orang, bukan untuk seluruh masyarakat. Ini semua merupakan konsekuensi dari realitas politik kekuasaan yang, menurut Guillermo O'Donnell, bersifat otoritarianisme birokratik (bureaucratic authoritarianism). Ini merupakan sistem kekuasaan yang dikendalikan melalui birokrasi yang mengabdi pada penguasa dan mengkooptasi seluruh kekuatan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat serta institusi kenegaraan lainnya seperti legislatif dan yudikatif. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa kekuasaan sangat menentukan kelangsungan nasib seluruh modal yang dimiliki oleh suatu negara. Ketika

kekuasaan otoriter, maka segala modal akan hancur. Sebaliknya ketika kekuasaan berlangsung secara demokratis, idealnya pengembangan semua modal akan berlangsung secara efektif. Namun, bagaimana kenyataannya? Beban alam Menurut laporan bertajuk Human development report 2006 beyond scarcity: power, poverty, and the global water crisis, yang dilansir beberapa waktu lalu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2006 naik dua tingkat dari urutan 110 menjadi 108. Di tengah berbagai problem yang dihadapi oleh pemerintahan SBY baik secara politik, ekonomi, maupun sosial budaya, kenaikan tersebut cukup memberi harapan. Namun, kalau dibandingkan dengan negara Asean lainnya, IPM Indonesia masih tergolong paling rendah setelah Myanmar dan Kamboja. Kenyataan ini tentu menjadi keprihatinan SBY. Secara politik, dengan modal kekuasaan langsung dari rakyat (direct democracy), SBY sejatinya memiliki kesempatan cukup luas untuk mengembangkan atau paling tidak mengembalikan sumber daya yang tersedia. SBY bisa memobilisasi seluruh kekuatan yang ada di masyarakat untuk bersama menggerakkan pelbagai sektor kehidupan. Namun, modal politik saja tidak cukup karena realitas problem yang mendera negara saat ini sangat kompleks. Paling tidak langkah kerja SBY harus berhadapan dengan dua tantangan, yaitu beban sejarah yang distortif dan deviatif serta bencana yang eksesif. Beban sejarah tidak bisa diselesaikan dalam hitungan periode kekuasaan, tapi generasi demi generasi. Otoritarianisme yang ditunjukkan oleh kekuasaan masa lalu telah menghancurkan modal dasar baik yang terkandung pada alam maupun SDM. Kehancuran tersebut begitu eksesif merusak sistem birokrasi dan merasuk ke ranah kultural. Salah satu hasilnya adalah korupsi yang tumbuh subur dan menjadi realitas sistemik. Begitu parahnya warisan kekuasaan masa lalu, menyebabkan SBY tidak mudah untuk menyelesaikan agenda yang menjadi komitmen utamanya, yaitu pemberantasan korupsi. Resistensi dan perlawanan dengan berbagai cara yang dilakukan oleh para koruptor membuktikan bahwa korupsi telah menjadi bagian dari bawah sadar sebagian elit politik, sehingga mereka merasa risih dengan upaya pemerintah menciptakan clean government. Sementara di sisi lain, pemerintahan SBY dihadapkan pada bencana yang tidak saja melahirkan korban nyawa dan harta, tapi juga menyedot anggaran negara yang tak terkira. Lebih dari itu, bencana telah menyebabkan hancurnya human capital. Potensi kecerdasan masyarakat hilang karena meninggal dunia maupun kekurangan gizi dan sulitnya mengenyam pendidikan akibat tak punya harta. Soliditas & solidaritas

Di tengah kemiskinan dan krisis multidimensi melanda masyarakat, yang dibutuhkan adalah soliditas dan solidaritas. Inilah yang seharusnya menjadi standar kualitas hidup manusia Indonesia. Standar kualitas pembangunan manusia tidak bisa semata dikaitkan dengan tingkat pendapatan atau standar fisik lainnya, tapi pada kesadaran dan kepedulian pada sesama. Standar pembangunan manusia yang melulu didasarkan pada pendapatan per kapita dan kesejahteraan fisik lainnya secara tidak langsung ikut melanggengkan kesenjangan dan mengabadikan perbedaan. Diferensiasi antara kaya dan miskin, sejahtera dan melarat akan tetap terpelihara sepanjang dijadikan standar hidup tanpa dibarengi penguatan aspek lainnya yang jauh lebih substansial, yaitu penguatan soliditas dan solidaritas. Di tengah anggaran negara yang sangat terbatas dan problem sosial yang tak kunjung selesai, penguatan soliditas dan solidaritas menjadi sangat strategis. Sayangnya kedua unsur ini semakin terkikis justru di saat negara membutuhkannya. Soliditas dan solidaritas hanya tumbuh di saat ada ancaman atau bencana melanda. Soliditas dan solidaritas masih bersifat termporal dan seremonial. Padahal faktor inilah yang akan menjadi benteng eksistensi warga negeri yang pluralistik ini dari ancaman disintegrasi dan kepunahan. Penguatan soliditas dan solidaritas ini penting, karena landasan berbangsa kita bukan tumbuh dari kesadaran tapi dari imajinasi (imagened communities). Imajinasi bisa tumbuh berkembang ketika terus dipupuk melalui kebersamaan, dan dia akan layu di saat tiap individu berfikir kepentingannya sendiri Meningkatkan Kualitas Hidup Quality of life yang diartikan sebagai kualitas hidup sering menurun karena masuknya hal-hal negatif ke dalam bawah sadar kita. Oleh karenanya kita akan mendapati banyak keluhan di sekitar kita seperti : mengeluh bahwa penghasilan kita yang tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap bulan, tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, selalu tidak ada waktu untuk merasakan kedekatan kepada Sang Pencipta, dan lain sebagainya. Sebagian besar orang memimpikan adanya peningkatan 'quality of life' dengan menciptakan situasi untuk masuknya keyakinan yang positif dalam alam bawah sadar kita. Dan pikiran bawah sadar kita bekerja secara terus menerus mendorong kita untuk membuktikan bahwa apa yang kita yakini benar adanya. Dengan adanya keyakinan positif inilah maka 'quality of life' kita meningkat.

Berikut ini 8 sikap yang memungkinkan alam bawah sadar kita mudah menerima hal-hal yang positif : 1. Ketulusan, menjadi karakter yang dominan dan paling diterima oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran dan tidak mencari-cari alasan memutarbalikkan fakta. Prinsip dari ketulusan adalah Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak. 2. Berpikir positif, selalu berusaha melihat segala sesuatu dari sudut pandang positif, dalam situasi yang burukpun selalu berbicara kebaikan daripada keburukan orang lain, dan berorientasi kepada solusi bukan frustasi. 3. Kerendahan hati, kita tentunya perlu sepakat hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati, orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang berada di atasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya merasa minder. 4. Proaktif, adanya dorongan untuk mengambil sikap lebih antisipatif dan matang dalam bersikap yang ditandai dengan menganalisa dan melakukan langkah-langkah taktis dalam menyelesaikan masalah, terkesan dinamis dan menjadi inspirasi bagi orang lain. 5. Percaya diri, dari ciri ini yang menonjol adalah mau menerima dirinya apa adanya, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukan dengan baik. 6. Kebesaran jiwa, seseorang yang mudah memaafkan orang lain, berjiwa besar dan menghadapi masa-masa sulit dengan tegar dan tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan. 7. Bertanggung jawab, sikap yang menonjol dari seseorang yang bertanggung jawab adanya kesungguhan dalam menghadapi masalah. Dia tidak mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. 8. Empati, orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik, tetapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika ada konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak.

UNDANG-UNDANG MENGENAI QUALITY OF LIFE UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

1. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. 2. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan social 3. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial. 4. Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial. 5. Relawan Sosial adalah seseorang dan/atau kelompok masyarakat, baik yang berlatar belakang pekerjaan sosial maupun bukan berlatar belakang pekerjaan sosial, tetapi melaksanakan kegiatan penyelenggaraan di bidang sosial bukan di instansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri dengan atau tanpa imbalan. 6. Pelaku Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah individu, kelompok, lembaga kesejahteraan sosial, dan masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. 7. Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 8. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

9. Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial. 10. Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. 11. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. 12. Warga Negara adalah warga negara Republik Indonesia yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 13. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 14. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 15. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan sosial. World Heath Organization Definition of Dementia Demensia adalah sindrom yang mengarah kepada penyakit otak, biasanya kronis atau bertahap sesuai bertambahnya umur dengan adanya gangguan fungsi multi korteks, kalkulasi, kapasitas belajar, tata bahasa, dan penilaian terhadap sesuatu, penyelesaian masalah. Tidak ada gangguan terhadap kesadaran, kerusakan fungsi kognitif biasanya diiringi atau diikuti dengan penururnan dalam kontrol emosi, sikap social dan motivasi. Demensia banyak penyebab nya Menyerang lebih dari 4000000 orang di Amerika, memakan biaya untuk demensia ini 100 miliar dolar amerika / tahun Menyerang 10% diatas umur 70 tahun dan 20-40% pada umur diatas 85 teruji secara klinis banyak yang kehilangan memori. Penyebab Utama Dementia irreversible Penyakit degeneratif penyakit alzaimer, dementia frontotemporal, penyakit huntington, penyakit parkinson, penyakit lewy bodies, atrofi olivopontoserebelar, amiotropik lateral sklerosis/dementia parkinsonism kompleks. Penyakit vaskular

Infrak multipel, emboli serebral, arteritis, anoksia skunder akibat henti jantung, gagal jantung atau keracunan karbon monoksida. Trauma Trauma kranioserebral berat Infeksi Sub akut spongiform ensefalopati (creutzfeldtjacob disease), post ensefalitis, leukoensefalopati multifokal progresif.

Penyebab demesnsia yang muncul tibatiba reversible Drugs Antidepresi, Antikonvulsan, Antikolmergik. Emosi/depresi Depresi, Shizofrenta, Mania, Psikosis. Metabolik Penyakit tiroid, hipoglikemi, hipernatremi dan hiponatremi, Antiansietas, Obat-obat Sedatif, jantung Antiaritmia, termasuk Antihipertensi, Obat-obat

digitalis,

hiperklasemi, gagal ginjal, gagal hati, penyakit cushing, penyakit wilson. Eye/ear nutrisi difensiasi tiamin, difensiasi vitamin B12 (anemia pernisiosa), Difensiasi asam fosfat, difensiasi vitamin B6 (pellagra). Trauma trauma kranioserebal, hematon subdural akut dan kronis. Tumor glioma, meningioma, tumor metastatis. Infeksi meningitis dan ensefalitis bakterialis, meningitis dan ensefalitis Akibat jamur, meningitis akibat kriptokokus, meningitis dan ensefalitis viral, abses otak, neurosifilis, AIDS. Autoimun lupus eritematosus diseminata, multiple sklerosis. Dan di samping itu ada juga arterioseklerosis dan alkohol.

Demensia subkorteks hasil dari disfungsi di bagian otak yang di bawah korteks. Biasanya gejala yang muncul di demensia cortical tidak tampak namun akan tampang perubahan dalam kepribadian dan rentang perhatian dan pemikiran mereka melambat Contohnya adalah : 1. Parkinson 2. Trauma kepala 3. HIV 4. TBC 5. Racun 6. Gagal system endokrin Cortical demensia timbul dari suatu kelainan yang mempengaruhi cerebral cortex, lapisan luar otak yang memainkan peran penting dalam proses kognitif seperti memori dan bahasa. Contohnya adalah : 1. Alzheimer 2. Vascular dementia 3. alkoholik Demensia di atas 65 tahun senilis Dementia di bawah 65 tahun presenilis

Mini-mental state examination sensitivity 71% to 92% specificity 56% to 96%

Gejala Dimensia: -kesulitan untuk mempertahankan kinerja mental,fatig,cenderung gagal bila diberi tugas yang baru atau kompleks -orientasi daya ingat,persepsi,fungsi intelektual memburuk sejalan dengan semakin berat gejala penyakit -perubahan tingkah laku -tidak peduli terhadap tingkah lakunya -dapat terjangkit sindrom sundowner dengan ciri-ciri mengantuk,kebingungan,ataksia,jatuh tiba-tiba -biasa diawali dengan gejala-gejala samar atau tidak disadari pada dimensia tipe alheimer,vaskular,tumor otak,endokrinopati,penyakit metabolik -secara tiba-tiba disebabkan trauma kepala,henti jantung dengan hipoksia otak,atau enfalitis muncul tiba-tiba Akibat Dimensia: -Disorientasi berat (waktu,tempat,inkoheren) -Amnesia -Inkontinensia urin dan feses

PENATALAKSANAAN
TERAPI FARMAKOLOGIS Dalam hal ini perlu dinilai beratnya dimensia, serta jenis gangguan penyerta. Apakah penderita masih dapat berdikari, dapat mengurus kebutuhan dasarnya. Kita berusaha agar penderita dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan bimbingan, latihan-latihan, serta mengubah lingkungan tempatnya agar ia mudah melakukan kegiatan. Penderita dimensia sering disertai gangguan lain, seperti: deprsi, ansietas, agitasi, delusi, halusinasi, dan insomnia. Terhadap gangguan ini dapat diberikan obat-obatan, yaitu obat antidepresan, obat penenang minor atau mayor, dan obat sedatif. Perlu diingat bahwa manula sering sangat oeka terhadap obat-obatan tersebut. Misalnya pernah dijumpai manula diberi diazepam 2 mg sudah menjadi lemas dan mengantuk sepanjang hari. Dalam memberikan obat penenang, kita harus memulai dengan dosis rendah. Meningkatkan dosis obat pun sebaiknya dilakukan secara lambat laun. Efek samping lainnya yang perlu diperhatikan adalah berpikir dapat menjadi lamban, menjadi mudah jatuh (pada wanita tua dapat mengakibatkan fraktur karena osteoporosis), inkontinen urin dan alvi, akatisia, gangguan ekstrapiramidal. Obat-obatan yang dapat digunakan: Untuk depresi : amitriptiline, nortriptiline, maprotiline Untuk ansietas: lorazepam, bromazepam, klobazam, alprazolam Untuk agitasi; delusi: klorpromazin, thioridazin, haloperidol Untuk insomnia: prometazin, diphenhidramin, nitrazepam Takrin: meningkatkan kadar asetilkolin, fungsi kognitif, pemakaian glukose otak pada dimensia ringan dan sedang Donepezil: meningkatkan kadar asetilkolin dan fungsi kognitif Rivastigmin: meningkatkan kognisi membantu aktivitas sehari-hari Ekstrak ginkgo biloba: meningkatkan kognisi membantu aktivitas sehari-hari Pentoksifilin: memperlambat perkembangan penyakit TERAPI NON-FARMAKOLOGIS Terapi dimulai dengan menganalisis masalah apa yang ada. Kemudian ditentukan tujuan apa yang ingin dicapai. Hal ini bergantung dari jenis gangguan, berat gangguan dan proses penyakit. Kita beruapaya mengurangi dampak negatif tingkah laku yang buruk. Sebagian terbesar menula dimensia dirawat di rumah oleh keluarga. Anggota keluarga ini, walaupun mereka sayang kepada orang tuanya, biasanya mengalami banyak ketegangan. Mereka merasa kehilangan orang yang mereka hormati dan segani. Dokter yang merawat perlu memberi informasi apa yang masih dapat dilakukan dan keadaaan apa yang perlu diantisipasi. Tindakan rehabilitasi yang kurang

bermakna jangan dianjurkan. Jangan sembarangan membeli obat yang tidak bermanfaat baik tradisional maupun konvensional. Tujuan terapi ini: Mempertahankan kualitas hidup Memanfaatkan kemampuan yang masih ada seoptimal mungkin Berupaya memperlambat perburukan Membantu keluarga yang merawat, memberikan informasi yang tepat Menghindari tindakan-tindakan, baik farmakologis maupun nonfarmakologis, yang tidak perlu, yang tidak terbukti manfaatnya dan yang umumnya mahal biayanya Menghadapi keadaan penyakit secara realistis Terapinya berupa: Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap bersahabat, riang gembira, segar, tidak menimbulkan stres, dan memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa memberikan rasa keteraturan kepada penderita. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk keadaan. Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan sangat membantu. Mempertahankan perasaan aman dan harga diri Memperhatikan dan cobalah memuaskan kebutuhan rasa kasih sayang, rasa masuk hitungan, rasa tercapainya sesuatu, dan rasa perlu dibenarkan serta dihargai Kamar pribadi jangan sepi dan gelap Taruhlah di dalam kamarnya barang-barang yang sudah ia kenal sejak dahulu untuk mempermudah orientasinya Perlu diberikan nasehat dan pandangan bahwa kejadian yang dideritanya merupakan suatu proses yang alamiah, dan penderitaanya bisa diringankan.

SOLUSI & PENCEGAHAN o Terapkan pola hidup sehat o Cukup tidur dan jam tidurnya teratur o Kurangi Konsumsi Lemak o Makan-makanan yang baik untuk otak, seperti ikan (kaya asam lemak omega 3 dokosaheksaenoat (DHA) : ikan tuna dan salmon) , daging, ayam, susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, jeruk, teh hijau, jus anggur, jus apel, pisang. o Mengkonsumsi nutrien yang diketahui menjaga kesehatan otak adalah vitamin B kompleks, vitamin C dan E, fosfatidilserin, ubiquinon, asetil L karnitin dan ginkgo biloba. o Melatih otak, seperti bermain teka-teki silang, membaca, bermain bridge, bermain catur. melakukan gerakan menyilang atau mencoba melatih kesabaran dengan menulis menggunakan tangan kiri, dll o Hidari berpikiran negatif, tetapi berpikiran positif, rasional, rileks, dan berinteraksi dengan banyak orang o Melakukan hobi, berkaraoke, berkebun, berolahraga, membaca, dan hal seru lainnya o Menjaga kesehatan otak dengan memberikan oksigen yang cukup, menjaga tekanan darah agar tetap normal, hindari kebiasaan tidak sehat (misal, merokok), mencoba aromaterapi, dan meditasi merupakan beberapa hal yang bisa kita lakukan agar otak tetap sehat. MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) - Merupakan tes yang paling umum digunakan apabila ada gangguan memori / saat diagnosis demensia sedang dipertimbangkan oleh seorang dokter. - Biasanya hanya berlangsung 10 menit. - Memiliki total skor 30 poin, dengan masing-masing pertanyaan memiliki poin sendiri. 25-30 dianggap normal 18-24 indikasi ringan kerusakan sedang < 17 kerusakan parah Para dokter tidak boleh hanya bergantung pada tes ini saja dalam mendiagnosis, tes ini dapat digunakan sebatas untuk mengindikasi adanya kerusakan kognitif atau tidak pada pasien.

sebelum tes MMSE, tes darah & pemeriksaan fisik lengkap

Pertanyaan awal 4 pertanyaan indikasi : - Orientasi waktu - Registrasi (berhub. memori lgsg) - Penamaan - Membaca & menerapkannya

Demensia dan Kualitas Hidup Demensia menandai kemerosotan serius dalam kualitas hidup yang dapat dirasakan oleh keluarga pasien (keluarga pasien jadi susah berkomunikasi dengan pasien, keluarga diharuskan merawat), teman pasien (susah berkomunikasi dengan pasien), dan lingkungan sosial pasien. Masalah kualitas hidup yang dialami penderita demensia adalah mempertahankan harga diri, kemerdekaan, perasaan untuk menghargai diri sendiri, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan sekitar. Seringkali keluarga dan penyedia layanan kesehatan (co: R.S., tempat terapi) mengabaikan kualitaskualitas hidup tersebut (dengan banyaknya aturan yang ketat dan pengekangan untuk pasiennya) yang justru dapat mempercepat kemerosotan kualitas hidup pasien tersebut. Oleh karena itu, kualitas hidup pasien demensia harus ditingkatkan agar pasien demensia merasa hidupnya di dunia menjadi lebih berarti. Kaitan Etika Kedokteran dalam Menghadapi Pasien Demensia Pasien dengan demensia membutuhkan pengobatan (co: terapi farmakologis dan non-farmakologis). Dalam pengobatan tersebut, penting diadakan sebuah kerjasama antara dokter dengan pasien, maupun keluarga pasien dengan menghormati semua nilai-nilai dan pilihan yang dianut oleh pasien dan keluarganya tersebut. Masalah-masalah tentang cara pengobatan inilah yang terkadang timbul karena pilihan pasien dan keluarganya dan keputusan terhadap kualitas hidup dirinya bertentangan dengan nilai-nilai dan pengetahuan yang dipegang oleh dokter. Jadi ketika seorang pasien atau keluarga pasien memutuskan sebuah pengobatan untuk penderita yang menurut dokter tidak sesuai dengan ilmu dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang dokter, maka dokter itu sebaiknya memberitahukan terapi yang lebih baik untuk si penderita. Tetapi apabila keluarga pasien masih tetap memandang bahwa terapi yang mereka pilih merupakan yang terbaik untuk pasien, kita, sebagai dokter harus menghargai keputusan mereka untuk merawat pasien tersebut. Peningkatan Kualitas Hidup Kakek X - Keluarga diberikan edukasi & pelatihan tentang cara mengatasi gangguan perilaku pada Kakek X sehingga dapat meningkatkan mutu perawatan dan kualitas hidup Kakek X.

Mengenali dan mengaktifkan sisa-sisa kemampuan yang ada (dengan membuat kesibukan dan kesenangan) pada Kakek X Memberi pengertian, perhatian yang lebih, mendampingi, dan mengerti akan kebutuhan dan perasaan Kakek X. Menghindari segala macam bentuk diskusi dengan Kakek X Mengalihkan perhatian Kakek X daripada memicu konfrontasi (perlawanan) Jangan memaksakan untuk melatih daya ingat/konsentrasi kakek X karena hanya akan membuat penderita semakin jelas melihat kekurangan yang ada pada dirinya dan menjadi kecewa dan marah pada dirinya sendiri. Orang-orang dan lingkungan yang telah dikenal dekat oleh Kakek X lebih mendekatkan diri pada Kakek X. Tidak mengubah keinginan penderita. Tidak mengambil alih kemandirian Kakek X, tidak mengkritik Kakek X. Memberikan pujian pada Kakek X dan anggota keluarganya perlihatkan kesenangan akan hidup dengan Kakek X. Mengubah kalimat tanya menjadi kalimat ajakan, karena apabila kita menanyakan sebuah pertanyaan pada Kakek X, maka jawabannya selalu akan tidak. Tidak membebani diri sendiri dan Kakek X pada minggu-minggu pertama penyakit ini. Pelajari sikap penderita (kesenangan dan ketidaksenangan) Buat irama kehidupan sehari-hari yang disesuaikan dengan kebutuhan penderita. Melibatkan penderita dalam kehidupan sehari-hari (berikan perasaan bahwa dia juga penting dalam kehidupan keluarganya) dan biarkan penderita menjalankan aktivitas kesehariannya. Memberikan kasih sayang dan perhatian yang dapat membuat penderita merasa aman dan nyaman. Membina hubungan saling percaya dengan penderita. Konsisten, menepati janji, empati, dan jujur kepada Kakek X. Memberikan terapi Membantu mengangjat harga diri pasien. Melakukan kontak dengan pasien, sering tetapi singkat,dll.

Anda mungkin juga menyukai