Anda di halaman 1dari 8

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS JEMBER
2011
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan
ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi sel
makhluk hidup termasuk manusia.
Protein dibagi menjadi protein nabati dan protein hewani. Protein hewani yang sering
dikonsumsi adalah daging ayam, daging kambing dan daging sapi. Daging sapi
merupakan daging yang jarang dikonsumsi secara langsung. Berbagai macam jenis
olahan daging beredar di masyarakat saat ini. Salah satu produk olahan daging yang telah
banyak dijual di pasaran yakni kornet. Kini kornet dapat dijumpai dalam bentuk kalengan
di swalayan maupun supermarket.Pembuatan kornet cukup mudah. Kornet dibuat dengan
teknologi presscooking, dimana daging yang digunakan adalash daging yang dicuring
terlebih dahulu. Tujuan curing sendiri adalah untuk mempertahan kan warna merah cerah
pada daging, serta menambah lama daya simpan daging kornet.
Jadi, penyusunan tugas ini adalah untuk mengetahu mengenai kornet. Baik dalam
pengolahannya maupun fungsi-fungsi dalam pengolahan tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.Memahami tahapan-tahapan pengolahan bahan pangan berprotei kornet
2.Memahami fungsi-fungsi berbagai perlakuan dalam proses pembuatan kornet

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Daging adalah urat yang melekat pada kerangka kecuali urat dari bagian bibir, hidung
dan telinga dari hewan yang sehat sewaktu dipotong. Daging terdiri dari otot, jaringan
penghubung dan jaringan lemak. Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi
tinggi disamping telur, susu dan ikan. Daging mengandung protein, lemak, mineral, air
serta vitamin dalam susunan yang berbeda tergantung jenis makanan dan jenis hewan.
Hewan yang berbeda mempunyai komposisi daging yang berbeda pula. Komposisi
daging terdiri dari 75% air, 18% protein, 4% protein yang dapat larut (termasuk mineral)
dan 3% lemak. Ternak rata-rata menghasilkan karkas (bagian badan hewan) 55%,
macam-macam hasil sampingan 9%, kulit 6% dan bahan lainnya 30%. Daging yang baik

ditentukan oleh warna, bau, penampakan dan kekenyalan. Semakin daging tersebut
lembab atau basah serta lembek (tidak kenyal) menunjukan kualitas daging yang kurang
baik.
Pengawetan daging merupakan suatu cara menyimpan daging untuk jangka waktu yang
cukup lama agar kualitas maupun kebersihannya tetap terjaga.
Tujuan pengawetan adalah menjaga ketahanan terhadap serangan jamur (kapang),
bakteri, virus dan kuman agar daging tidak mudah rusak. Ada beberapa cara pengawetan
yaitu: pendinginan, pelayuan, pengasapan, pengeringan, pengalengan dan pembekuan.
Sebaiknya daging hewan yang baru saja disembelih tidak cepat-cepat dimasak, tetapi
ditunggu beberapa lama atau dilayukan terlebih dahulu. Untuk daging sapi atau daging
kerbau dapat dimasak sesudah pelayuan selama 12-24 jam; daging kambing, domba, babi
sesudah 8-12 jam, sedangkan untuk daging pedet (anak sapi) sesudah 4-8 jam. Usaha
pengawetan daging diperlukan untuk memenuhi selera atau kebutuhan konsumen serta
mempermudah dalam pengangkutan.
Pengawetan dengan cara pengeringan dilakukan dengan penambahan garam, gula dan
bahan kimia seperti nitrat (NO3) dan nitrit (NO2). Penambahan garam, untuk pengawetan
daging kira-kira sepersepuluh dari berat daging. Disamping sebagai pengawet, garam
juga berfungsi sebagai penambah rasa. Penambahan gula juga dimaksudkan sebagai
penambahan rasa pada bahan yang diolah. Untuk melunakkan daging sebelum diolah,
daging dibungkus dengan daun pepaya yang mengandung enzim papain atau dilumuri
dengan parutan buah nenas yang mengandung enzim bromolin. Contoh hasil olahan dan
pengawetan daging adalah abon, dendeng sayat, dendeng giling, dendeng ragi, daging
asap, kornet, sosis dan sebagainya.
Kata corned berasal dari bahasa Inggris yang berarti di awetkan dengan garam. Dari kata
tersebut lahirlah istilah corned beef yaitu daging sapi yang di-awetkan dengan
penambahan garam dan dikemas dengan kaleng. Dalam bahasa Indonesia, kata corned
beef diadopsi menjadi daging kornet (Nugroho, 2008).
Daging kornet atau corned beef adalah daging sapi yang diawetkan dalam brine dan
kemudian dimasak dengan cara simmering. Biasanya digunakan potongan daging yang
mengandung serat memanjang, seperti brisket. Nama "corned beef" berasal dari garam
kasar yang digunakan. Corn artinya butiran, yaitu butiran garam (Leith, 1989).
Tujuan pembuatan daging kornet adalah untuk memperoleh produk daging yang
berwarna merah, meningkatkan daya awet dan daya terima produk, serta menambah
keragaman produk olahan daging. Kornet kalengan dapat disimpan pada suhu kamar
dengan masa simpan sekitar dua tahun. Daging kornet dapat dihidangkan sebagai
campuran perkedel, telur dadar, mi rebus, pengisi roti, serta makanan lainnya (Nugroho,
2008).

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Kornet
Nama kornet berasal dari bahasa Inggris corned, dari kata corn yang artinya
butiran, yaitu bentuk dari partikel garam kasar yang digunakan untuk mengolah kornet.

Cara pengolahan Daging sapi menjadi kornet, diperkirakan muncul pertama kali pada
abad 12 di Irlandia. Data ini didasarkan pada baris puisi Aislinge Meic Con Glinne atau
The Vision of MacConglinne, yang menyebut daging olahan lezat semacam kornet.
Di Irlandia, pada abad 12, kegiatan Potong Sapi dilakukan ketika ternak tidak lagi
menghasilkan susu sapi, atau jika sapi pedaging tidak mampu lagi bekerja. Jadi kornet
yang berasal dari daging sapi adalah hidangan langka dan sangat berharga.
Pada tahun 1740 terjadi bencana berupa perubahan iklim yang ekstrim yang melanda
Irlandia, yang saat itu telah menjadi jajahan Inggris. Hampir seluruh lahan pertanian
mengalami kekeringan dan penduduk Irlandia terancam kelaparan, termasuk ternak sapi
milik mereka. Ternak sapi pedaging (sapi potong ) dan sapi perah yang dimiliki oleh
warga Irlandia kemudian diselamatkan ke Inggris. Namun karena kebutuhan akan daging
sapi di Inggris terus meningkat, pemerintah Inggris bukannya membantu menyelamatkan
warga Irlandia dari kelaparan, mereka justru memaksa warga Irlandia merubah lahan
pertanian menjadi peternakan sapi pedaging (sapi potong), yang hasilnya diolah menjadi
kornet untuk di eskpor ke Inggris.
Penduduk Irlandia yang bukan peternak sapi hanya diberikan lahan terbatas untuk
menanam kentang bagi keperluan mereka. Kondisi ini secara tidak langsung merubah
pola makan penduduk Irlandia, dengan tidak lagi memasukkan daging sapi ke dalam
menu mereka. Kondisi ini terus memburuk, akibatnya pada abad 18 terjadi gelombang
pengungsian penduduk Irlandia ke Amerika Serikat. Di wilayah baru ini, warga Irlandia
kembali dapat mengkonsumsi daging sapi yang kemudian diolah menjadi kornet. Warga
Irlandia memang lebih familiar dengan kornet, dibandingkan dengan olahan daging sapi
di Amerika yaitu bacon. Bacon adalah sayatan daging tipis dan panjang,yg berasal dari
bagian punggung babi, yang harganya mahal dan memang jarang terdapat di Irlandia.
Saat ini, walaupun berasal di Irlandia, kornet tidak lagi dianggap sebagai hidangan
nasional Irlandia. Dan kini, konsumsi kornet erat hubungannya budaya Irlandia-Amerika
seperti perayaan Saint Patricks Day, tanggal 17 Maret, yaitu salah satu hari libur
keagamaan (katolik) di Irlandia.
Di Amerika Serikat dan Kanada, kornet biasanya dipasarkan di delicatessens (toko
makanan) dalam 2 bentuk yaitu : potongan daging sapi (biasanya jenis sandung lamur,
kadang-kadang jenis round atau silverside) yang diawetkan, atau daging sapi yang
direndam dalam air garam dan ditempatkan dalam kaleng (setengah matang). Kornet ini
berbeda dengan kornet yang diimpor dari Amerika Selatan, dimana daging sapinya
dicincang terlebih dahulu.
3.2 Pengertian Kornet
Corned Beef atau Kornet, adalah salah satu jenis produk olahan daging sapi yang banyak
digunakan dalam resep masakan Indonesia. Kornet daging sapi diolah dengan cara
diawetkan dalam air garam (brine), yaitu air yang dicampur dengan larutan garam jenuh.
Kemudian dimasak dengan cara simmering, yaitu direbus dengan api kecil untuk
menghindari hancurnya tekstur daging sapi.
Tujuan pembuatan kornet daging sapi adalah untuk tetap dapat memperoleh produk
daging sapi yang berwarna merah, awet dan praktis. Dengan diproses menjadi kornet,
masalah penyimpanan daging sapi segar dapat diatasi. Agar awet, daging sapi segar
memang harus disimpan pada suhu dingin atau suhu beku, akibatnya menjadi tidak

praktis apabila akan digunakan. Sedangkan daging sapi segar yang telah diproses menjadi
Kornet kemudian dikalengkan, dapat disimpan pada suhu kamar sekitar dua tahun.
3.3 Proses Pembuatan Kornet
3.3.1 Alat dan bahan:
3.3.1.1 Alat
Peralatan yang diperlukan adalah (1) chopper untuk menggiling daging, sehingga
dihasilkan daging cincang, (2) mixer untuk mencampur adonan, sehingga menjadi
homogen, (3) alat pengukus untuk memasak adonan daging, (4) exhauster untuk
menyedot dan menghampakan udara di dalam kaleng, (5) mesin penutup kaleng untuk
menutup kaleng secara hermetis (kedap udara), (6) retort untuk memanaskan kaleng dan
isinya, sehingga tercipta kondisi yang steril.
3.3.1.2Bahan
Bahan dasar pembuatan kornet adalah daging sapi yang digiling. Bahan tambahan yang
diperlukan adalah garam dapur, nitrit, alkali fosfat, bahan pengisi, air, lemak, gula, dan
bumbu.
1.Daging sapi
Daging tersebut kaya protein yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan
membentuk emulsi yang baik.
2.Garam dapur (NaCl)
Garam dapur (NaCI) merupakan bahan penolong dalam proses pembentukan emulsi
daging kornet. Garam mampu memperbaiki sifat-sifat fungsional produk daging dengan
cara mengekstrak protein miofibriler dari serabut daging selama proses penggilingan dan
pelunakan daging. Garam berinteraksi dengan protein daging selama pemanasan,
sehingga protein membentuk massa yang kuat, dapat menahan air, dan membentuk
tekstur yang baik.
Selain itu, garam memberi cita rasa asin pada produk, serta bersama-sama senyawa
fosfat, berperan dalam meningkatkan daya menahan air dan meningkatkan kelarutan
protein serabut daging. Garam juga bersifat bakteriostatik dan bakteriosidal, sehingga
mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan mikroba pembusuk lainnya.
3.Nitrit
Fungsi nitrit adalah menstabilkan warna merah daging, membentuk flavor yang khas,
menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan beracun, serta memperlambat
terjadinya ketengikan. Jumlah nitrit yang diizinkan tersisa pada produk akhir adalah 50
ppm (mg/kg). Kemampuan nitrit dalam mempertahankan warna merah daging adalah
dengan cara bereaksi dengan pigmen mioglobin (pemberi warna merah daging)
membentuk nitrosomioglobin berwarna merah cerah yang bersifat stabil.
4.Alkali Fosfat
Penambahan senyawa alkali fosfat pada daging akan meningkatkan daya ikat air dan
protein daging dan mengurangi pengerutan kornet yang dihasilkan. Alkali fosfat akan
meningkatkan pH dan menyebabkan terbukanya ikatan-ikatan antargugus protein daging
yang akan memudahkan pengikatan air. Bersama-sama dengan asam askorbat, senyawa
fosfat dapat menghambat proses ketengikan oksidatif, dan bisa memperbaiki tekstur.
Fosfat dapat meningkatkan keempukan dan juiciness daging kornet, meningkatkan daya

terima warna, keseragaman dan stabilitas produk, serta melindungi dari kemungkinan
pencokelatan selama penyimpanan.
5.Air
Air yang ditambahkan ke dalam massa daging berfungsi untuk membantu melarutkan
garam-garam yang ada, sehingga dapat tersebar dan terserap dengan baik dalam massa
produk. Selain itu, air juga dapat memperbaiki sifat fluiditas emulsi dan meningkatkan
tekstur (kekenyalan) produk akhir.
6.Bahan Pengisi
Penambahan bahan pengisi dan pengikat pada produk daging adalah untuk
meningkatkan stabilitas, daya ikat air, flavor dan karakteristik irisan produk, serta untuk
mengurangi pengerutan selama pemasakan dan mengurangi biaya formulasi. Bahan
pengisi yang dapat ditambahkan adalah tepung tapioka, terigu, atau susu skim.
Penambahan bahan pengisi pada produk daging harus tidak melebihi 3,5 persen dari
produk.
7.Lemak
Penambahan lemak pada pembuatan daging kornet berfungsi untuk membentuk produk
yang kompak dan empuk, serta memperbaiki rasa dan aroma. Bertambahnya kadar air
dan lemak di dalam kornet akan menambah juiciness dan keempukannya.
8. Gula dan bumbu
Fungsi utama gula dalam pembuatan kornet adalah untuk memodifikasi rasa,
menurunkan kadar air, dan sebagai pengawet. Bumbu merupakan bahan aromatik yang
diperoleh dari tumbuhan atau diproduksi secara sintetis. Bumbu memberikan cita rasa
enak yang diinginkan dalam kornet.
3.3.2 Pembuatan Kornet
Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah sehingga selama penggilingan,
suhu dapat dipertahankan tetap di bawah 16C. Hal tersebut dilakukan dengan
menambahkan es batu atau air dingin. Hasil gilingan berupa daging cincang yang masih
kasar. Setelah dicincang, daging dimasukkan ke dalam mixer untuk mencampur daging,
bumbu, dan bahan lainnya menjadi adonan yang homogen. Agar emulsi tetap terjaga
stabilitasnya, pencampuran harus dilakukan pada suhu rendah (10-16C).
Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke dalam kaleng yang
sebelumnya telah disterilkan dengan panas. Pengisian dilakukan dengan menyisakan
sedikit ruang kosong di dalam kaleng, disebut head space. Kaleng yang telah diisi,
kemudian divakum (exhausting) dengan cara melewatkannya melalui ban berjalan ke
dalam exhauster box bersuhu 90-95C selama 15 menit. Setelah keluar dari exhauster
box, kaleng dalam keadaan panas langsung ditutup dengan mesin penutup kaleng.
Setelah ditutup, kaleng beserta isinya disterilisasi dengan cara memasukkan kaleng ke
dalam retort dan dimasak pada suhu 120C dan tekanan 0,55 kg/cm2, selama 15 menit.
Agar daging tidak mengalami pemanasan yang berlebihan, kaleng yang telah disterilkan
harus segera didinginkan di dalam bak pendingin yang berisi air selama 20-25 menit.
Setelah permukaan kaleng dibersihkan dengan lap hingga kering, produk siap untuk
diberi label dan dikemas.

Diagram alir pembuatan Cornet,


3.4 Nilai Gizi Kornet
Syarat mutu daging kornet telah ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI). Namun, dalam praktiknya masih ada produk yang tidak sesuai dengan standar
tersebut. Membaca secara seksama label pada kemasan produk merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan.
Komposisi zat gizi kornet dalam kaleng sangat beragam, tergantung pada jenis daging
yang digunakan, mutu bahan baku sebelum diolah, cara pengolahan, cara dan lama
penyimpanan produk serta kondisi kaleng selama penyimpanan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa daging kornet dalam kaleng mempunyai nilai gizi yang cukup baik,
khususnya protein, vitamin, dan mineral.
3.5 Ciri-ciri Kerusakan Kornet
Daging kornet yang ada di pasaran umumnya dikemas dengan kaleng. Kaleng
mempunyai sifat yang baik sebagai pengemas karena mampu menahan gas, uap air, jasad
renik, debu, dan kotoran. Kaleng juga memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, tahan
terhadap perubahan suhu yang ekstrem, dan toksisitasnya relatif rendah. Umur simpan
daging kornet dalam kaleng dapat mencapai 2 tahun atau lebih, tergantung proses
pengolahan, jenis kaleng, penyimpanan, dan distribusi.
Kebusukan kornet dalam kaleng dapat disebabkan oleh proses pembuatan yang tidak
benar, kebocoran wadah karena penutupan yang kurang baik, atau penyimpanan pada
suhu yang tidak tepat dan terlalu lama. Kebusukan tersebut tidak selalu dapat dideteksi
dari penampakan wadah karena tidak selalu diikuti oleh perubahan bentuk wadah.
Secara umum, ciri-ciri yang dapat digunakan untuk menilai kualitas kornet dalam kaleng
adalah sebagai berikut:
Flat Sour
Apabila produk di dalam kaleng memberikan cita rasa asam karena adanya aktivitas
mikroba tanpa memproduksi gas, kebusukan tersebut dikenal dengan sebutan flat sour
(kaleng tetap datar, tidak menggembung, tetapi produk menjadi asam). Jenis kebusukan
ini disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama
proses sterilisasi. Hal tersebut bisa terjadi akibat sanitasi selama pengolahan yang buruk
atau karena proses pengolahan tidak tepat.
Penggembungan Kaleng (Swells)
Kaleng yang gembung dapat terjadi akibat terbentuknya gas di dalam wadah karena
adanya pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Adanya gas tersebut menyebabkan
meningkatnya tekanan di dalam kaleng, sehingga kaleng menjadi gembung pada bagian
tutup dan dasar kaleng. Kaleng yang gembung dapat juga disebabkan oleh penuhnya
pengisian kornet, sehingga tidak cukup adanya ruang kosong di dalam kaleng.
StackBurn
Stack burn terjadi akibat pendinginan yang tidak sempurna, yaitu kaleng yang belum
benar-benar dingin sudah disimpan. Biasanya produk di dalam kaleng menjadi lunak,
berwarna gelap, dan menjadi tidak dapat dikonsumsi lagi.
Kaleng yang penyok

Kaleng yang penyok dapat mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil yang


merupakan sumber masuknya mikroba pembusuk. Penyoknya kaleng dapat disebabkan
oleh benturan-benturan mekanis akibat perlakukan kasar, baik selama proses pembuatan,
penyimpanan, pengangkutan, atau pemasaran. Sebagai konsumen yang kritis, sebaiknya
Anda tetap waspada dengan tidak memilih sotiap produk yang kalengnya dalam keadaan
tidak normal.
Kaleng yang bocor
Bocornya kaleng disebabkan deh sambungan kaleng yang kurang rapat, penyolderan
kurang sempurna, atau tertusuk oleh benda tajam. Kaleng yang bocor ditandai dengan
tumbuhnya mikroba dan timbulnya bau kurang sedap. Kaleng oval umumnya lebih jarang
mengalami kebocoran daripada yang berbentuk silinder.
Kaleng yang berkarat
Kaleng yang berkarat dapat mencerminkan bahwa produk tersebut telah lama diproduksi
atau disimpan pada tempat yang kurang tepat (keadaan lembab).

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Corned Beef atau Kornet, adalah salah satu jenis produk olahan daging sapi.
Tujuan pembuatan kornet daging sapi adalah untuk tetap dapat memperoleh produk
daging sapi yang berwarna merah, awet dan praktis.
Peralatan yang diperlukan adalah chopper, mixer ,alat pengukus, exhauster, mesin
penutup kaleng, dan retort.
Bahan dasar pembuatan kornet adalah daging sapi yang digiling. Bahan tambahan yang
diperlukan adalah garam dapur, nitrit, alkali fosfat, bahan pengisi, air, lemak, gula, dan
bumbu.
Secara umum dapat dikatakan bahwa daging kornet dalam kaleng mempunyai nilai gizi
yang cukup baik, khususnya protein, vitamin, dan mineral.
Secara umum, ciri-ciri yang dapat digunakan untuk menilai kualitas kornet dalam
kaleng adalah Flat Sour, Penggembungan Kaleng (Swells), StackBurn, Kaleng yang
penyok, Kaleng yang bocor dan kaleng yang berkarat.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan , Made. Kornet. http://kulinerkita.multiply.com/reviews/item/116 [11 April
2011]
Leith, P.1989. The Cooks Hand Book. Papermack Division, Macmillan Publ.
Ltd.,London

Nugroho, Catur Priyo. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Direktorat


PembinaanSekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Manajemen
PendidikanDasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.,
Bogor.Wagiyono. 2003. Menguji Kesukaan secara Organoleptik. Departemen
PendidikanNasional, Jakarta.
Palupi, W.D.E. Tinjauan Literatur Pengolahan Daging. Jakarta: Pusat Dokumentasi dan
Informasi Ilmiah-LIPI, 1986. 54 hal.
http://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:f0omK9RFZJYJ:www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/pi
wp/dendeng_ragi.pdf+diagram+alir+pembuatan+kornet+pdf [11 April 2011]

Anda mungkin juga menyukai