Anda di halaman 1dari 7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sisal Tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman sisal Agave sisalana dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut :

Gambar 2. Tanaman sisal

Kingdom

: Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Liliopsida : Liliidae : Liliales : Agavaceae : Agave : Agave sisalana

Tanaman agave secara umum merupakan tanaman yang tahan kering. Tanaman sisal adalah tanaman perdu dengan daun-daun yang menjulang berbentuk pedang dengan panjang 1,5 sampai 2 meter, dari daunnya yang panjang ini diambil seratnya. Cara ekstraksi serat daun sisal dapat dilakukan dengan 11

peralatan yang disebut mesin dekortikator, prosesnya disebut dengan dekortikasi. Proses dekortikasi terdiri dari beberapa tahap : 1. Proses pemukulan (beating action) 2. Proses pengelupasan dan penarikan (crushing, beating and pulling action) Untuk memudahkan pemisahan zat-zat yang ada disekitar serat dan menghindari kerusakan pada serat, proses dekortikasi sebaiknya dilakukan pada kondisi daun dalam keadaan segar dan basah (wet condition). Daun-daun sisal yang telah mengalami proses dekortikasi, kemudian dicuci, dikeringkan dan disisir.

Gambar 3. Serat sisal

3.2 Kelapa Tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut : Kingdom Divisio Sub-Divisio Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Palmales : Palmae : Cocos : Cocos nucifera

12

Adapun bagian-bagian dari kelapa, diantaranya : a. Buah kelapa Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga. b. Kulit luar Kulit luar merupakan lapisan tipis (0,14 mm) yang mempunyai permukaan licin dengan warna bervariasi dari hijau, kuning sampai jingga, tergantung kepada kematangan buah. Jika tidak ada goresan dan robek, kulit luar kedap air. c. Sabut kelapa. Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium. Dilihat sifat fisisnya sabut kelapa terdiri dari: 1. Seratnya terdiri dari serat kasar dan halus dan tidak kaku. 2. Mutu serat ditentukan dari warna dan ketebalan. 3. Mengandung unsur kayu seperti lignin, tannin dan zat lilin.

Gambar 4. Serat kelapa

13

d. Tempurung Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa, metoksil dan berbagai mineral. Kandungan bahan-bahan tersebut beragam sesuai dengan jenis kelapanya. Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung. Berat tempurung sekitar 15-19 % dari berat keseluruhan buah kelapa. e. Kulit daging buah. Kulit daging buah adalah lapisan tipis coklat pada bagian terluar daging buah. f. Daging buah Daging buah merupakan lapisan tebal (8~15 mm) berwarna putih. Bagian ini mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut beragam sesuai dengan tingkat kematangan buah. Daging buah tua merupakan bahan sumber minyak nabati (kandungan minyak 35 %). g. Air kelapa. Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Air kelapa dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba, misalnya Acetobacter xylinum untuk produksi nata de coco.

3.3 Analisa Komponen Kimia Analisa ini mencakup penentuan komposisi zat penyusun yang terdapat dalam bahan. Analisa komponen kimia dapat dilakukan dengan cara yang sangat berbeda, misal hanya menentukan komponen dinding sel utama, seperti polisakarida dan lignin disamping ekstraktif dan abu. Di lain pihak analisis yang sangat mendalam meliputi penentuan gugus fungsional (misal gugs asetil) dan analisis pola gula masing-masing dalam polisakarida. Hampir semua jenis serat alam, khususnya yang berasal dari tumbuhan (vegetable fibres), komposisi kandungan serat secara kimia yang besar adalah selulosa, meskipun unsur atau zat-zat lain juga terdapat pada serat tersebut, misalnya hemiselulosa, lignin, pektin dan pigmen yang menyebabkan serat

14

berwarna. Komposisi kandungan zat-zat tersebut pada umumnya sangat bervariasi tergantung dengan jenis atau varietas tanaman. 3.3.1 Kadar Air Kadar air adalah banyaknya air yang terdapat di dalam bahan atau produk biasanya dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%) terhadap berat bahan bebas air atau berat kering tanur (BKT), namun dapat juga dipakai satuan terhadap berat basahnya. 3.3.2 Zat Ekstraktif Zat ekstraktif mencakup sejumlah senyawa kimia yang luas, meskipun biasanya dalam jumlah yang kecil. Zat ekstraktif dapat dipisahkan dengan melarutkan contoh dalam pelarut air maupun pelarut organik. 3.3.3 Senyawa Anorganik Senyawa anorganik dalam sampel dianalisis sebagai abu dengan cara bahan dibakar pada suhu 600-850oC. Komponen utama abu adalah kalium, kalsium, dan magnesium maupun silikon. Sedangkan silika merupakan salah satu dari komponen abu anorganik yang tersisa setelah seluruh komponen organik diisolasi melalui proses pengabuan pada suhu tertentu. 3.3.4 Selulosa Selulosa adalah polimer berantai panjang polisakarida karbohidrat dari -glukosa. Selulosa merupakan bagian utama penyusun tumbuhan berkayu. Bahan tersebut utamanya terdapat pada tumbuhan keras, namun demikian pada dasarnya selulosa terdapat pada setiap jenis tumbuhan termasuk tumbuhan semusim, tumbuhan perdu, dan tumbuhan rambat bahkan tumbuhan paling sederhana sekalipun. Seperti jamur, ganggang, dan lumut.

Gambar 5. Struktur selulosa

15

Berdasarkan derajat polimerisasi dan kelarutan dalam larutan NaOH 17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis, diantaranya : 1. Alphaselulosa adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 1500. Alphaselulosa dipakai sebagai penduga atau penentu tingkat kemurnian selulosa. 2. Bethaselulosa adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15 90, dapat mengendap bila dinetralkan. 3. Gammaselulosa adalah sama dengan bethaselulosa, tetapi derajat

polimerisasinya kurang dari 15. Selain itu, ada yang disebut hemiselulosa dan holoselulosa. a) Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan selulosa jika dihidrolisis akan menghasilkan D-manosa, D-galaktosa, D-xylosa, D-arabinosa dan asam uranat.

Gambar 6. Senyawa penyusun hemiselulosa b) Holoselulosa adalah bagian dari serat yang bebas dari lignin terdiri dari campuran semua selulosa dan hemiselulosa. 3.3.5 Lignin Lignin merupakan salah satu komponen kmia penyusun dinding sel selain selulosa dan hemiselulosa. Keberadaan lignin di alam berbentuk polimer yang tersusun atas unit fenilpropana yang bercabang banyak dan membentuk struktur berdimensi tiga. Lebih dari dua pertiga unit penyusun lignin berikatan antara satu dengan yang lainnya melalui ikatan eter dan sisanya karbon. Lignin adalah polimer yang lebih kompleks daripada selulosa serta memiliki bobot molekul 16

yang tinggi. Lignin terdapat pada dinding sel dan diantara sel-sel. Konsentrasi lignin terbesar terdapat pada lapisan lamela tengah dan semakin menurun menuju lapisan sekunder.

Gambar 7. Struktur lignin

17

Anda mungkin juga menyukai