Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN CALON PENGANTEN

MEMBENTUK KELUARGA YANG BERKARAKTER DAN BERKUALITAS

MISKINO
NIM
1008036037

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2010

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah serta puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas
karunianya dan penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan calon penganten
Membangun Keluarga yang Berkarakter dan Berkualitas.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat Saint dan Teknologi
Program Studi Administrasi Pendidikan di UHAMKA

Atas bantuan dan sumbang saran dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu penulis ingin berterima kasih yang sebesar-besarnya.

Bekasi, Nopember 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar isi

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
I.2. Identifikasi
I.3. Tujuan
I.4. Manfaat

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

BAB III

PEMBAHASAN

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


IV.1. Kesimpulan
IV.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Kewajiban bagi semua remaja yang telah mampu baik secara moril
dan spiritual untuk melaksanakan peristiwa bersejarah dalam hidupnya yaitu
melaksanakan suatu perkawinan guna membina sebuah rumah tangga baru.
Perkawinan sebagai peristiwa sakral dalam perjalanan hidup dua individu.
Banyak sekali harapan untuk kelanggengan suatu pernikahan. Agar harapan
pernikahan dapat terwujud, maka salah satunya diperlukan pendidikan bagi
calon penganten atau biasa disebut pranikah yang merupakan salah satu
upaya penting dan strategis

dalam mempersiapkan kejenjang yang lebih

tinggi. Saat ini, pendidikan calon penganten belum menjadi prioritas bagi para
remaja dewasa maupun calon pengantin. Padahal dalam pendidikan ini
diajarkan banyak hal yang dapat mendukung suksesnya kehidupan rumah
tangga pengantin baru. Angka perceraian pun dapat diminimalisir dengan
adanya pendidikan calon penganten.
Terjadinya keretakan dalam rumah tangga disebabkan minimnya
pembekalan

dan pengetahuan

tentang keluarga yang sesungguhnya.

Masalah kecil bisa menjadi masalah besar apabila masing-masing pihak tidak
saling
Namun ternyata masih banyak juga kaum remaja yang belum memiliki
keinginan

melaksanakan

perkawinan

disebabkan

oleh

banyak

diantaranya karena kurangnya kesiapan baik materi maupun mental.

faktor

I.2. IDENTIFIKASI

Seberapa pentingkah suatu pendidikan calon penganten diperlukan


bagi para calon penganten saat ini. Sedangkan untuk membentuk suatu
keluarga yang berkualitas dan berkarakter ada banyak faktor lain yang
mendukung dalam suatu keluarga.
Dibawah ini beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh calon
penganten diantaranya;
1. Mengapa para calon penganten seringkali tidak memiliki kesiapan mental
dan moril dalam merencanakan rumah tangga baru?
2. Mengapa calon penganten seringkali kurang memiliki wawasan dan
pengetahuan dalam menjalankan roda rumah tangga?
3. Bagaimana peranan pendidikan bagi calon penganten?
4. Apa

saja

upaya-upaya

yang

dilakukan

calon

penganten

dalam

mempersiapkan masa depannya?

I.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mempersiapkan para calon penganten memiliki
pengetahuan dan wawasan mendalam tentang membangun suatu keluarga yang
berkarakter dan berkualitas serta bertanggungjawab

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah;

1. Untuk mengetahui seberapa pentingnya pendidikan bagi para calon


penganten dalam membentuk keluarga yang berkarakter dan berkualitas
serta bertanggungjawab

2. Untuk mengetahui problem atau masalah yang dihadapi oleh para calon
penganten pada umumnya
3. Untuk mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan calon penganten dalam
membangun keluarga baru

I.4. Manfaat
Manfaat dari makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan;
a. Bagi para calon penganten
1. Calon penganten sudah memiliki persiapan yang matang dalam
menghadapi masa depannya.
2. Meminimalkan segala problem dan masalah sejak dini ketika sudah
berkeluarga nantinya
3. Calon penganten mempersiapkan diri baik secara moril dan spiritual
4. Mengetahui segala masalah dan problematika dalam keluarga

b. Bagi Orang tua


1. Meringankan beban orang tua dalam membantu mendidik calon
penganten dalam menghadapi masa depannya.

c. Bagi pemerintah
1. Membantu mengatasi pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat
2. Membantu

mengatasi

problem

sosial

yang

ada

dimasyarakat

yang

dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang membentuk


keluarga yang berkarakter dan berkualitas serta bertanggung jawab.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Calon Penganten
Siapa yang tidak merasa bahagia apabila akan melaksanakan hal yang satu
ini yaitu suatu jenjang baru dalam perjalanan hidupnya sebuah perkawinan. Namun
disisi lain masih ada orang yang belum memikirkan perkawinan dan kebanyakan
mereka orang-orang yang mengutamakan karir dalam hidupnya. Perencanan dan
kesiapan untuk melaksanakan suatu perkawinan harus jauh hari dipersiapkan
dengan baik. Banyak cara yang dilakukan oleh para calon penganten dalam
mempersiapkan masa depanya
Disisi lain masih sering terjadi pernikahan dini yang disebabkan oleh faktor
pengetahuan/wawasannya maupun dikarenakan faktor ekonomi. Hal ini juga bisa
disebabkab oleh kurangnya pendidikan maupun pengetahuan mereka mengenai
keluarga yang berkarakter dan berkualitas.
1. Umur Perkawinan
Rata-rata Umur Perkawinan menurut Daerah dan jenis kelamin, Indonesia, 19922005
Singulate Mean Age at Marriage by area and sex, Indonesia, 1992-2005
Sumber/Source : Susenas 1992-2005

Tahun
Year
1992.
1993.
1994.
1995.
1996.
1997.
1998.
1999.
2000.
2001.
2002.
2003.

Perkotaan/Urban
Perdesaan/Rural
Total
Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki
Female
Male
Female
Male
Female
Male
24.0
27.2
20.9
24.9
22.0
25.8
23.9
27.4
20.8
24.8
22.3
26.0
24.5
27.7
21.7
25.2
22.7
26.1
24.1
27.4
21.0
24.9
22.3
25.9
24.4
27.6
21.1
24.9
22.5
26.0
24.6
27.7
21.2
25.1
22.6
26.2
24.7
27.9
21.2
25.1
22.7
26.3
24.8
28.1
21.5
25.6
23.0
26.7
24.6
28.0
21.5
25.5
22.9
26.7
24.0
27.4
21.0
25.2
22.4
26.2
24.4
27.6
21.4
25.4
22.9
26.5
24.5
27.8
21.7
25.7
23.0
26.7

Tahun
Year
2004.
2005.

Perkotaan/Urban
Perdesaan/Rural
Total
Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki
Female
Male
Female
Male
Female
Male
24.3
27.6
21.6
25.7
22.9
26.6
24.6
27.9
21.9
26.1
23.2
26.9

http://www.datastatistik-indonesia.com
Bahwa

secara psikologis umur menjadi penting untuk melihat kesiapan seseorang

untuk menikah. Melihat table diatas pada tahun 2005 baik diperkotaan maupun
perdesaan baik jenis kelaminnya laki-laki atau prempuan, dapat disimpulkan bahwa
yang terjadi umur perkawinan seorang wanita berkisar antara umur 21-24 tahun dan
seorang laki-laki umur 26-27 tahun.

Calon penganten seringkali mengalami sindrom pranikah, misalnya sindrom


ini bisa menyebabkan adanya keraguan atas pasangan yang dipilihnya. Namun bisa
juga kejadian tersebut justru akan memberikan pelajaran baru bagi pasangannya
dikehidupan yang mendatang. Beberapa hal yang sering menjadi pertanyaan dalam
diri calon penganten adalah;
2. Masa Lajang
Masa lajang merupakan masa yang penuh kebebasan bagi sebagian kaum
remaja. Kebanyakan remaja masa lajang masih mengalami kondisi yang
serba tidak menentu dalam melakukan segala hal dikarenakan belum adanya
tuntutan maupun kebutuhan. Namun masa lajang juga membuat remaja
seperti kehilangan tujuan apabila tidak dipersiapkan dengan baik masa depan
yaitu dengan membina rumah tangga.
Terkadang muncul keraguan para remaja untuk melaksanakan suatu
pernikahan yang salah satunya tidak siap menyandang status telah
menikah. khawatir setelah menikah maka kebebasan akan hilang.
Menikah memang akan merubah kehidupan kita dan pasangan, hilangnya
sebagian kebebasan karena munculnya tanggungjawab baru.

Lihatlah sisi positif dari pernikahan, karena remaja tidak sendirian lagi
dalam mengarungi kehidupan ini. Kita akan memiliki teman dalam
menyelesaikan segala masalah, menemani dalam suka maupun duka.

3. Calon Pendamping
Seringkali para calon penganten memiliki rasa keraguan-keraguan atas
pendamping pilihanya apakah dia pendamping yang tepat untuk saya?
Apakah ia akan setia atau tidak dan menghabiskan waktu dengannya
seumur hidup? Pertanyaan ini sering muncul dalam benak para calon
pengantin.
Keraguan-keraguan tersebut mampu membuat calon penganten berpikir
matang-matang sebelum merubah pikirannya atau bahkan membatalkan
pernikahan.
Walaupun pasangan kita tidak seperti yang diharapkan, namun siapa tahu
ternyata dia yang terbaik bagi kita.
Sebaiknya sebelum menetapkan pilihan kita perlu melihat sedini mungkin
latar belakang calon pendamping kita misalnya kalau tradisi Jawa kita
mengenal istilah bibit, bobot dan bebet;
a. Bibit (keturunan)
Pentingnya calon penganten mendalami calon pendampingnya dengan
mempertimbangkan keturunannya. Apakah calon pendamping kita
memiliki keturunan dari keluarga yang baik-baik ataukah ternyata
keadaanya tidak seperti yang kita harapkan.
Sering terjadi calon penganten tidak memperhatikan bagaimana
keluarganya tapi yang penting calon pendampingnya cantik atau
ganteng.
b. Bobot (keadaan)

Sebaiknya calon penganten mengerti bagaimana keadaan calon


pendamping kita dilihat dari segi keluarga bahagia atau tidak. Kadaan
ini dimaksud bukan kepada factor ekonomi etapi lebih kepada
keharmonisan keluarganya. Keturunan keluarga yang harmonis akan
memberikan dampak baik bagi anak-anaknya.

c. Bebet (sifat & perilaku)


Hal terberat dalam menentukan calon pendamping kita adalah
mengenai sifat dan perilakunya dikarenakan sifat dan perilaku ini
sudah terbentuk sejak kecil. Perlu waktu yang lebih lama untuk
merubah sifat dan perilaku calon pendamping kita.
Sering terjadi bahwa sifat dan perilaku calon pendamping kita berbeda
antara sebelum menikah dan setelah menikah. Sebelum menikah sifat
dan perilaku belum seluruhnya dapat terlihat namun setelah menikah
seluruh sifat dan perilakunya makin terbuka.
Walaupun keadaan tersebut diatas bisa dibentuk seiring dengan
berjalanya rumah tangga namun alangkah baiknya hal tersebut sudah
sejak awal kita mengetahuinya. Calon penganten perlu mengetahui
dan memahami bahwa

4. Masa Berkeluarga

BAB III
PEMBAHASAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Pendidikan dapat dikelompokan jenisnya menjadi pendidikan formal, nonformal dan
informal. Salah satu pendidikan nonformal misalnya pendidikan calon penganten
yang tujuannya adalah mempersiapkan penganten dalam menjalankan roda rumah
tangganya nanti sesuai dengan yang diharapkan.
Pendidikan calon penganten saat ini menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk
diikuti oleh para calon penganten. Pendidikan ini akan mempersiapkan dan
menjadikan keluarga yang bahagia, sejahtera dan bertanggung jawab.
Konsep yang diajarkan bagi para calon penganten tersebut meliputi;
1. Membentuk Keluarga berkarakter
Pada bagian awal calon penganten mendapatkan wawasan pembentukan
keluarga yang memiliki karakter dimana dalam proses ini setiap calon penganten
harus benar-benar memahami pentingnya saling menjaga hubungan yang harmonis
dalam keluarga.
Keluarga berkarakter adalah keluarga yang mengalami tantangan dan tekanan;
keluarga yang juga tidak sempurna, tidak konsisten, dan memiliki kekurangan; serta
kadang-kadang mengalami konflik dan kegagalan, namun keluarga ini juga
berketetapan hati untuk belajar mengembangkan keharmonisan sejati dan sikap

saling menghargai yang sungguh-sungguh, termasuk kepada mereka yang bukan


anggota keluarga. (John Adams, Presiden AS (17971801)
Hakekat karakter itu sendiri lebih kepada kualitas pribadi dan nilai-nilai mental dan
spiritual yang juga dapat tercermin melalui beberapa hal dibawah ini;
a. Menjalankan hidup yang sederhana yang dikembangkan dalam suatu
keluarga merupakan hal sangat penting dan mendasar bagi proses
pendidikan dalam keluarga yang berkarakter. Misalnya anak-anak sejak
dini sudah diajarkan bagaimana hidup sederhana dengan tidak hidup
boros.
b. Mengajarkan sikap disiplin dalam suatu keluarga juga memiliki makna
penting bagi perkembangan keluarga dimasa depannya. Misalnya orang
tua selalu memberikan tauladan dan contoh disiplin waktu melalui ibadah
tepat pada wakunya.
c. Mengedepankan sikap kejujuran dalam melaksanakan segala tindakan
dan perbuatan

menjadikan keluarga bertanggung jawab. keluarga

memberikan contoh kejujuran melalui perilaku dan perbuatan sehari-hari


d. Mngajarkan

sikap

kepedulian

terhadap

sesama

merupakan

pembelajaran yang sangat positif bagi keluarga. Misalnya saling berbagi


kebahagiaan dengan lingkungan sekitar yang membutuhkan pertolongan
kita.
Disiplin, kejujuran, kesetiaan, keberanian, keteguhan, kepedulian, dan berbagai
bentuk kualitas karakterlainnya, bukan muncul seketika, melainkan dia dibangun dari
hari ke hari, tahun ke tahun didalam sebuah keluarga. Kita berharap selain diberikan
kepada calon penganten namun gerakan keluarga berkarakter perlu juga ditularkan
lewat sekolah, aktifitas kerja, pemerintahan, serta dalam penegakan hukum.

2. Membentuk Keluarga berkualitas

Calon penganten perlu mendapatkan pendidikan dan pemahaman tentang


syarat keluarga yang berkualitas. keluarga berkualitas tidak dilihat dari jumlah
anak, namun yang terpenting adalah kualitas pendidikan, kesehatan, dan
kesejahteraannya.
Agar setiap keluarga berkualitas mampu membangun dirinya secara mandiri
minimal harus mampu menghayati, memiliki dan berperan dalam fungsifungsi keluarga diantaranya norma agama, nilai social budaya, membangun
cinta kasih dalam keluarga, mengatur reproduksinya dan memelihara
lingkungan dan alam.
Calon penganten perlu mendapatkan pendidikan tentang norma agama agar
bisa menjadi landasan falsafah yang amanah dari kehidupan yang penuh
iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kualitas suatu bangsa sangat
ditentukan oleh kualitas keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat.
Keluarga

juga

diyakini

sebagai

wadah

pertama

dan

utama

dalam

pembentukan kepribadian manusia. Keluarga merupakan tempat untuk


pendidikan dan pembentukan watak, moral, serta melatih kebersamaan
sebagai bekal kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keluarga
juga merupakan tempat bermuara dan berlabuhnya semua persoalan sosial
kemasyarakatan.

Sehingga,

diperlukan

kedamaian

dan

ketenangan

suasananya. Keluarga juga merupakan tempat untuk saling memberi


kehangatan, perlindungan dan cinta kasih.
Calon penganten mendapatkan pemahaman tentang menjunjung tinggi nilainilai sosial dan budaya yang dianut oleh keluarga lain dan saling hormat
menghormati nilai budaya yang berjalan.
Calon penganten diberikan pengetahuan bahwa keluarga harus saling
memiliki rasa cinta kasih dalam melaksanakan berbagai hal yang terwujud
dalam perilaku, tutur kata dan perbuatan sehari-hari. Saling mencintai adalah
kemampuan yang harus selalu dirawat dan dikembangkan dalam keluarga.

Calon penganten mendapatkan wawasan tantang perlunya proses reproduksi


yang direncanakan dengan baik, dengan demikian keluarga yang dibangun
menjadi keluarga berkualitas bukan sekedar kuantitas belaka.
Calon

penganten

mendapatkan

wawasan

tentang

perlunya

keluarga

melakukan proses sosialisasi dari dini baik menurut norma dan etika maupun
agama sehingga ketika terjun kemasyarakat sudah memiliki bekal untuk
beradaptasi/berinteraksi.
Mendapatkan pendidikan yang berkualitas yang perlu direncanakan sejak
dini. Pendidikan bisa diperoleh dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan
formal.
Calon penganten mendapat wawasan tentang ekonomi rumah tangga karena
selama ini persoalan ekonomi menjadi penyebab terbesar terjadinya kasuskasus kekerasan dalam rumah tangga. Dengan kemandirian perempuan
dalam keluarga, sehingga bisa mengentaskan keluarga dari keterbatasan
ekonomi merupakan salah satu upaya yang bisa dipakai menekan angka
kekerasan dalam rumah tangga
Calon

penganten

mendapatkan

pengetahuan

tentang

pentingnya

memberikan pendidikan kepada keluarga tentang pelestarian lingkungan


karena dari lingkunganlah kita bisa memenuhi banyak hal misalnya air, udara,
makanan, dll. Lingkungan yang rusak bisa mengakibatkan habisnya sumber
daya alam dan dampaknya akan dirasakan oleh anak cucu kita.

Selain yang tersebut diatas pada kursus tersebut calon penganten akan
membahas

mengenai kesiapan menjadi orang tua, mendidik anak dan

mengatur emosional.

II.

KESIMPULAN DAN SARAN

II.1. KESIMPULAN
Perlunya memperjelas dimana pendidikan calon penganten akan
diselenggarakan, bisa dikelola oleh masjid-masjid, Kantor Urusan Agama
atau Departemen Agama
Pendidikan bagi calon penganten akan memberikan pemahaman yang
sama dalam hubungan keluarga untuk membentuk keluarga yang
berkarakter dan berkualitas
Komunikasi keluarga sebagai kunci dalam rumah tangga karena
komunikasi memegang peranan penting dalam menyelesaikan segala
persoalan keluarga
Pentingnya

pendidikan calon penganten dalam mengajarkan

dan

menggali pemahaman kepribadian masing-masing, pola-pola penyesuaian


yang tepat pada setiap pasangan calon pengantin, pemahaman tentang
kepribadian diri sendiri ini menjadi penting karena ditengarai banyak
perceraian terjadi karena kebiasaan-kebiasaan kecil yang tidak disukai
oleh lawan jenis.

II.2. SARAN
Saran bagi calon penganten yang sebaiknya diperhatikan diantaranya;

Persiapkan dengan matang dan lakukan jauh-jauh hari sebelum kita


menikah baik itu materi, spirit dan wawasan. Materi bisa dipersiapkan
melalui kita menabung dengan teratur sewaktu kita masih remaja.

Ikutlah suatu kursus-kursus bagi calon penganten untuk menambah


wawasan dan pengetahuan kita

Bertanyalah kepada orang-orang yang sudah berkeluarga tentang


pengalamannya

dalam

membangun

suatu

keluarga.

Dari

pengalamannya ini calon penganten bisa mengambil hal-hal yang


dianggap baik dan meninggalkan yang tidak baik. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman tersebut kita bisa mengantisipasi dan
melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami
isteri

Perbanyaklah membaca buku-buku tentang bagaimana


mempersiapkan keluarga karena dengan membaca buku-buku kita
akan memiliki wawasan dan pengetahuan tambahan.

Untuk hal-hal tertentu buatlah sebuah komitmen bersama dalam


sebelum memasuki jenjang perkawinan misalnya; buat kesepakatan
apabila sudah menikah nanti akan mencari rumah baru

DAFTAR PUSTAKA

http://www.datastatistik-indonesia.com
http://www.blog.my-weddingbelle.com
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional)

Anda mungkin juga menyukai