Tahun II, No 1, April 2012 Halaman: 2-11 Antropologi Digital dan Netnograf Sebuah Pembahasan Awal Sita Hidayah Abstrak Tulisan ini adalah sebuah pengantar mengenai Antropologi digital pada umumnya. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengamatan bahwa meski akses internet di Indonesia tumbuh dengan kecepatan eksponesial, dan hampir tidak ada lagi aspek kehidupan yang tak termediasi teknologi digital, jagad digital masih menjadi tanah tak dikenal--trra in!ognito Antropologi Indonesia. Selain ingin mengangkat Antropologi digital dalam perbincangan ilmiah, tulisan ini ingin mengajak para pembaca untuk mencermati komunitas-komunitas onlin yang terus bermunculan dan juga melihat potensi netnograf dan etnograf hiperteks dalam memperkaya kajian mengenai manusia dan kemanusiaan Indonesia. Kata kunci Antropologi digital, netnograf, hiperteks, komunitas onlin. Kilasan Awal mengenai Digital Ethnography dan Hypertext dalam Antropologi Sebelum kita memulai perbincangan kita mengenai digital etnograf dan hiperteks dalam Antropologi, saya membuat pembedaan mengenai !"# digital etnograf yaitu etnograf yang dihasilkan mlalui perangkat digital. $ada etnograf ini, meski "l# penelitian bukan komunitas onlin, istilah digital " etnograf bisa dipakai sepanjang proses penelitian memakai perangkat digital. !%# &igital etnograf sebagai metode yang dipakai untu$ mempelajari dan memahami dunia digital dan onlin !ommunitis yang umumnya dikenal sebagai ntnograph%. $ada pengertian yang pertama, kita akan melihat suatu etnograf yang termediasi komputer !!omputr-m#iat# thnograph%#, di mana keseluruhan kerja etnograf bisa dan telah dilakukan dengan teknologi digital, khususnya komputer. Sementara pengertian yang kedua lebih menekankan pada etnograf tentang budaya dan jaringan sosial yang termediasi melalui internet !intrnt-m#iat# !ultur#. $ada bagian pengantar ini kita akan membahas mengenai hubungan antropolog dengan teknologi digital yang semakin erat. 'ahkan bagi para penentang digital etnograf yang paling kukuh sekali pun akan sulit mengabaikan realita bahwa teknologi digital telah mewarnai kehidupan dan merasuki kemanusiaan kita yang paling mendasar cinta, identitas, tubuh, kekerabatan, politik, agama bahkan realita. Teknologi digital tidak hanya mempengaruhi kehidupan orang kebanyakan, teknologi digital juga mempengaruhi bagaimana cara para antropolog merekam, menyimpan, menganalisis, menghasilkan, dan menyebarkan kerja ilmiah mereka. (ika kita lihat situasi saat ini, kita bisa lihat banyak sekali yang bisa dilakukan para antropolog dengan teknologi digital yang mereka punya. $andangan bahwa digital etnograf melulu tentang etnograf )isual !flm dan *oto# tidaklah benar. $ara antropolog dengan mangkus telah meman*aatkan komputer, kamera dan perekam digital, bahkan telpon seluler mereka dalam kerja penelitian mereka. $erekam digital, baik perekam suara mau pun gambar semakin meluas penggunaannya dalam etnograf. $ara antropolog kontemporer menyimpan data etnograf dalam bentuk digital karena keuntungan dari *ormat ini mudah disimpan, disebarluaskan, dan mudah dipakai. $ada tataran analisis, makin banyak antropolog meman*aatkan komputer untuk membuat hubungan berbagai )ariabel penelitian dan mena*sirkan data awal mereka. +ita bicara mengenai beragam so&twar untuk menganalisis data kualitati* mau pun data kualitati* mulai dari ,indows -.cell, S$SS, Athena, /A01&A sampai 0A1&AS. &an dengan mediasi komputer, para antropolog menghasilkan tidak hanya teks etnograf tunggal, tapi juga dokumen etnograf yang h%prt't. % -tnograf dalam *ormat h%prt't biasanya berwujud teks dengan rujukan teks atau in*ormasi lain yang tertaut lin$( Hiperteks adalah struktur yang membangun internet !,orld ,ide ,eb# sehingga tidak heran etnograf hiperteks biasanya memiliki domain di internet. " &engan plat&orm web.%.2 yang ada saat ini, masa depan etnograf tidak lagi harus berupa dokumen h%prt't, tapi juga h%prm#ia. $ada akhirnya kita akan melihat suatu etnograf dalam bentuk dokumen teks yang terhubung tidak hanya dengan teks3in*ormasi lain, tapi juga dengan gambar3 grafs yang tak terbatas kecuali karena kapasitas komputer dan jaringan internet. Setelah *okus pada kerja antropolog dan hubungannya dengan teknologi digital dan hiperteks, kita akan beralih pada *okus mengenai etnograf mengenai dunia yang termediasi teknologi digital dan memiliki *ormat hiperteks. Etnograf tentang Budaya Internet Saya tidak terlalu menguasai komputer jaringan, kurang paham mengenai wacana netnograf dan juga tidak terlalu terlibat dalam komunitas onlin. &engan keterbatasan-keterbatasan saya, pembahasan pada bagian ini hanya akan membicarakan mengenai onlin thnograph% dan lapangan !feld#. Sarjana paling otoritati* dalam studi mengenai budaya dan komunitas onlin adalah 4obert 5. +o6inets yang sudah menulis banyak sekali buku mengenai netnograf. Salah satu karya +o6inets yang paling bernas berjudul Ntnograph%: )oing *thnographi! Rsar!h +nlin yang terbit tahun %227. &alam bukunya, +o6inets menulis bahwa komunitas-komunitas online membentuk dan mengejawantahkan nilai-nilai, adat kebiasaan dan kepercayaan yang mengatur dan mengarahkan tingkah laku komunitas tersebut !%2"2 "%#. Singkatnya, meski interaksi sosial anggota komunitas onlin ini termediasi komputer, komunitas onlin membentuk dan dibentuk suatu kebudayaan tertentu. &an segala bentuk kebudayaan manusia adalah subyek pembicaraan Antropologi. Anggaplah kita menerima asumsi bahwa sebuah komunitas onlin adalah subyek penelitian yang sama derajatnya dengan suatu komunitas di lereng /erapi, komunitas onlin tetap akan mengusik pandangan tradisional kita mengenai lapangan !feld# penelitian etnograf. &iawali dengan munculnya w,nograph% sebagai sub disiplin Antropologi, lapangan etnograf baru tergelar " Apple 8hypercard program9 menggunakan *ormat hyperte.t untuk *ungsi pencarian. : suatu lapangan sosial yang mewujud melalui teknologi digital dan jaringan internet. &an sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mungkin dalam Antropologi;etnograf tanpa thnos, tidak hanya mungkin tapi menjadi keniscayaan !,ittel. %2"2#. /erangkum dua paparan singkat mengenai budaya internet dan lapangan penelitian Antropologi baru ini, kita tidak perlu membatasi cakrawala pandang kita pada anggapan bahwa internet semata produk material kebudayaan !$aterson. %22%#. <eorge /arcus telah mengingatkan kita mengenai perlunya para Antropolog untuk mencermati 8sir$ulasi ma$na-ma$na, o,%$-o,%$ #an i#ntitas $ultural #alam ruang #an wa$tu %ang #i&usi&9 ini !"77= >7 )ia ,ittel %2"2#. /arcus secara tidak langsung mengarahkan kita pada defnisi lapangan onlin ini. ?apangan yang di*usi*, yang tidak lagi terikat pada batasan-batasan teritorial geografs dan tidak terikat waktu linear, dengan tautan !lin$# in*ormasi dan media yang menggurita, secara langsung menguji metode etnograf yang biasa dipakai dalam Antropologi. ?apangan etnograf ini sulit karena adanya asumsi dasar etnograf yang menekankan pentingnya mempelajari sebuah kebudayaan dalam lingkungan alaminya. &an bagi banyak antropolog, lapangan onlin tidak alami karena adanya inter*ensi teknologi. &itambah lagi dengan anggapan bahwa lapangan onlin ini tidak hanya tidak alami, tapi juga bersi*at imajiner;tidak dalam pengertian Anderson dalam bukunya Imagin# -ommunitis, tapi pada sesuatu yang tidak sungguh-sungguh ada dan sepele; membuat lapangan etnograf baru ini tidak menarik bagi beberapa kalangan. Tulisan ini tidak akan membahas persoalan mengenai apa yang nyata dan tidak nyata dalam dunia digital ini. @ang penting di sini, meski tanpa kontak fsik dan tatap muka langsung, para anggota komunitas onlin .nti/n: intrnt !iti/n0 mengaggap pengalaman sosial onlin mereka tidak hanya nyata dan otentik tapi juga bermakna. Seperti yang ditulis +o6inets !%227# ratusan juta penduduk dunia berinteraksi dalam dunia !%,r setiap hari. Ini berarti bahwa lebih dari %% persen penduduk dunia terhubung melalui internet. &alam laporan &igital Auture yang dikeluarkan oleh Bni)ersity o* Southern 0ali*ornia tahun %22=, kenaikan jumlah nti/n di Amerika melonjak lebih dari "22 persen selama tiga tahun terakhir dan penggunaan internet di Asia meningkat lebih dari C22 persen pada kurun waktu %222-%22= !+o6inets. %227#. $erlu ditekankan di sini, para nti/ns ini C tidak hanya membuka w, pag mereka secara berkala berinteraksi serta menemukan kepuasan dan makna dalam berbagai akti)itas ,logging, mi!ro ,logging, 1i#o!asting, so!ial ntwor$ing, onlin gaming, instant mssaging, mailing dan seterusnya dalam worl# wi# w, ini. Ada beragam nama disematkan pada sub disiplin Antropologi yang mempelajari budaya dan komunitas onlin, mulai dari w,nograph%, 1irtual thnograph%, #igital thnograph%, !%,r anthropolog% dan juga ntnograph% dengan berbagai nuansa dan spektrum paradigma !+o6inets. %227 D#. /enurut saya, akan lebih produkti* apabila kita meneruskan perbincangan kita mengenai netnograf daripada membahas mengenai beragam penamaan sub disiplin Antropologi ini. $ersoalan kita selanjutnya adalah, apa yang disebut dengan komunitas onlin yang menjadi 8lokasi9 penelitian etnograf kitaE /engikuti defnisi Howard 4eingold dalam buku 85irtual 0ommunity Homesteading on The -lectronic Arontier9, komunitas onlin adalah 8Social aggregations that emerge *rom the net when enough people carry onFpublic discussions long enough, with suGcient human *eelings, to *orm webs o* personal relationships in cyberspace9 !+o6inets. %227 =#. /elalui pengertian di atas, kita bisa menarik beberapa batasan mengenai komunitas onlin komunitas bersi*at kolekti* dengan interaksi indi)idu-indi)idu yang termediasi komputer, memiliki simbol-simbol yang dipertukarkan oleh minimal %2 orang !batas minimal yang dibuat +o6inets# dan pertukaran ini bisa diakses oleh peneliti, di mana interaksi-interaksi onlin ini berlaku seperti hubungan yang berkelanjutan dan melibatkan perasaan-perasaan manusiawi sehingga menghasilkan sebuah jaringan sosial dengan identitas bersama !%227=-7#. 'atasan-batasan yang dibuat 4eingold dan +o6inets ini cukup berguna bagi kita untuk mengidentifkasi komunitas onlin yang hendak dipelajari. Apabila kita sudah menemukan komunitas pilihan, maka langkah selanjutnya adalah mencari tahu bagaimana kita akan melakukan penelitian etnograf melalui internet. D Netnography Sebuah !etode Tahapan penelitian etnograf onlin ini hampir serupa dengan tahapan etnograf tradisional. Tahap awal dimulai dengan membuat batasan penelitian dan membuat pertanyaan, menyeleksi komunitas onlin, melakukan partisipasi obser)asi, dilanjutkan dengan menganalisis data dan menyajikan laporan etnograf kita. &ari segi substansi, etnograf tradisional dan netnograf tidak banyak berbeda. Sebelum membahas mengenai perbedaan kedua hal ini, apa itu netnografE +o6inets dalam buku Ntnograph% mendefnisikan netnograf sebagai 8s,uah ,ntu$ tnogra" %ang #ia#aptasi untu$ #unia sosial %ang #im#iasi prang$at $omputr9 !%227 "#. Singkatnya, netnograf adalah sebuah metode untuk mempelajari !%,rnti!s spa! .!%,rspa!0. &an belakangan ini netnograf telah diusung sebagai sebuah satu-satunya metode yang secara khusus dirancang untuk mempelajari kebudayan dan komunitas onlin !'owler (r. %2"2#. +o6inets lebih lanjut menerangkan keunggulan-keunggulan netnograf dalam mempelajari interaksi sosial onlin 8Fonline interactions are )alued as a cultural reHection that yields deep human understanding. ?ike in-person ethnography, netnography is naturalistic, immersi)e, descripti)e, multi-method, adaptable, and *ocused on conte.t. Bsed to in*orm consumer insight, netnography is less intrusi)e than ethnography or *ocus groups, and more naturalistic than sur)eys, Iuantitati)e models, and *ocus groups. Jetnography fts well in the *ront-end stages o* inno)ation, and in the disco)ery phases o* marketing and brand management.9 +elebihan-kelebihan ntnograph% ini membuat metode pengamatan !sering dianggap metode 8menguntit93lur$ing#, !ontnt anal%sis dan t't mining yang dulu biasa dipakai untuk meneliti aktiftas-aktiftas onlin menjadi kurang mendalam dan kurang menghasilkan dalam memahami para nti/n. +arena pada prinsipnya sama, etnograf dan netnograf memiliki banyak persamaan. $ersamaan yang paling *undamental dari kedua metode ini adalah sama-sama menekankan pentingnya keterlibatan peneliti dan pentingnya konteks dalam penggambaran kebudayaan onlin ini. $erbedaan antara kedua metode ini terletak pada bagaimana penelitian dilakukan dan bagaimana antropolog melakukan penelitian. 'agaimana mencari, mencatat dan merekam, K menyimpan, menganalisis dan menampilkan representasi kebudayaan onlinE /encari data di dunia maya tentu tidak sama dengan penelitian lapangan pada sebuah komunitas di pesisir (awa, misalnya. +alau dalam penelitian etnograf data terutama diperoleh melalui wawancara mendalam, dalam netnograf data terutama diperoleh dari interaksi hiperteks para nti/n. +elebihan *ormat hiperteks, segala bentuk pertukaran simbol yang berupa tulisan, suara atau gambar bisa disimpan dalam *ormat asli, sehingga makna mencatat data juga bergeser. &alam netnograf, 2otting dan tran$rip tidak lagi perlu. &an seperti yang sudah dipaparkan pada bagian pertama tulisan, para antropolog sekarang bisa menganalisis data dan menampilkan laporan etnograf dalam bentuk h%prt't . juga h%prm#ia0. Sedikit pembahasan mengenai analisis data dan penulisan h%prt't karena si*atnya yang multilinear,proses penelitian tidak lagi kronologis. &okumen data dan dokumen analisis bisa saling bertautan sehingga batasan antara data dan analisis menjadi kabur. +ita bisa membaca tautan sebagai sebuah dokumen analisis, dan sebaliknya satu dokumen analisis bisa menjadi dokumen data pada tautan dokumen yang lain. Tentu saja kita bisa memutuskan sebuah dokumen sebagai sebuah teks akhir, akan tetapi dengan kemudahan tautan !lin$# hiperteks, sangat mudah bagi kita tergoda untuk mengikuti tautan tersebut. 'andingkan perbedaan tanggapan kita ketika membaca sebuah dokumen dengan rujukan berupa catatan kaki dan dokumen dengan rujukan berupa tautan hiperteks. &alam tahap analisis, penggunaan kerangka berfkir dan teori dalam netnograf akan sangat bergantung pada keputusan sang antropolog, seperti halnya dalam etnograf biasa. Akan tetapi karena si*at hiperteks, tentu saja pelukisan hiperteks mengubah pemaknaan dan hubungan antara pengarang !dalam hal ini antropolog# dan pembaca. -tnograf onlin mutakhir sangat partisipatoris dan demokratis, sehingga pembacaan akan teks bisa menjadi sangat cair. 'ahkan saking partisipatoris dan demokratis, pembaca bisa menggeser peneliti dalam membangun wacana mengenai sebuah representasi kebudayaan. /enutup pembahasan mengenai metode netnnograf ini, perbedaan yang paling menyolok antara etnograf dan netnograf terutama terlihat dalam aspek etika penelitian. +arena interaksi sosial ini termediasi teknologi, kehadiran peneliti tidak serta merta bisa tampak, sehingga sangat penting bagi para > peneliti onlin untuk mendapatkan persetujuan dari para nti/n yang menjadi subyek penelitian mereka. Aspek pri)asi juga harus menjadi prioritas karena dalam interaksi onlin, batasan publik dan pri)at sangat tipis. 'atasan publik dan pri)at bisa jadi sangat subyekti*, meski pun ada undang-undang yang mengatur interaksi dan transaksi internet, misalnya. $ersoalan etika ini cukup penting sehingga persoalan kehadiran peneliti dalam komunitas masih akan dibahas pada bagian di bawah. 'eranjak dari perdebatan mengenai lapangan, mengutip ,ittel !%2"2#, ada beberapa hal yang perlu kita bahas lebih lanjut 8!"# -thnographic practice is attendance, is a co-presence o* ethnographer and the obser)ed social situation. ,hether this co- presence reIuires one single shared space, is a problem worth discussing, particularly in the conte.t o* online-ethnographiesF !%# -thnography is about re)ealing conte.t and thus comple.ity. The potential o* this method lies not in a reduction o* comple.ity, not in the construction o* models, but in what <eert6 calls Lthick descriptionL.9 $rinsip kehadiran dalam etnograf penting untuk ditekankan dalam penelitian etnograf onlin ini. /eski dalam etnograf onlin ruang dan waktu tidak lagi bersi*at tunggal dan linear, partisipasi obser)asi tetap menjadi patokan untuk menggali pengetahuan komunitas onlin ini. &an partisipasi obser)asi ini yang membedakan metode etnograf onlin atau netnograf dengan metode yang dipakai untuk memetakan jaringan, analisis usr-gnrat# !ontnt atau metode pencarian dan penggunaan web lainnya. +edua, etnograf bertujuan untuk menemukan hubungan-hubungan yang kompleks dan holistik dan juga harus mampu mengungkapkan konteks yang mendalam mengenai sebuah kebudayaan. $ertanyaan besar untuk kita adalah bagaimana membuat pelukisan yang mendalam mengenai komunitas onlin ini sementara ada lubang besar yang belum juga bisa ditutup dalam netnograf ini anonimitas pengguna internet. !enyoal Internet di Indonesia Awal Kesimpulan" Sebelum mengakhiri tulisan ini saya ingin memaparkan beberapa data menarik mengenai peman*aatan internet di Indonesia. &ata terakhir menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan pengguna Aacebook terbesar di dunia setelah = Amerika Serikat dan juga merupakan negara dengan pengguna Twitter terbanyak di dunia setelah (epang dan India !+ompas, %= Jo)ember %2""#. Bntuk sebuah negara dengan akses internet yang tidak masuk dalam peta intrnt suprpowr dunia, Indonesia sungguh istimewa. &engan pengguna internet lebih dari DD juta orang dan dengan angka penetrasi lebih dari :2 persen di wilayah perkotaan Indonesia !/ark $lus Insight %2"" )ia +ompas %= Mktober %2""#, sudah sepantasnya para antropolog memberikan perhatian lebih pada *enomena ini. &i tengah ketakjuban saya akan kenaikan jumlah pengguna internet di Indonesia, saya juga merasa prihatin. &ari dua data di atas kita bisa langsung membuat hubungan sederhana dari DD juta orang pengguna internet di Indonesia, C2,= juta adalah pengguna Aacebook. +esimpulan ini diperkuat oleh data yang dikumpulkan oleh +ementrian +omunikasi dan In*ormatika bahwa penggunaan internet di Indonesia sebagian besar dipakai untuk jejaring sosial !D= persen# dan onlin gaming !:D persen# !'isnis, %" &esember %2"2#. /engapa bangsa Indonesia sangat gandrung dengan jejaring sosial dan onlin gaming iniE /ungkin saya tidak tahu jawaban dari pertanyaan saya sendiri, sebuah persoalan muncul di sini. &ari paragraph-paragra* di atas, kita para antropolog bisa melakukan penelitian dan membuat representasi kebudayaan #ngan perangkat digital hiperteks atau melakukan penelitian kebudayaan mlalui perangkat digital hiperteks. Saya ingin meman*aatkan ruang yang sempit ini untuk mengingat sebuah cara pandang yang paling umum dalam penelitian budaya internet. Saya memakai contoh untuk menggambarkan pandangan yang paling umum dalam penelitian mengenai internet sekarang ini adanya hubungan langsung dan berarti antara dunia maya dan dunia nyata. /isalnya, bagaimana kehidupan o3in kita berjalan dalam logika jejaring sosial onlin. &alam logika semisal Aacebook dan Twitter, pengguna selalu ditantang untuk menampilkan diri, sehingga tidak heran para pengguna menjadi sangat sadar akan pentingnya dokumentasi. $eristiwa tidak lagi bisa berlalu begitu saja tanpa catatan atau *oto di pro"l akun Aacebook seseorang. +edua, moti!on dalam mi!ro,logging dan instant mssngr( *moti!on adalah gambar-gambar wajah yang melukiskan beragam perasaan dan emosi manusia. $enggunaan moti!on memang bertujuan untuk memampatkan berjuta kesan dalam ikon yang sangat 7 sederhana. Apabila dicermati lebih dalam, moti!on tidak hanya menyederhanakan komunikasi, tapi juga menumpulkannya. 'enarkah demikianE Da#tar Pustaka Anderson, 'enedict. %22". 4omunitas Tr,a%ang. @ogyakarta $ustaka $elajar. 0oleman, -. <abriella.9-thnographic Approach to &igital /edia9 in Annual R1iws o& Anthropolog% 5ol. :7 !%2"2#. &icks, 'ella, 'ruce /ason et. al. %22D. 5ualitati1 Rsar!h an# H%prm#ia *thnograph% &or th )igital Ag. ?ondon Sage. <eert6, 0liNord. "7>:. Th Intrprtation o& -ultur( Jew @ork 'asic 'ooks. +o6inets, 4obert 5. %227. Ntnograph%: )oing *thnographi! Rsar!h +nlin. ?ondon Sage. ------------------------ . %2"2. 8Jetnography the /arketersOs Secret ,eapon How Social /edia Bnderstand &ri)es Inno)ation9 Phttp33in*o.netbase.com3rs3netbase3images3JetnographyQ,$.pd*R diunduh tanggal ": &esember %2"". /ason, 'ruce, and 'ella &icks. 8<oing 'eyond the 0ode The $roduction o* Hypermedia -thnography9 in 6o!ial 6!in! -omputr R1iw 7ol( 18 .20010. /arcus, <eorge. "77=. *thnograph% through Thi!$ an# Thin. $rinceton $rinceton Bni)ersity $ress. ,ilson, Samuel / and ?eighton 0. $eterson. 8The Anthropology o* Mnline 0ommunities9 in Annual R1iws o& Anthropolog%( 5ol. :" !%22%#. ,ittel, Andreas. 8 -thnography on the /o)e Arom Aield to Jet to Internet9 dalam 9orum: 5ualitati1 6o!ial Rsar!h, 5ol. " Jo. " Art. %". (anuari %222. Koran ,ahyudi, 4e6a dan Tri ,ahono. 8Jaik ": (uta, $engguna Internet Indonesia DD (uta Mrang9 dalam www.teknokompas.com edisi %= Mktober %2"" dan diakses pada tanggal "> &esember %2"". Suhri, Sepudin. 8$engguaan Internet belum $rodukti*9 dalam www.bisnis.com edisi %" &esember %2"2 diakses pada tanggal "> &esember %2"". /ark $lus Insight )ia 8$engguna Aacebook Indonesia C2,= (uta9 dalam www.*emalekompas.com. edisi %= Jo)ember %2"" dan diakses pada tanggal "> &esember %2"". "2
Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu Dan Anak 2012 Etnik Gayo, Desa Tetingi, Kecamatan Blang Pegayon, Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam