Anda di halaman 1dari 4

Polimialgia Reumatik

Golongan Penyakit : 3A
a. Definisi
Polymialgia rheumatic (PMR) adalah gangguan pada jaringan ikat dengan penyebab yang
tidak diketahui yang menyebabkan gangguan pada otot dan sendi (Carlson, 2004). Penyakit ini
ditandai dengan nyeri otot proximal pada pinggul dan bahu disertai kaku pada pagi hari yang
berlangsung lebih dari 1 jam (Papadopoulos, 2012).
b. Insidensi
PMR dua kali lebih sering terjadi pada wanita. Insidensi meningkat seiring dengan
pertambahan usia (Papadopoulos, 2012)). Prevalensi setelah usia 50 tahun diperkirakan 1 kasus
per 133 populasi (Soubrier, 2006). PMR umumnya terjadi pada usia lebih dari 70 tahun (Escott-
Stump, 2008).
c. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya PMR masih belum diketahui. Penyakit ini terutama
terjadi pada kulit putih. Hubungannya dengan penanda genetic HLA-DR4 menunjukkan
predisposisi familial. Penumpukan immunoglobulin pada dinding arteri temporal yang
mengalami inflamasi menunjukkan proses autoimun (Day, 2009).
PMR berhubungan erat dengan giant cell arteritis (GCA, temporal arteritis), meskipun
masih dierdebatkan apakah PMR dan CGA dua penyakit yang berbeda atau penyakit yang
berada dalam spectrum yang sama. Secara patologis PMR dan CGA sama, dengan pengecualian
tidak adanya keterlibatan pembuluh darah yang signifikan dalam PMR murni. Sinovitis, bursitis
dan tenosynovitis sekitar sendi, khususnya bahu, pinggul, lutut, sendi metacarpal-phalang dan
pergelangan tangan terlihat dalam PMR. Inflamasi diperkirakan terjadi pertama di dalam
synovium dan bursae, dengan pengenalan antigen yang tidak diketahui oleh sel dendritik atau
makrofag. Aktivasi sistemik makrofag dan sel T merupakan karakteristik PMR dan CGA. Pasien
sering mengalami peningkatan IL-6 yang merupakan sitokin yang bertanggung jawab dalam
respon peradangan sistemik (Papadopoulos, 2012).



d. Gambaran Klinis
Kaku dan nyeri otot khususnya pada leher, bahu, punggung, pinggul dan paha merupakan
gejala primer. Kaku lebih sering terasa pada pagi hari dan setelah istirahat. Banyak orang dengan
PMR mendapati bahwa tubuh mereka terlalu kaku sehingga sulit bangun dari tempat tidur.
Gejala lainnya bisa berupa demam, anorexia, penurunan berat badan, anemia dan apati. Gejala-
gejala ini bisa muncul tiba-tiba atau berkembang secara bertahap (Carlson, 2004).
e. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis PMR diperlukan riwayat penyakit yang jelas, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan radiologis untuk memeriksa sendi yang terganggu dan sejumlah tes darah untuk
menyingkirkan berbagai kemungkinan penyebab gejala. Hasil tes darah menunjukkan adanya
anemia dan peningkatan ESR (erytrocite sedimentation rate). Kadang-kadang biopsy arteri perlu
dilakukan untuk melihat apakah terdapat arteritis temporal (Carlson, 2004).
f. Diagnosa
Diagnosis PMR dibuat dengan melihat gejala klnis dan hasil laboratorium. Berbagai gejala klinis
dan abnormalitasn hasil laboratorium yang dominan ditunjukkan pada tabel 1 dan 2 berikut
(Shoenfeld, 2008).
Tabel 1. Abnormalitas Hasil Laboratorium PMR
Test Frekuensi (%)
Peningkatan ESR (erytrocite sedimentation rate) 80-95
Anemia (normocytic) 20-50
Trombositosis <20
Peningkatan alkalin fosfat <20

Tabel 2. Gejala Klinis PMR
Gejala Klinis Frekuensi (%)
Nyeri bahu 90-100
Kaku pada pagi hari 90-100
Nyeri lengan atas bilateral 50-75
Nyeri leher 30-50
Nyeri pinggul 30-70
Manifestasi musculoskeletal distal
*
20-50
Demam, malaise, anorexia 20-40
*
Arthritis/arthtralgia tangan, edema tangan dan carpal tunnel syndrome (CTS)
g. Diagnosis Differential
Diagnosis banding pasien lanjut usia dengan nyeri otot, kaku dan peningkatan ESR luas
karena fase prodromal beberapa kondisi penyakit lain menyerupai PMR. Diagnosis banding
tersebut antara lain (Koopman, 2003) :
1. Arthropaties
2. Rheumatoid arthritis
3. Fibromylagia
4. Penyakit radang sendi lainnya pada lanjut usia
5. Penyakit degenerative sendi
6. Penyakit peradangan pada otot
7. Penyakit keganasan
8. Infeksi
9. Hipotiroid
10. Depresi
h. Penanganan
Glukortikoid merupakan obat andalan untuk PMR. Dosis awal 15-20 mg/hari. Gejala
biasanya mulai mereda 1-3 haru terapi dimulai. Setelah 2-4 minggu, dosis glukokortikoid bisa
diturunkan secara bertahap sambil memonitor kemungkinan kekambuhan gejala (Shoenfeld,
2008).
i. Komplikasi
Umumnya, PMR tidak menyebabkan komlikasi yang serius. Pasien yang diobati dengan
kortikosteroid beresiko mengalami komlikasi akibat kortikosteroid (Papadopoulos, 2012).
j. Prognosis
PMR biasanya sembuh sendiri. Pasien yang tidak diobati sering merasa tidak enak badan
dan memiliki gangguan kualitas hidup. Dengan diagnosis yang tepat dan terapi yang memadai,
pasien memiliki prognosis yang sangat baik (Papadopoulos, 2012).
k. Daftar Pustaka
Carlson, K; Eisentats, S and Terra D. 2004. The New Harvard Guide to Womans Health.
Harvard University Press. USA.
Day, RA; Paul, P. and Beverly W. 2009. Brunner and Suddarth's Textbook of Canadian
Medical-Surgical Nursing. Liincott Williams and Wilkins. USA
Escott-Stump, Sylvia. 2008. Nutrition and Diagnosis Related Care. Lippincott Williams
and Wilkins. USA.
Koopman, Williams J. et al. 2003. Clinical Primer of Rheumatology. Lippincott Williams
and Wilkins. USA.
Papadopoulos, Patricia J. 2012. Polymialgia Rheumatica. Emedicine Journal.
<http://emedicine.medscape.com/article/330815-overview>[diakses tanggal: 12
April 2013].
Shoenfeld, Y; Cervera, R and Eric, G. 2008. Diagnostic Criteria in Autoimune Disease.
Human Press. USA.
Soubrier, M; Dubost, J and Jen-Michel. R. 2006. Polymyalgia Rheumatica: diagnosis and
treatment. Joint Bone Spine. 73(2006) p. 599-605.


BIODATA
Nama : Dede Harnita
NIM : 0907101010055

Anda mungkin juga menyukai