Anda di halaman 1dari 18

KERJASAMA SEKOLAH DAN MASYARAKAT

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan



Disusun oleh: Kelompok 6
Ahmad malik f
Adi soleh satria
Arian alam S
Rizky C
Try widia nugraha
Yadi Hikmah



JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makin majunya perkembangan masyarakat diisyaratkan makin besarnya
tuntutan masyarakat terhadap perkembangan lembaga pendidikan, sehinga tidak
menutup kemungkinan bagi lembaga yang tidak dapat mengakomodasi tuntutan
masyarakat tersebut maka tidak mustahil akan berdampak pada pengucilan lembaga
atau dengan kata lain lembaga tersebut akan mati bersamaan dengan memudarnya
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.
Tumbuh kembangnya kepercayaan masyarakat mengisyaratkan pula atas
desakan kebutuhan lembaga untuk semakin berkembang guna menjawab tantangan
serta kebutuhan masyarakat seningga pada gilirannya masyarakat akan menentukan
pilihan lembaga mana yang layak untuk diberikan kepercayaan mendidik masyarakat
peserta didik.
Desakan kebutuhan masing masing baik lembaga ataupun masyarakat
tertentu berbeda walaupun pada prinsip dasarnya memiliki kesamaan yakni
mencerdaskan kehidupan anak bangsa, dan cita cita akan tampak hanya sebagai
sebuah angan angan jika antara masyarakat dan lembaga pendidikan tidak terjalin
komunikasi dengn baik, sehingga lajim dikatakan bahwa keduanya merupakan
simbiosis mutualisme, yakni sebagai suatu keharusan yang menyatakan visi dan misi
diantara keduanya sehingga satu sama lainnya tidak dapat melepaskan diri.
Dalam bahasa yang lebih dinamis dikatakan bahwa lembaga pendidikan dan
masyarakat bukan hanya sekedar menjalin hubungan, tetapi lebih kepada komunikasi,
dan keluasan makni ini akan berdampak terhadap harmonisasi hubungan sekolah dan
masyarakat sehingga pada gilirannya dapat tercipta jika masing masing elemen
yang menjadi pelengkap hubungan tersebut dapat terpelihara serta masing masing
memberikan dukungan satu sama lainnya. Dengan kata lain, hubungan masyarakat
dengan sekolah akan menumbuhkan hasil berupa kerjasama, dan kerjasama tersebut
dapat terlaksana dengan baik jika terjadi komunikasi yang kondusif yang mengarah
kepada pemenuhan kebutuhan keduanya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah hubungan lembaga sekolah dengan masyarakat sekolah ?
2. Bagaimanakah hubungan lembaga sekolah dengan masyarakat sekitar ?
3. Apakah hubungan yang dijalin sekolah dengan masyarakat berjalan dengan
baik ?
4. Apakah sekolah sebagai lembaga sosial sudah mampu berperan sebagai agen
of change, selecting agency, class leveling agency dalam hubungannya
dengan masyarakat ?
5. Dalam pelaksanaannya dilapangan, apakah hubungan antara sekolah dengan
masyarakat sekitar megalami kendala kendala yang cukup berarti, seperti
tujuan komunikasi yang kurang jelas ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui hubungan lembaga sekolah dengan masyarakat sekolah.
2. Mengetahui hubungan lembaga sekolah dengan masyarakat sekitar.
3. Memahami apakah hubungan yang dijalin antara sekolah dengan masyarakat
itu baik atau tidak.
4. Memahami apakah sekolah sebagai lembaga sosial sudah mampu berperan
sebagai agen of change, selecting agency, class leveling agency dalam
hubungannya dengan masyarakat.
5. Memahami apakah hubungan antara sekolah dengan masyarakat sekitar
megalami kendala kendala yang cukup berarti, seperti misalnya tujuan
komunikasi yang kurang jelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kerjasama Sekolah dan Masyarakat
Jika dilihat dari sisi maknanya, hubungan sekolah dan masyarakat memiliki
pengertian yang sangat luas sehingga masing masing ahli memilki persepsi yang
berbeda beda, hal ini tentu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda beda,
seperti diungkapkan bahwa hubungan masyarakat dengan sekolah merupakan
komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik baik dalam
rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan
kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama (international public relation
association).
Secara lebih umum dikatakan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat
diartikan sebagai suatu proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan pengertian
warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta berupaya dalam
memperbaiki sekolah (Soetopo dan Soemanto; 1992: 236).
Memaknai pengertian komunikasi, secara spesifik dikemukakan oleh Emerson
Reck (1993: 25) bahwa:
Public relation is the continued process of keying policies, service and action to
the best interest of those individual and group whose confidence and goodwill and
individual or institution covest, and secondly, it is the interpretation of these policies,
services and action toassure complete understanding and appreciation.
Public relation dimaknai sebagai sebuah proses penetapan kebijakan,
pelayanan serta tindakan tindakan nyata berupa kegiatan yang melibatkan orang
banyak agar orang orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut memiliki
kepercayaan terhadap lembaga yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Hal serupa dikemukakan oleh Rex Harlow (1999: 17) bahwa: Public relation
merupakan suatu fungsi dari manajemen yang khas dan mendukung pembinaan,
pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya terutama menyangkut
aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama, melibatkan manajemen
dalam melibatkan persoalan permasalahan, membantu manajemen menanggapi opini
public, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan
secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi
kecenderungan mempergunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan
etis sebagai sarana utama.
Pengertian diatas jauh lebih bersifat umum dan sedikitnya mengalami
kesulitan bagi pembaca pemula karena demikian banyak elemen yang terlibat di
dalam pengukuran efektifitas suatu komunikasi. namun ada hal yang menarik bahwa
komunikasi hendaknya dilakukan melalui pengkajian penelitian dan pengembangan
hal ini perlu disadari terutama oleh manajemen sekolah bahwa penelitian dan
pengembangan adalah sesuatu yang mutlak dilaksanakan oleh lembaga sebab atas
dasar inilah maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan mendesak yang dirasakan oleh
masyarakat dan perlu sgera ditanggapi.
Hal senada dikemukakan pula oleh leslie dalam (The School And Community
Relations; 1984:14) bahwa:
School public relations is a process of comunication between the school and
community for purpose of increasing citizen understanding of educational needs and
practices and encouraging antelligent citizen interest and cooperation in the work of
improving the school.
Pengertian diatas hampir memiliki kesamaan dengan apa yang diungkapkan
oleh Mamusung (1988: 6) bahwa sekolah sebagai lembaga sosial yang
diselengarakan dan dimiliki oleh masyarakat seharusnya mampu memenuhi
kebutuhan masyarakatnya dan sekolah memiliki kewajiban secara legal dan formal
untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang tujuan-tujuan, program-
progam, kebutuhan serta keadaannya, dan sebaliknya sekolah harus mengetahui
dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakatnya.
Memaknai pendapat pendapat diatas. Penulis memiliki persepsi yang
berbeda dan hal ini belum diungkapkan oleh penulis-penulis sebelumya, yakni
saluran komunikasi dengan lembaga sebab hal ini sekaligus berhubungan dengan
tujuan, peran dan fungsi antara keduanya.
Secara umum hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan yang
hendak dicapai yakni berupa peningkatan mutu pendidikan, sehingga pada
gilirannya, masyarakat akan merasakan dampak langsung dari kemajuan tersebut.
adapun tujuan yang lebih kongkrit hubungan sekolah dan masyarakat antara lain:
1. Guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik
2. Berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sekaligus
menjadi desakan yang dirasakan saat ini.
3. Berguna dalam mengembangkan program-program sekolah kearah yang lebih
maju dan lebih membumi agar dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai
pengguna jasa pendidikan.
Untuk membantu pemahaman tentang makna dari hubungan sekolah dan
masyarakat, maka Oteng Sutisna (Administrasi dan Supervisi Pendidikan)
mengungkapkan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat memilki tujuan dalam:
1) Mengembangkan pemahaman tentang maksud dan saran-saran dari sekolah
2) Menilai program sekolah dengan kata-kata kebutuhan terpenuhi
3) Mempersatukan orang tua, murid serta guru-guru dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan peserta didik
4) Mengembangkan kesadaran akan pentingnya pendidikan sekolah dalam era
pembangunan
5) Membangun dan memelihara kepercayaan terhadap sekolah
6) Memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah
7) Mengerahkan bantuan dan dukungan bagi pemeliharaan dan peningkatan
program sekolah.
Adapun peran serta fungsi sekolah dalam mengembangkan hubungannya
dengan masyarakat antara lain bertujuan dalam merumuskan saluran saluran
komunikasi yang dapat dipergunakan bak oleh sekolah maupun oleh masyarakat yang
notabene selama ini diabaikan dan bahkan dalam pengamatan penulis hal inilah yang
menyebabkan komunikasi sekolah dan masyarakat selama ini kurang harmonis.
Disadari atau tidak, sekolah sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang
sosial dan hal ini harus mampu berperan sebagai agent of change, selecting agency,
class leveling agency, assimilating agency, dan agent of preservation. Sebagai agent
of change tentu lembaga pendidikan hendaknya lebih mengedepankan peran dan
fungsinya sebagai pembaharu bagi masyarakat peserta didik dan masyarakat umum
terutama dalam menggali potensi yang mengarah pada paradigma dan perubahan
berpikir dan berperilaku yang sesuai dengan standar norma yang berlaku, sehingga
jika masyarakat peserta didik melakukan pelanggaran atas hal tersebut, maka ada dua
pertanyaan yang dikemukakan apakah lembaga tidak berhasil dalam mendidik peserta
didik ataukah peserta didik itu sendiri yang memang susah untuk dibentuk sebagai
manusia berakal yang berakhlakul karimah.
Sedangkan sebagai selecting agency lembaga hendaknya mau dan mampu
memilih potensi masyarakat yang beragam, tentu hal ini membutuhkan keterampilan
keterampilan khusus, terutama dari pengelola pendidikan sehingga pada gilirannya
potensi masyarakat dalam hal ini peserta didik mampung berkembang secara optimal
Adapun peran dan fungsi lembaga pendidikan sebagai class levelling agency
hendaknya lembaga pendidikan mampu menjadi perantara sebagai peningkat taraf
sosial bagi masyarakat peserta didik itu sendiri, sehingga kecenderungan peserta didik
untuk berperilaku yang menyimpang terhadap peran dan fungsi lembaga sebagai
assimilating agency dapat terhindarkan sedini mungkin.
Jika prinsi prinsip diatas dapat dilaksanakan, maka pada gilirannya tuntutan
lembaga pendidikan sebagai agent of preservation akan terlaksana dengan baik dan
jika hal ini terjadi, maka pemeliharaan serta penerusan sifat sifat budaya bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang luhur akan terpelihara dan dapat diteruskan.


B. Implementasi di Lapangan
Kenyataan dilapangan membuktikan bahwa hubungan sekolah dengan
masyarakat mengalami kendala yang cukup berarti diantaranya:
1. Tujuan komunikasi yang kurang jelas
2. Saluran komunikasi yang transparan dan professional
3. Keterampilan komunikasi yang kurang mendukung
4. Tindak lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan kurang terstruktur
dan berkesinambungan.
Hendaknya pembahasan mengenai hubungan sekolah dan masyarakat
hendaknya sudah mulai dirumuskan pada beberapa persoalan pokok, yakni apa
dampak yang akan dirasakan, siapa yang merasakan langsung atas dampak tersebut
serta bagaimana membedakan masyarakat peserta didik dengan masyarakt umum.
Namun dari sekian banyak pertanyaan yang muncul maka ada salah satu pertanyaan
yang muncul maka ada salah satu pertanyaan yang hendaknya dirumuskan secara
lebih pasti yakni bagaimana dampak hubungan tersebut berpengaruh terhadap
perkembangan peserta didik dan kemajuan kelembagaan.
Tujuan komunikasi atau dalam hal ini hubungan sekolah dan masyarakat yang
dilakukan oleh lembaga selama ini masih bersifat one way traffic communication
sehingga muncul kesan bahwa lembaga hanya mengharapkan dukungan masyarakat
hanya untuk mempertahankan eksistensi kelembagaan semata, bahkan kesan lain
yang muncul kepermukaan bahwa lembaga hanya ingin mendapatkan keuntungan
semata sementara kebutuhan masyarakat terhadap lembaga kurang diperhatikan.
Berikutnya saluran komunikasi yang dilakukan oleh lembaga dapat dilakukan
melalui beberapa saluran, diantarany:
1) Transparansi laporan keuangan sekolah terhadap orang tua murid
2) Bulletin sekolah
3) Surat kabar
4) Pameran sekolah
5) Open house
6) Kunjungan ke sekolah
7) Kunjungan ke rumah siswa
8) Penjelasan oleh stf sekolah
9) Gambaran keadaan sekolah melalui siswa
10) Melalui radio dan televise
11) Laporan tahunan, dan lain-lain.
Sampai saat ini, semestinya kita sebagai pengelola kelembagaan
mempertanyakan saluran komunikasi tersebut diantaranya saluran manakah selama
ini telah kita pergunakan serta bagaimana tingkat keefektifan saluran saluran yang
dipergunakan dan selanjutnya bagaimana pengelola mampu memperbaiki komunikasi
tersebut sehingga akan berdampak terhadap perbaikan lembaga secara berkelanjutan.
Namun ada hal lain yang dituntut dari lembaga yakni keterampilan
keterampilan komunikasi, sudah semestinya lembaga mempergunakan sistem
komunikasi dua arah (two way traffic communication), artinya kebermaknaan suatu
komunikasi mampu diarahkan pada perbaikan system pendidikan secara menyeluruh
dan hal ini merupakan tugas bersama antar pengelola lembaga dan masyarakat
sehingga pada gilirannya ketika komunikasi tersebut tidak sampai baik kepada
lembaga ataupun masyarakat maka tidak akan mengalami kesulitan dalam
menterjemahkannya kedalam system operasional yang disepakati oleh keduanya
(lembaga dan masyarakat).
Hal lain yang selama ini terlupakan yakni pengwasan berkelanjutan, survei
membuktikan bahwa kelemahan yang terjadi pada kelembagaan kita adalah
pengewasan mutu yang berkelanjutan, sebagai salah satu contoh komite sekolah
berperan dalam memberikan control terhadap mutu kelembagaan yang datang dari
masyarakat namun kenyataannya sampai sejauh mana komite tersebut berperan dalam
peningkatan mutu kelembagaan.
Pada beberapa Negara maju seperti Australia dikenla dengan School Council
yang selanjutnya di Indonesia disebut dengan komite sekolah. Djaman (2001)
menyebutkan bahwa komite sekolah akan terdiri dari kepala sekolah, refresentatif staf
sekolah, orang tua murid, anggota masyarakat dan refresentatif dari departemen
pendidikan setempat.
Komite sekolah bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan strategic
dan tahunan sekolah, perumusan kebijakan sekolah, pemenuhan kebutuhan sekolah,
anggaran sekolah, ikut memantau kegiatan keseharian sekolah, menilai keberhasilan
pelaksanaan program program sekolah yang dilaksanakan sekolah serta ikut
memisahkan laporan tahunan sekolah.
C. Bentuk Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat
Secara sederhana Hubungan atau communication dapat diartikan sebagai
process by wich a person transmits a massage to another (proses penyampaian berita
dari seorang kepada orang lain). Kerjasama lembaga pendidikan dengan masyarakat
disini mengandung beberapa pelibatan secara langsung yaitu:
Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan sesuatu kepada orang lain (juga
sebagai sumber berita)
1) Apa yang disampaikan (isi/informasi)
2) Alat, medis yang digunakan (dapat berupa kata-kata bunyi, laporan dan lain
sebagainya)
3) Tujuan penyampaian, (dapat perintah, pemberitahuan)
4) Orang yang menerima informasi (komunikasi/communicate)
5) Response/jawaban yang diberikan oleh sipenerima.
Dibagian sebelumnya telah sedikit disinggung mengenai bentuk kerjasama
lembaga pendidikan dengan masyarakat. Berbagai bentuk humas dalam lingkup
lembaga pendidikan dapat dikelompokkan lagi menjadi bentuk langsung dan tidak
langsung. Bentuk langsung anatara lain pertemuan formal (rapat) antara guru,
pertemuan dengan orangtua/wali murid, pertemuan sekolah dengan masyarakat atau
instansi terkait lainnya.
Bentuk tidak langsung misalnya melalui media cetak (majalah dinding,
majalah pendidikan, pamflet), media elektronik (iklan pada televisi dan radio), dan
media pameran sekolah. Beberapa bentuk kerjasama hubungan lembaga pendidikan
dengan masyarakat sebagaimana telah disebutkan di atas adalah majalah dinding dan
media pendidikan. Dalam membuat media publisitas tersebut, ada beberapa asas
publisitas yang seharusnya diperhatikan, yaitu:
1. Materi obyektif dan resmi
2. Penyelenggara mading terorganisir
3. Mendorong partisipasi warga sekolah
4. Mempertahanka kontinyuitas
5. Memperhatikan respons/tanggapan.
D. Pola Kerjasama
1. Pola Kerjasama Program Permagangan/PKL
Kombinasi pembelajaran teori di ruang kelas dan perpustakaan (Theoretical
Learning) dan pembelajaran praktek di laboratorium (Practical Learning) dirancang
sedemikian rupa dalam rangka menghasilkan lulusan dengan tingkat mutu tertentu
yang siap memasuki dunia kerja. Keberhasilan pendidikan vokasi tidak hanya diukur
dari segi mutunya saja melainkan juga dari segi relevansinya. Hubungan mutu dan
relevansi ibarat dua sisi dari satu keping mata uang. Mutu lulusan pendidikan vokasi
dianggap relevan oleh para pengguna lulusan, yang dalam hal ini adalah sektor Dunia
Usaha dan Dunia Industri (DUDI) apabila apa yang mereka dapatkan sama dengan
atau lebih besar dari yang mereka harapkan. Kenyataan yang terjadi adalah
sebaliknya, dimana DUDI menilai bahwa lulusan pendidikan vokasi belum siap kerja,
mereka over qualified but under experience.
Berdasarkan pengalamannya, banyak pre-rekruit menghadapi dilema dimana
banyak pelamar yang memiliki potensi tinggi harus direlakan untuk tidak diseleksi
lebih lanjut karena tidak memiliki pengalaman kerja yang relevan sebagaimana
seringkali diminta pada iklan iklan lowongan kerja. Sekarang dan kedepan, para
penyedia kerja mengharapkan dari para lulusan tidak hanya memiliki pengetahuan
dari bidang studi atau keahliannya saja, tetapi juga kemampuan adaptasi terhadap
lingkungan kerja baru dimana mereka bergabung, membawa keterampilan
keterampilan komunikasi yang luar biasa, kemampuan memimpin dan dipimpin, dan
kemampuan yang teruji dapat berfungsi secara efisien dan efektif. Ini berarti bahwa
transferable skills penting bagi para siswa.
Transferable skills adalah keterampilan keterampilan atau kemampuan
kemampuan yang dapat diaplikasikan dengan sama dari pekerjaan satu ke pekerjaan
lainnya. Keterampilan keterampilan ini juga dikenal dengan keterampilan
keterampilan kunci (key skills), keterampilan keterampilan jenerik (generic skills)
atau keterampilan - keterampilan inti (core skills). Keterampilan - keterampilan
tersebut meningkatkan employability lulusan dan dapat diperbaiki melalui
pembelajaran di tempat kerja. Menyisakan selisih negatif mahasiswa perlu
mendapatkan experiential learning. Disamping itu fasilitas laboratorium yang
tersedia pada umumnya di set-up berupa miniatur simulatif inkubatif eksperimentatif
sebagai sarana belajar bukan untuk memproduksi barang atau/dan jasa yang riil untuk
pasar. Pengalaman kerja sama sekali berbeda dari eksperimen dan tidak dapat
digantikan oleh laboratorium. Bekerja di industri adalah cara terbaik untuk
mempelajari sikap professional, interpersonal skills. Juga berbeda dengan
pembelajaran di kelas yang lebih didasarkan pemerolehan se-set keterampilan teknis,
dan kegiatan-kegiatan pengajaran formal yang membekali peserta didik dengan
pengetahuan, skills dan konsep-konsep, dan penekanan pada keterampilan-
keterampilan kognitif. WBL berbeda dari pembelajaran di kelas karena fokusnya
pada pembelajaran reflektif atas apa-apa yang dikerjakan.
Pembelajaran di tempat kerja atau program sandwich atau kerjasama
pendidikan atau penempatan kerja atau magang, bukan apprenticeship. Sedangkan
pembelajaran di tempat kerja adalah suatu pembelajaran yang terstruktur dimana
seseorang peserta didik diminta untuk bekerja di suatu perusahaan atau organisasi
dalam suasana kerja yang sesungguhnya dengan tujuan belajar dari kerja dengan
disupervisi oleh tutor akademik dan supervisor di tempat kerja, belajar secara mandiri
yang didukung oleh kontrak-kontrak pembelajaran dan petunjuk-petunjuk
pembelajaran. DUDI lebih suka lulusan yang punya pengalaman kerja dengan alasan
mereka dapat bekerja secara mandiri dalam waktu yang tidak begitu lama setelah
diterima kerja. Kerjasama permagangan dilakukan sebagai upaya pengembangan
keterampilan siswa SMK dalam bentuk kerja nyata industri yang diharapkan juga
dapat memberikan keuntungan bagi industri untuk memanfaatkan mereka sebagai
tenaga kerja bantu pada level operasional dan juga industri bisa memanfaatkan
moment ini sebagai program prerecruitment bagi siswa yang memiliki job preferment
yang baik sehingga pola ini bisa berlanjut sebagai awal untuk recruitment karyawan
tingkat operator,pola kerjasama bisa dilakukan secara berkesinambungan,dan secara
teknis sekolah yang harus berinisiatif untuk mengiformasikan ke pihak industry
mengenai jadwal dan waktu, sehingga antara industri dan sekolah secara bersama
sama membuat komitmen dengan payung MoU,.Sebagai panduan Pola kerjasama ini
akan dilengkapi dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang lebih detail.
2. Pola Kerjasama Program Pelatihan
Pelatihan dan pengembangan yang dilakukan bagi peningkatan kualitas
sumber daya manusia telah dilakukan dengan berbagai pendekatan yang bersifat
konvensional (pedagogis) Pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang
untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun
perubahan sikap seorang individu. Pelatihan berkenaan dengan perolehan keahlian-
keahlian atau pengetahuan tertentu.
Pada pola kerjasama Program Pelatihan ini dititikberatkan pada optimalisasi
seluruh sumberdaya yang ada di sekolah untuk bisa digunakan pada proses pelatihan
bagi tenaga pelaksana industri dan juga merupakan sarana untuk menjadikan
kemitraan dengan industri agar tetap berkesinambungan, dengan pola kerjasama
pelatihan ini diharapkan bahwa kedekatan industry dengan sekolah akan tetap terjaga
dengan inten, karena terjadi ikatan yang saling membutuhkan dan saling memberikan
manfaat.
Pola kerjasama ini harus dilakukan dengan inisiatif awal dari sekolah dengan
pola jemput bola, mendatangi industri untuk mencari kebutuhan kompetensi yang
bisa mendorong kemajuan industri dari sisi kemampuan sumberdaya manusia
minimal untuk tingkat pelaksana (operator) industri, yang pada akhirnya industri akan
tumbuh dan berkembang melalui penambahan kompetensi,dan sekolah bisa
menjamin pola pelatihan,peralatan yang tersedia dan para pengajar memang memiliki
kemampuan.
Untuk memberikan kepercayaan kepada industri pola ini akan dibuat secara
detail dan terinci dalam Guide line pelatihan, dan akan dilindungi dengan payung
Mou yang lebih jelas.
Proses pelaksanaan akan ditangani secara professional oleh unit pelaksana
teknis produksi dan training dibawah bidang kerjasama dan pelayanan Industri
disetiap Sekolah Kejuruan (SMK).
3. Pola Kerjasama Program Produksi (Produk Inovatif)
Pola kerjasama dalam bidang produksi adalah suatu upaya dalam
implementasi kurikulum, dengan metoda Production Base Education (PBE), dengan
harapan untuk lebih mempertajam kompetensi yang didapatkan dari para siswa, hal
ini bisa dilakukan apabila set-up peralatan dan sarana labolatorium dan bengkel
memadai untuk melakukan kegiatan produksi disamping tuntutan kompetensi para
pengajar yang paling tidak setara dengan para supervisor industry, baik secara hard
skill atau pun soft skill,pola ini lah nanti yang bisa disebut dengan Teaching Factory,
dan ini bisa berjalan dengan efektif apabila pihak sekolah mampu meyakinkan
industry disekitarnya untuk menjadi mitra dalam kegiatan produksi dan sekaligus
menjadi vendor dari industri disekitarnya.
Proses pelaksanaan akan ditangani secara professional oleh unit pelaksana
teknis Produksi dan training dibawah bidang kerjasama dan pelayanan Industri
disetiap Sekolah Kejuruan (SMK).
4. Pola Kerjasama Program Penyaluran Lulusan
Pola kerjasama Program Penyaluran lulusan adalah ujung tombak dari seluruh
program, karena inilah yang akan menjadi tolak ukur dari keberhasilan dalam proses
akhir dari kegiatan pembelajaran dengan harapan bahwa semua output menjadi
outcome, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan kerjasama industry
kemitraan dalam proses recruitment lulusan, hal ini harus dilakukan dengan inisiatif
dari pihak sekolah menyampaikan data dan kompetensi dari lulusan dan bisa
memberikan jaminan bahwa lulusan yang akan disalurkan memeiliki kompetensi
yang memadai dan sesuai dengan standar kebutuhan industri, baik secara Knowledge
Skills dan Attitude.
Proses pelaksanaan akan ditangani secara professional oleh unit pelaksana
teknis PKL dan Penyaluran, dibawah bidang kerjasama dan pelayanan Industri
disetiap Sekolah Kejuruan (SMK).

























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara sederhana Hubungan atau communication dapat diartikan sebagai
process by wich a person transmits a massage to another (proses penyampaian berita
dari seorang kepada orang lain). Kerjasama lembaga pendidikan dengan masyarakat
disini mengandung beberapa pelibatan secara langsung yaitu:
Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan sesuatu kepada orang lain (juga
sebagai sumber berita)
1. Apa yang disampaikan (isi/informasi)
2. Alat, medis yang digunakan (dapat berupa kata-kata bunyi, laporan dan lain
sebagainya)
3. Tujuan penyampaian, (dapat perintah, pemberitahuan)
4. Orang yang menerima informasi (komunikasi/communicate)
5. Response/jawaban yang diberikan oleh sipenerima.
sekolah sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan hal ini harus
mampu berperan sebagai agent of change, selecting agency, class leveling agency,
assimilating agency, dan agent of preservation. Sebagai agent of change tentu
lembaga pendidikan hendaknya lebih mengedepankan peran dan fungsinya sebagai
pembaharu bagi masyarakat peserta didik dan masyarakat umum terutama dalam
menggali potensi yang mengarah pada paradigma dan perubahan berpikir dan
berperilaku yang sesuai dengan standar norma yang berlaku, sehingga jika
masyarakat peserta didik melakukan pelanggaran atas hal tersebut, maka ada dua
pertanyaan yang dikemukakan apakah lembaga tidak berhasil dalam mendidik peserta
didik ataukah peserta didik itu sendiri yang memang susah untuk dibentuk sebagai
manusia berakal yang berakhlakul karimah.
Sedangkan sebagai selecting agency lembaga hendaknya mau dan mampu
memilih potensi masyarakat yang beragam, tentu hal ini membutuhkan keterampilan
keterampilan khusus, terutama dari pengelola pendidikan sehingga pada gilirannya
potensi masyarakat dalam hal ini peserta didik mampung berkembang secara optimal
Adapun peran dan fungsi lembaga pendidikan sebagai class levelling agency
hendaknya lembaga pendidikan mampu menjadi perantara sebagai peningkat taraf
sosial bagi masyarakat peserta didik itu sendiri, sehingga kecenderungan peserta didik
untuk berperilaku yang menyimpang.
B. Saran
1. Bagi Panulis:
Mudah mudahan dengan makalah ini, bagi penulis sendiri dapat menjadi
lebih faham seperti apa hubungan sekolah dengan masyarakat itu serta menambah
ilmu pengetahuan, dan semoga bermanfaat
2. Bagi Pembaca:
Besar harapan kami, agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun guna untuk penulisan makalah ataupun karya tulis dalam kesempatan
yang lainnya agar menjadi lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan.
Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan.

Asrori Ardiansyah.M. (2011). Bentuk Kerjasama Sekolah dengan Masyarakat.
[Online]. Tersedia: http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/bentuk-
kerjasama-sekolah-dengan.html. [27 April 2011].

Rosyidi, Edward. (2011). Konsep Kerjasama Sekolah Dan Industri. [Online].
Tersedia:http://www.edwardrosyidi.com/index.php?option=com_content&view
=article&id=2:konsep-kerjasama-sekolah-dan-industri-
&catid=3:artikel&Itemid=2. [27 April 2011].

Anda mungkin juga menyukai