Perdarahan Subarchnoid (PSA)
Perdarahan Subarchnoid (PSA)
ANATOMI
Definisi
Perdarahan ke dalam rongga diantara otak dan
selaput otak (rongga subarachnoid).
Trauma kepala akibat dari robeknya pembuluh
darah leptomeningeal di mana terjadi pergerakan
otak, atau pada sedikit kasus rupturnya pembuluh
darah Serebral Major.
Etiologi
Trauma kepala akibat robeknya pembuluh darah
leptomeningeal
Rupturnya pembuluh darah Serebral Major
Ruptur aneurisma Arteri Serebri atau
arteriovenous malformation (AVM)/malformasi
arteriovenosa (MAV)
Malformasi arteriovenosa adalah gangguan
Epidemiologi
Laki-laki 2x > wanita
Patofisiologi
Aneurisma pada Arteri Serebri paling sering
Gejala Klinis
Biasanya aneurisma intrakranial yang belum ruptur bersifat
Diagnosis
Anamnesis : gejala timbul akut, nyeri kepala hebat
Punksi Lumbal
Abnormal unequivocal
(xanthochromia, hitung eritrosit
meningkat tidak berubah dari
tabung 1 ke 4)
Normal
Stop
Aneurisma
Normal
Terapi awal
Ulang CT
angio 1-3 mgg
Imaging otak,
batang otak dan
batang spinal
Aneurisma
Normal
Terapi awal
Stop
Penatalaksanaan
Semua pasien dengan perdarahan subaraknoid harus dievaluasi dan
ditatalaksana dengan prinsip kegawatdaruratan dengan menjaga ABC.
Setelah itu penatalaksanaan adalah pencegahan kembali perdarahan,
pencegahan dan pengaturan vasopasme dan penatalaksanaan
komplikasi medik dan neurologik lainnya.
Terapi Umum
Tekanan darah harus dijaga dalam batas normal jika perlu, antihipertensi
intravena seperti labetalol dan nikardipin dapat digunakan. Dua faktor
penting yang dihubungkan dengan prognosis adalah hiperglikemi dan
hipertermi, keduanya harus segera dikoreksi. Profilaksis terhadap
trombosis vena dalam harus ditatalaksana segera dengan heparin.
Antagonis kalsium mengurangi resiko komplikasi iskemik, nimodipin
oral dapat direkomendasikan. Pemberian jangka panjang agen antifibrinolisis mengurangi kembalinya perdarahan tetapi dipertimbangkan
dengan peningkatan resiko iskemik serebral dan kejadian trombotik
sistemik.
Penatalaksanaan segera untuk aneurisma telah menjadi tindakan utama
mencegah kembalinya perdarahan, tetapi terapi anti-fibrinolisis dapat
digunakan dalam jangka pendek sebelum tata laksana aneurisma
VIDEO
Injeksi morfin sulfat (2-4 mg IV setiap 2-4 jam) atau kodein (30-60 mg IM setiap 4 jam)
Profilaksis
Gastrointestinal
Profilaksis trombosis
vena dalam
Berikan ranitidin (150 mg p.o. 2 kali sehari atau 50 mg i.v. setiap 8-12 jam) atau
lansoprazole (30 mg p,.o. setiap hari)
Gunakan thigh-high stockings dan peralatan pneumatik kompresi sekuensial; injeksi
heparin (5.000 s.c. 3 kali sehari) setelah penatalaksanaan aneurisma
Jaga TDS 90-140 mmHg sebelum aneurisma ditatalaksana, lalu biarkan hipertensi dengan
TDS masih < 200 mmHg
Jaga antar 80-120 mg/dL; gunakan sliding scale atau infus insulin jika perlu
Jaga 37,2oC; berikan asetaminofen (325-650 mg p.o. setiap 4-6 jam) atau gunakan
pendingin jika perlu
Berikan nimodipin (60 mg p.o. setiap 4 jam selama 21 hari)s
Tekanan darah
Glukosa serum
Temperatur inti tubuh
Antagonis kalsium
Terapi anti-fibrinolisis
(pilihan)
Antikonvulsan
Cairan dan hidrasi
Nutrisi
Berikan asam aminokaproat (24-48 jam pertama, 5 g i.v., kemudian infus 1,5 g/hari)
Berikan fenitoin (3-5 mg/kgBB/hari p.o. atau i.v.) atau asam valproat (15-45 mg/kgBB/hari
p.o. atau i.v.)
Jaga tetap euvolemia (CVP 5-8 mmHg); jika terdapat vasospasme serebral, jaga tetap
hipervolemia (CVP 8-12 mmHg atau PCWP 12-16 mmHg)
Coba intake oral (setelah evaluasi fungsi menelan); untuk alternatif, lebih baik enteral
Penatalaksanaan
lainnya
Surgical clipping
Endovascular coiling
Komplikasi umum
Hidrosefalus
Perdarahan kembali
Vasospasme serebral
Jaga tetap hipervolemia atau picu hipertensi dengan fenilephrin, norepinefrin atau dopamin;
sediakan terapi endovaskular (transluminal angioplasty atau direct vasodilators)
Kejang
Hiponatremia
Dengan SIADH, restriksi cairan; dengan cerebral salt-wasting syndrome, ganti cairan
agresif dengan saline 0,9% atau cairan saline hipertonik
Berikan metoprolol (12,5-100 mg p.o. dua kalu sehari); evaluasi fungsi ventrikular; terapi
arritmia
Edem paru
Berikan oksigen tambahan atau ventilasi mekanik jika perlu; monitor PCWP dan fungsi
ventrikular; bedakan edem paru kardiogenik vs. neurogenik
Perawatan Jangka
Panjang
Rehabilitasi
Evaluasi neuropsikologik Lakukan uji global dan spesifik domain; rehabilitasi kognitif
Depresi